Tidak ada yang menyangka, Shakila Zareen bisa melanjutkan hidupnya hingga sekarang. Wanita berusia 26 tahun itu sudah bisa mengenyam pendidikan, berlatih bela diri hingga menekuni hobi barunya sebagai model.
”Saya sudah tidak takut lagi. Saya merasa lebih kuat karena saya tidak sendiri,” kata wanita asal Afghanistan itu saat berbicara di forum perempuan di Pakistan, belum lama ini.
Shakila satu dari puluhan ribu wanita, korban kekerasan rumah tangga di Afghanistan. Ia diikat, dicambuk hingga ditembak oleh suami dan kakak iparnya.
”Saya termasuk yang beruntung karena sampai sekarang masih banyak teman-teman saya yang menderita,” kata wanita yang kini
tinggal di Kanada dan menjadi aktivis pembela hak-hak perempuan itu.
Ditinggal Ayah
Shakila lahir dan besar di Baghlan, sebelah utara kota Kabul, Afghanistan. ”Saya masih ingat, dulu sering memanjat pohon memetik
buah ara dan apricot untuk dijual ke pasar. Saya juga menggembala dua kambing milik keluarga kami,” katanya.
Kemiskinan yang membelit juga membuat Shakila yang saat itu masih berusia 12 tahun harus bekerja menganyam karpet bersama
anak-anak Afghanistan lainnya.
| Baca juga: Cerita Cinta Bintang Film Dewasa yang Tak Biasa
Ayah Shakila, Zareen sebenarnya seorang tentara. Namun karena luka akibat perang, Zareen tak lagi bisa bekerja. Dia lumpuh dan akhirnya tewas ketika tentara Taliban kembali memburunya. Karena itu semua kebutuhan keluarga bertumpu pada Shakila.
Dipaksa Menikah
Zareen dan istrinya, Sharman sebenarnya punya enam anak, empat perempuan dan dua laki-laki. Dua kakak perempuan Shakila
sudah menikah. Bahkan salah seorangnya menjadi istri dari pria yang cukup berkuasa.
”Saya takut menyebut namanya. Tapi dia sangat berbahaya dan punya power di kota kami,” ujar Shakila.
Namun kakak ipar ini pula yang ternyata membuat penderitaan Shakila dimulai. Dengan dalih mengurangi kemiskinan, kakak ipar itu memaksa Shakila menikah dengan pria yang jauh lebih tua.
| Baca juga: Kisah Cinta Sejati Miss Australia yang Jadi Korban Kebakaran
Shakila yang saat itu masih berusia 16 tahun menolak perjodohan itu. Ia juga mencoba melarikan diri agar tak dinikahkan. Namun nahas, baru beberapa langkah ke luar rumah, sudah ada belasan tentara Taliban menghadangnya. Mereka suruhan kakak ipar dan calon suaminya.
”Mereka siap menembakkah senjata ke kepala saya. Mereka juga mengancam akan menghabisi ibu dan adik-adik, jika saya menolak menikah,” kenang Shakila.
Jadilah pernikahan itu dilakukan pada 2013 lalu. Shakila menyebut malam pertamanya sebagai peristiwa pemerkosaan. Sejak itu, penderitaan Shakila tak pernah berhenti. Dia menerima siksaan yang bertubi-tubi.
”Saya pernah bertanya, apa dosa saya sehingga mereka tega menyiksa. Tapi mereka hanya mengatakan karena saya seorang wanita,” ujarnya.
Ditembak Suami
Tak tahan dengan siksaan itu, Shakila pun melarikan diri ke rumah ibunya. Itu tepat setelah enam bulan pernikahannya. Tapi nahas, sang suami ternyata memburunya, hingga ia ditembak tepat pada wajahnya.
Shakila ditemukan Sharman tergeletak dengan tubuh bersimbah darah. ”Saya langsung memeluknya. Saat itu saya kira dia sudah tidak
bernapas,” kata Sharman, bundanya.
Ternyata Shakila masih hidup. Ia pun dilarikan ke rumah sakit di Kabul untuk mendapat pertolongan. Penderitaan Shakila tak berhenti sampai di sini saja. Ia masih harus menerima siksa sebelum akhirnya menemukan suaka. Seperti apa? Baca kisah selengkapnya di Tabloid Nyata edisi 2614, terbit Kamis, 26 Agustus 2021.
Dapatkan Tabloid Nyata di:
Surabaya:
Shopee/ Tokopedia: Nyata Store Official
Jakarta:
Shopee/ Tokopedia: Nyata Store Jakarta
Untuk berlangganan: 082131583223
Happy Reading