Penyanyi Britney Spears terus berusaha untuk membebaskan diri dari kekuasaan ayah dan keluarga, seutuhnya. Yang terbaru, dia mengancam berhenti tampil, jika sang ayah, Jamie Spears masih jadi konservatornya.
“Saya berhenti!” Demikian teriak Britney di media sosialnya. Dia juga menyerang adiknya yang juga memperburuk situasi.
“Bagi kalian yang mengkritik video tarian saya, lihatlah saya tidak akan tampil di panggung mana pun dalam waktu dekat. Sepanjang ayah saya masih menangani apa yang saya kenakan, katakan, lakukan atau pikirkan,” tulisnya di media sosial.
Dari Ruang Tamu
“Saya sudah lakukan selama 13 tahun terakhir ini,” lanjut penyanyi berusia 39 tahun itu. Ibu dua anak itu menambahkan jika dia lebih suka berbagi video dari ruang tamu ketimbang dari panggung Vegas.
“Saya nggak akan pakai riasan tebal dan mencoba di panggung lagi. Nggak lagi bikin deal untuk remix lagu-lagu saya selama bertahun-tahun dan memohon agar musik baru saya untuk masuk dalam acara untuk ditampilkan ke penggemar saya…jadi saya berhenti!!!”
Britney sudah bosan menjadi boneka bagi banyak orang. Orang-orang terdekatnya, termasuk keluarga, justru yang paling mengecewakannya. Yaitu dengan tidak membantunya menangani urusan sendiri.
Nggak hanya menghujat ayahnya, Britney juga mengecam adiknya, Jamie Lynn Spears (30). Jamie Lynn dibenci Britney atas apa yang dia lakukan di Radio Disney Music Awards 2017. Kala itu Jamie Lynn bikin kejutan dengan menyanyikan lagu Britney, Till The World End.
Britney marah. “Saya nggak suka adik saya muncul di acara penghargaan dan membawakan lagu-lagu saya untuk di-remix!! Mereka yang jadi support system justru sangat menyakitin saya!!”
Jamie Lynn yang selama ini diam tentang konservatori kakaknya, akhirnya bicara, bulan lalu. Mantan bintang Zoey 101 itu bicara di Instagram. Bahwa dia mencintai, memuja dan mendukung kakaknya. Jamie Lynn tidak ingin mengambil untung dari konservatori itu.
Melalui video berdurasi sekitar tiga menit, Jamie Lynn mengungkapkan perasaannya. “Dengan sangat sadar saya membuat pilihan, yaitu hanya berpartisipasi sebagai adik baginya. Bibi untuk dua anak lelakinya,” katanya sambil menangis.
Mendukung Sejak Lama
“Mungkin saya tidak mendukung (dia seperti) yang diinginkan masyarakat dengan tagar di platform publik. Tapi saya dapat meyakinkan Anda bahwa saya mendukung kakak perempuan saya jauh sebelum ada tagar, dan saya akan mendukungnya lama.”
“Semoga damai Tuhan menyertaimu dan rohmu,” tulis Jamie Lynn di kesempatan lain.
Mungkin Britney tidak melihat atau mendengarnya. Dia tetap berkutat dengan dirinya sendiri yang tetap optimis tentang masa depan. “Yang saya miliki hanyalah harapan. Dan harapan adalah satu-satunya hal di dunia ini yang sangat sulit untuk dibunuh,” imbuh penyanyi yang ngehits lewat Baby One More Time itu.
Britney menambahkan jika dia tidak suka dengan film dokumenter tentangnya. “Itu memunculkan momen memalukan dari masa lalu. Saya sudah melewati itu semua dan itu sudah lama sekali,” teriaknya.
“Jika kalian nggak suka dengan apa yang kalian lihat, berhenti ikuti saya!! Orang-orang mencoba membunuh harapan karena harapan adalah salah satu hal yang paling rentan dan rapuh yang pernah ada!!!!”
Unggahan itu mendapat likes lebih dari 1,6 juta sejak diunggah. Di antara jutaan likes itu adalah rekan-rekan selebriti. Seperti Paris Hilton, Selma Blair dan Nicole ‘Snooki’ Polizzi.
“Yess, nikmatilah hidupnya cantik. Kamu layak bahagia,” tulis Paris. Sedangkan Selma mendukung dengan, “I love you dan ini. Aku suka dengan caramu menyampaikan. Sempurna.”
“Sampaikan kebenaran, sayang!! Kamu bisa tampil di ruang tamuku kapan saja,” kata Snooki.
Menghancurkan Hidup
Kita tahu, Britney saat ini memang sedang berjuang membebaskan diri dari konservatori ayahnya selama 13 tahun ini. Selama rentang waktu itu, hidupnya dalam pengaruh ayahnya yang bertanggung jawab secara profesional dan personal. Kekayaan Britney sebesar USD60 juta atau setara Rp 872,3 miliar di bawah kuasa ayah sejak 2008.
Penyanyi yang mulai tampil sejak usia tiga tahun itu menyebutkan, ayahnya telah menghancurkan hidup dia. Karena dia dipaksa bekerja 70 jam dalam seminggu dengan kontrol di segala aspek.*
