Kabar bahagia datang dari Reino Barack. Istrinya, Syahrini dikonfirmasi sedang hamil anak pertama. Berita bahagia ini terungkap lewat unggahan di Instagram Andre Talabessy, yang merupakan pelatih tinju Reino.
Andre Talabessy mengunggah foto candid Syahrini. Istri Reino Barack itu tampak berisi dengan memakai setelan jas warna hitam. “Selamat buat ibu incess dan pak RB atas dikaruniakan anak oleh Tuhan,” tulis Andre.
Syahrini dan suaminya harus menanti selama 5 tahun untuk memiliki buah hati. Syahrini sendiri kini hamil di usia sekitar 43 tahun. Hal ini membuat kehamilan pelantun lagu Sesuatu itu membutuhkan perhatian extra. Sebab bisa dibilang masuk kategori hamil di usia lanjut.
| Baca Juga: Syahrini Akhirnya Hamil Anak Pertama, Reino Barack Siap Jadi Ayah
Dilansir dari Cleveland Clinic, Ibu hamil yang berusia di atas 35 tahun lebih berisiko mengalami komplikasi seperti keguguran, kelainan bawaan, dan tekanan darah tinggi.
Sebenarnya, semua kehamilan mempunyai risiko. Namun, berisiko lebih tinggi jika hamil ketika sudah memasuki usia lanjut. Berikut rinciannya.
- Preeklamsia
- Diabetes gestasional
- Kelahiran premature atau berat badan lahir rendah.
- Mengharapkan anak kembar
- Keguguran
- Down syndrome atau kelainan genetik lainnya
- Operasi caesar (c-section)
- Kelahiran mati
Alasan terjadinya lebih banyak komplikasi setelah usia 35 tahun adalah sel telur yang lebih tua menyebabkan kelainan kromosom. Banyak dari kelainan kromosom ini yang diperiksa oleh penyedia layanan kesehatan pada trimester pertama.
| Baca Juga: Cegah Stunting Sejak Kehamilan, Pastikan Gizi Ibu Baik
Alasan lainnya yakni karena berpeluang terkena kondisi medis kronis meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinan. Misalnya, orang yang tidak hamil lebih mungkin menderita tekanan darah tinggi pada usia 35 dibandingkan pada usia 25 tahun.
Lantas apa yang harus dilakukan ketika hamil di usia lanjut?
Tes skrining genetik direkomendasikan untuk semua kehamilan, namun sangat penting bagi ibu dengan usia lanjut. Pemeriksaan non invasif ini bersifat opsional dan dapat mendeteksi apakah calon buah hati berisiko tinggi mengalami kondisi bawaan tertentu.
Kebanyakan pengujian menggunakan tes darah atau USG. Tes ini bersifat screening, artinya tes tersebut mendeteksi kemungkinan suatu kondisi genetik.
| Baca Juga: Erina Gudono, Istri Kaesang Pangarep Dikabarkan Hamil
Jika suatu masalah terdeteksi dalam tes skrining, pengujian genetik invasif dapat dilakukan. Ini termasuk pengambilan sampel villus kronis (CVS) dan amniosentesis.
CVS menggunakan sel dari plasenta untuk mendiagnosis kondisi genetik. Sedangkan Amniosentesis melibatkan penempatan jarum melalui perut Anda untuk mengeluarkan cairan ketuban dari dalam rahim. Cairan ini dapat membantu mendiagnosis kondisi genetik tertentu. (*)