Dokumenter Mengenang Pendaki Herman Lantang

Pendaki legend Herman Lantang memang sudah berpulang pada 22 Maret lalu, namun sosoknya tentu akan terus dikenang, terutama para penyuka kegiatan alam bebas. Salah satu cara mengenang yaitu melalui dokumenter berjudul HOL yang merupakan kependekan dari namanya Herman Onesimus Lantang.

Namun melalui dokumenter itu, kita semua nggak sekadar mengenang Herman Lantang sebagai pendaki. Namun melihat sisi lain dari sosoknya yang selama ini nggak banyak orang tahu. Herman Lantang biasa disapa Opa punya banyak kisah yang nggak kalah menarik.

Herman Lantang sang pendaki legendaris saat syuting dokumenter dia (foto: Ressy Elang Andrian)

”Opa sebagai pendaki itu semua orang sudah tahu. Tapi masih banyak sisi lain yang kita nggak tahu. Kayak kisah cintanya. Ternyata Herman Lantang yang dikagumi banyak orang, harus dicomblangin dulu untuk bertemu jodohnya. Atau Opa yang nggak suka dangdut. Dan nggak tahu juga kan kalau Opa punya anjing kesayangan bernama Huntress. Itu beberapa yang ingin saya bagikan dalam dokumenter ini,” kata sutradara HOL Ressy Elang Andrian.

HOL dirilis secara resmi pada 22 Mei 2021 di auditorium Syahida In kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang. Meski sebenarnya itu adalah rilis yang tertunda.

Seharusnya HOL dijadwalkan gala premier pada April 2020. Sayang kala itu pandemi dimulai dan semua kegiatan ditunda. ”Jadi kami juga memutuskan tidak membuat kegiatan apapun kala itu, termasuk rilis HOL ini. Cuma memang waktu itu sudah sempat rilis poster,” kata Ressy yang ditemui di Surabaya.

Herman dan istri, Joyce (Foto: Ressy Elang Andrian)

Namun karena penundaan itu, Opa tidak bisa menyaksikan filmnya. Sebab pendaki kelahiran Tomohon, Sulawesi Utara, 2 Juli 1940 itu meninggal pada 22 Maret lalu. Tepat dua bulan sebelum HOL dirilis.

Ressy sempat kecewa jerih payahnya tidak bisa disaksikan Opa yang menjadi subyek filmnya. ”Karena saya buat ini kan untuk beliau terus ternyata beliaunya nggak bisa nonton, jadi sempat terpikir untuk tidak akan menayangkan,” lanjut Ressy.

Namun setelah dipertimbangkan lagi, masih banyak misi lain yang bisa dibagikan. ”Film ini kan bukan profil tapi keteladanan. Banyak teladan dari Opa yang bisa dibagikan kepada orang lain dan generasi berikutnya. Selain itu film ini juga tentang sisi lain Opa yang bukan sebagai pendaki, sehingga yang nonton nggak hanya para pendaki,” papar Ressy yang juga menulis skenario HOL itu.

Syamsirwan Ichien dan Ressy Elang Andrian (Foto: Adie Wiratmo)

Dalam film berdurasi 100 menit itu, istri, sahabat, anak dan kerabat Opa bercerita tentang Herman Lantang dari sudut pandang mereka. ”Herman itu orangnya pantang menyerah. Kalau sudah punya keinginan akan terus dikejar sampai dapat,” kata Sinarmas Djati, sahabat Opa di Mapala UI dalam dokumenter itu.

Sementara sahabat Opa, Syamsirwan Ichien yang juga produser pelaksana HOL mengenang almarhum sebagai sosok yang teliti dan detail. “Dan berprinsip sama rata sama rasa,” kata Syamsirwan Ichien. Sedangkan Istri Opa, Joyce Moningka, juga punya kenangan yang hampir sama. ”Opa itu orangnya melindungi. Kepada siapapun, apalagi ke saya istrinya,” kata ibu dua anak itu dalam film.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here