Inspiratif, Wisudawan Penyandang Tunarungu Raih Cumlaude

Wisudawan penyandang tunarungu, Nadya Andini, saat menerima ijazah dari Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng saat prosesi Wisuda ke-129. Foto : Humas ITS
Wisudawan penyandang tunarungu, Nadya Andini, saat menerima ijazah dari Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng saat prosesi Wisuda ke-129. Foto : Humas ITS

Kisah inspiratif datang dari gelaran Wisuda ke-129 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Minggu (21/4) lalu. Sebab, terdapat seorang wisudawan penyandang tunarungu yang berhasil menyelesaikan studinya dalam waktu 3,5 tahun dan meraih predikat cum laude.

Dia adalah Nadya Andini, wisudawan yang berasal dari Departemen Studi Pembangunan ITS ini berhasil lulus dengan raihan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,88 atau hampir mendekati sempurna.

Angka memuaskan yang diperoleh tersebut tentunya tidak luput dari berbagai macam kesulitan yang telah dihadapinya sebagai mahasiswa berkebutuhan khusus.

Nadya mengaku, alat bantu dengar yang ia pakai pun kurang mampu membantu telinganya menangkap suara secara sempurna.

Karena itu, ia selalu duduk di bangku paling depan untuk merekam penjelasan dosen dengan ponselnya. “Di rumah, saya minta bantuan mama untuk mendengarkan rekaman tadi dan menjelaskannya ulang,” tutur wisudawan penyandang tunarungu tersebut.

| Baca Juga: 5 Putri Kerajaan Paling Inspiratif. Dari Kate Middleton Hingga Madelaine

Tak hanya itu, belajar di lingkungan dengan mayoritas orang berkondisi normal membuat Nadya sedikit kesulitan untuk beradaptasi. Gadis berkacamata tersebut tak jarang merasa kewalahan ketika berkomunikasi dengan teman-temannya.

“Teman-teman terkadang susah menangkap kalimat saya karena pelafalan yang kurang jelas, saya pun lumayan sulit untuk mendengar hal yang mereka sampaikan,” ungkap Nadya.

Kendati demikian, tantangan tersebut tidak menyurutkan ambisinya untuk terus menimba ilmu. Nadya berusaha untuk terus belajar dan berproses menjadi mahasiswa yang kompeten meski dengan segala keterbatasan.

“Karena kurang bisa memahami materi di kelas, saya memaksimalkan pemahaman dengan menambah sesi belajar mandiri di rumah setiap hari,” ujarnya.

| Baca Juga: Kisah Inspiratif Aipda Purnomo yang Ikhlas Rawat 500 ODGJ

Ambisi dan semangat dalam diri Nadya rupanya berhasil membawanya berkembang menjadi sosok yang lebih percaya diri. Gadis kelahiran Pamekasan, 24 Mei 2001 ini juga banyak mencoba hal baru di luar akademik, salah satunya yakni mengikuti perlombaan.

Ia pernah berpartisipasi dalam Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) Karya Tulis Ilmiah sebanyak dua kali dengan membawa rancangan aplikasi tunarungu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here