Sembilan perancang busana asal Jawa Barat yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), kembali memamerkan hasil rancangan inovatif-kreatif dalam pagelaran Fashion Tendance yang digelar di Intercontinental Bandung Dago Pakar, Bandung pada Kamis (9/12) kemarin.
Mengusung tema Affirmation,acara tahunan APPMI yang digelar untuk mempresentasikan kecenderungan tren tahun mendatang tersebut layak mendapat apresiasi. Karena selain bertujuan menginspirasi anak bangsa, agar berani berkarya dan berekspresi lewat fashion, acara ini juga bertujuan menjadikan kota Bandung sebagai kota mode yang kreatif dibidang fashion, yang selalu memperbaharui tren mode setiap tahunnya.
“Fashion show ini untuk memberikan tren tahun 2023, supaya ada sinergi antara pelaku fashion industri di derah masing-masing dengan elemen-elemen yang ada, baik itu pabrik tekstil, dunia perancangan, butik-butik, make up dan hairdo, jewelry, sepatu, tas, accesories. Kali ini Fashion Tendance mengusung tema affirmation, yang merupakan sebuah statement yang mengiyakan akan sebuah kebenaran. Jadi tren yang ada sekarang adalah seperti itu. Dan kita membakukannya,” ujar Harry Ibrahim, Ketua APPMI Jawa Barat.
|Baca Juga: Soerabaia Fashion Trend Nostalgia Lewat Konsep Fashion Retro
Dalam pagelaran kali ini, Harry menampilkan koleksi busana malam dengan kombinasi warna ungu yang elegan. “Saya ambil trend colour light lilac untuk 2023, warna purple. Kemudian ada warna hijau, merah ( fuschia ataupun merah), mustard. Selain itu siluet yang akan tren adalah siluet yang longgar, A siluet. Bahan yang tipis melayang akan kembali menjadi tren, begitu pula dengan bahan yang kaku. Kita bisa bilang ekletik, tren dari tahun 80-an dicampur tahun 20-an, dicampur sedikit siluet tahun 1930-an. Futuristik,” katanya.
Sementara Susan Zhuang menghadirkan koleksi Twila. “Banyak orang melihat Indonesia katanya akan mengalami masa sulit 2023. Tapi saya selalu punya harapan seperti secercah bintang. Ini saya coba aplikasikan,” paparnya.
Menurut Susan, Koleksi ini mewakili tren musim semi/musim panas 2023. “Fluorescent, nuansa hijau mendorong daya pikat siluet, estetika minimalis, warna emas disorot pada payetan hitam mekar,” tuturnya.
Dan Hanny Lovelly dalam koleksinya kali ini mengangkat tema Isvara yang diambil dari bahasa Sansekerta. “Is artinya pemilik. Digabungkan dengan vara yang artinya terpilih atau tercinta. Jadi baju Hanny Lovelly hari ini di buat penuh cinta, tetap simple namun elegant. Cocok buat ibu-ibu muda yang membutuhkan penampilan anggun dan menawan,” jelas Hanny.
Desainer yang peduli pada perajin tenun, Yurita Puji konsiten membuat karya dengan kain-kain asli Indonesia. Dan kali ini ia mengusung tenun lombok untuk koleksinya. “Saya menggabungkan kain tradisonal dengan konsep zero waste. Karena tenun bikinnya lama, jadi jangan sampai ada yang terbuang. Kita membuat model disesuaikan dengan motif kainnya,” paparnya.
|Baca Juga: Tulola Luncurkan Koleksi Perhiasan Terbaru Bareng Marsha Timothy
Selain pengusaha mode, acara tahunan ini juga diikuti oleh mahasiswa fakultas seni rupa dan desain, Universitas Kristen Maranatha yang menampilkan Evolusia Fashion Show. Evolusia digunakan karena mengandung makna ‘perubahan’ (evolusi) dan ‘cahaya’ (lusia). Evolusia sendiri merupakan acara unggulan dari Universitas Kristen Maranatha yang hadir setiap tahun untuk memamerkan karya akhir mahasiswa Desain Mode.
Dengan mengusung tema CO-CREATION, 23 mahasiswa menunjukkan pentingnya kreativitas yang direalisasikan dengan kerja sama antar aktor. Bukan sekedar pamer karya, para mahasiswa diharapkan belajar mewujudkan ide-ide kreatif agar dapat memberikan dampak luas dengan kolaborasi.
Akademisi berkolaborasi dengan praktisi dan asosiasi menghadirkan lebih dari 150 tampilan busana yang siap memperkaya eksistensi mode Indonesia dan dunia. (Omi)