Puluhan Profesor Ajukan Petisi Protes untuk Snowdrop

Foto: Dok Instagram JTBC

Kontroversi drama Snowdrop nampaknya masih belum usai. Drama yang akan memasuki episode 10 ini kembali diterpa isu tidak sedap. Kali ini, lebih dari 30 Profesor dan para Sarjana Korea mengajukan petisi ke Disney plus Asia-Pasifik atas keprihatinan sejarah dalam drama Snowdrop.

Petisi itu disusun oleh Profesor Korea dari berbagai Universitas ternama seperti Ewha Womans University, Pusan National University, The George Washington University, dan masih banyak lagi. Sedangkan dari para sarjana terdapat lulusan Princeton University, Harvard University, University of Toronto, dan lain lain yang juga turut meramaikan petisi drama Snowdrop itu.

|Baca Juga: Penuh Konflik! Ini Sinopsis Drama Snowdrop Yang Diperankan Jisoo Blackpink

Dalam pernyataannya, petisi itu berisi keprihatinan tentang sejarah yang tidak disesuaikan dengan para ahli.

“Kami menulis bukan untuk meminta anda menghentikan penayangan. Sebaliknya, kami menulis ini untuk meminta perusahaan anda mencari seorang ahli agar bisa memeriksa dengan cermat referensi sejarah yang dibuat dalam drama. Lalu pertimbangkan sendiri bagaiman referensi sejarah tersebut digunakan. Kami membuat petisi ini karena kami tidak percaya jika Disney Plus sebagai platform global peduli dengan konteks sejarah dan sosial-politik dalam drama ini dan kami percaya jika platform harus membuat keputusan yang tepat ketika drama ini sudah ditayangkan secara global,” isi dalam petisi tersebut.

Heo Jun Ho dalam Snowdrop Foto: Dok. AsianWiki

|Baca Juga: Rest in Peace. Teman Sekamar Jisoo di ‘Snowdrop’ Mendadak Meninggal

Para Professor tersebut juga menyoroti karakter Eun Chang Su, ayah dari Eun Young Ro yang dianggap mirip dengan salah satu tokoh sejarah Korea Selatan.

“Perhatian kedua ditujukan kepada karakter Eun Chang Su (diperankan Heo Jun Ho), sebagai ayah dari karakter utama wanita Eun Young Ro (diperankan Jisoo Blackpink). Kami merasa jika karakter Eun Chang su mungkin menjadi model dari tokoh sejarah, ‘Perwira militer Park Jun-Byeong sebagai pemimpin Divisi Infanteri ke-20 di Gwangju pada Mei 1980’, dirinya memimpin mereka untuk melakukan salah satu pembantaian paling mengerikan terhadap warga sipil dalam sejarah Korea modern,” isi akhiran dari petisi tersebut.

Sampai artikel ini diunggah, pihak JTBC atau Disney Plus masih belum menanggapi berita tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here