Setelah 1.250 Tahun, Jepang Izinkan Wanita Ikut Festival Pria Bugil

Foto: Dok. REUTERS

jepang dengan segala keunikannya, memiliki festival yang khusus dilakukan oleh pria, yakni festival Hadaka Matsuri. Kata Hadaka sendiri memiliki makna telanjang, sementara Matsuri adalah perayaan. Jadi Festival Hadaka Matsuri ialah perayaan tanpa busana alias pesta telanjang.

Baru-baru ini, salah satu kuil di Jepang yang menjadi tempat festival Hadaka Matsuri, akan mengizinkan wanita untuk ikut andil dalam perayaan tahun ini. Ini merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah, setelah festival itu diadakan sejak 1.250 tahun yang lalu.

Meski begitu, wanita tak diperbolehkan untuk mengikuti acara puncaknya. Nantinya, para pria yang mengikuti festival akan memakai kain tipis untuk menutupi kemaluannya. Kain tipis ini mirip seperti yang digunakan oleh pegulat Sumo.

Setelah itu, para pria yang setengah telanjang akan berkerumun untuk memperebutkan tongkat suci yang disebut shingi. Bagi pria yang berhasil mendapatkan tongkat itu, maka dipercaya akan mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan sepanjang tahun.

Baca Juga: 7 Potret Royal Wedding Pakualaman yang Dihadiri 32 Raja Nusantara

Festival pria bugil di Jepang. Foto: Dok. CNN

Keputusan para petinggi Kuil Konomiya, Inazawa, prefektur Aichi yang mengizinkan wanita mengikuti festival ini, langsung mendapatkan pujian dari berbagai pihak. Mereka dianggap berani melangkah untuk mendukung kampanye tentang kesetaraan.

Festival ini dijadwalkan pada tanggal 22 Februari mendatang. Panitia penyelenggara, Mitsugu Katayama, mengatakan kepada This Week in Asia, diperkirakan akan ada 10 ribu orang yang hadir dalam perayaan itu.

“Kami belum bisa menyelenggarakan festival seperti biasanya selama tiga tahun terakhir, karena pandemi ini dan, saat itu, kami menerima banyak permintaan dari perempuan di kota untuk ambil bagian,” jelas Katayama, dikutip dari South China Morning Post, Selasa (23/1).

Katayama mengklaim bila perempuan tidak dilarang untuk mengambil bagian dalam perayaan ini. Tetapi, memang sebelumnya para wanita jarang mengikuti acara tersebut.

Sampai pada akhirnya, ada sekitar 40 wanita yang akan mengikuti festival itu. Ayaka Suzuki, sebagai salah satu wanita yang mengikuti perayaan, mengaku bila sebenarnya ia sudah dari dulu ingin terlibat.

Baca Juga: Kim Jong Un Endorse Influencer Cantik untuk Promosi Korea Utara?

Di sisi lain, Sumie Kawakami, seorang dosen di Universitas Yamanashi Gakuin, yang aktif dalam isu-isu perempuan dan gender, mengungkapkan kesenangannya tentang keputusan Kuil Konomiya.

“Saya sangat senang mendengarnya dan ini merupakan pertanda baik bahwa Jepang sedang bergerak maju, meski tentu saja hal ini sudah lama tertunda,” ujar Kawakami.

“Ada bidang kehidupan lain di Jepang di mana perempuan tidak diizinkan untuk berpartisipasi, seperti larangan perempuan masuk ke ring sumo ‘dohyo’, dan menurut saya agama Shinto cukup membatasi perempuan,” imbuhnya. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here