Ahli Farmasi Ungkap soal Kalung Anti-Virus Eucalyptus yang Viral

kalung-anti-virus-corona
Foto: Dok. Humas Kemtrian Pertanian

Belakangan ini publik dihebohkan dengan kalung anti-virus corona yang segera diproduksi massal oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Kalung yang dibuat dari tanaman eucalyptus itu diklaim bisa membunuh 80-100 persen virus. 

“Setelah kita uji ternyata Eucalyptus sp yang kita uji bisa membunuh 80-100 persen virus, mulai dari avian influenza hingga virus corona model yang digunakan,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan, Fadjry Djufry.

“Setelah hasilnya kita lihat bagus, kita lanjutkan ke penggunaan nanoteknologi agar kualitas hasil produknya lebih bagus,” sambungnya.

Menanggapi hal itu, Guru Besar Farmasi Universitas Airlangga Prof Dr Mangestuti Agil MS Apt mengatakan, minyak eucalyptus memang sudah digunakan sejak lama. Namun, hingga saat ini belum ada satu obat pun yang diklaim bisa membunuh virus Covid-19.

“Saya harus mengatakan, hingga saat ini tidak ada satu obat pun yang sudah dinyatakan bisa membunuh virus penyebab infeksi atau wabah Covid-19. Tidak ada satu pun obat yang diklaim melakukan tugas itu. Itu berarti tidak satu pun minyak esensial yang diklaim bisa membunuh virus Covid-19,” kata Prof Mangestuti saat berbincang dalam siaran langsung bersama Rakyat Merdeka, Selasa (7/7) pagi.

live-instagram-prof-mangeastuti
Guru Besar Farmasi Universitas Airlangga Prof. Dr Mangestuti Agil, mS, Apt. Foto: Dok. Instagram Rakyat Merdeka

Baca juga: Sukses Turunkan Berat Badan 15 Kg, Ini Rahasia Diet Melaney Ricardo

Perempuan berkacamata itu menegaskan, proses penelitian hingga suatu bahan bisa dinyatakan sebagai obat itu tidaklah pendek. Padahal virus Covid-19 sendiri baru ditemukan pada November 2019 lalu.

“Virus ini kan baru ada pada November 2019 di Tiongkok. Sementara bahan bisa dinyatakan sebagai obat, yang memiliki keefektifan yang kuat dibandingkan dengan kerugiannya itu perlu waktu penelitian yang tidak pendek,” kata Prof Mangestuti.

Untuk itulah, hingga kini tenaga medis lebih berfokus untuk menangani gejala dari para penderita sehingga tidak sampai terjadi infeksi atau komplikasi berlanjut. Sehingga penggunaan minyak eucalyptus bisa bekerja secara efektif jika gejalanya masih ringan.

“Jadi kita bisa kok, melakukan upaya yang sudah dilakukan secara turun temurun. Bisa menggosok dada, menghirup (minyak eucalyptus), pada tahap-tahap awal dari terjadinya gejala,” ujarnya

“Dan memang itu efektif sepanjang itu dilakukan sejak awal, itu akan membantu meredakan symptom atau gejala, dan itu kita sudah berarti mampu mencegah terjadinya komplikasi,” tambahnya. 

Baca juga: Kunyit vs COVID-19, Ini Penjelasan Prof Mangestuti Agil MSApt

Prof. Mangestuti kembali menegaskan kalau minyak eucalyptus hanya efektif untuk meredakan gejala yang muncul. Namun, jika sudah terjadi infeksi atau komplikasi, maka minyak tersebut tak mampu bekerja dengan baik. 

“Itu (eucalyptus) untuk gejala awal, mild cases. Tapi kalau sudah berat, Covid-19 itu sudah menyerang pada saluran napas bagian bawah, paru-paru, maka jangan berharap banyak,” bebernya.

Untuk itu, ia menyarankan agar masyarakat mengikuti rekomendasi World Health Organisation (WHO) untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. “Kita harus mengikuti rekomendasi WHO saja. Jaga jarak, kebersihan, cuci tangan, itu yang utama,” ujar Prof. Mangestuti. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here