Mendung duka tengah menyelimuti hati keluarga Joanna Alexandra. Sang suami, Raditya Oloan meninggal dunia pada Kamis (6/5) kemarin. Joanna mengungkap kalau Raditya Oloan sempat alami badai sitokin sebelum meninggal dunia.
Sebelum Radit menghembuskan napas terakhirnya, Joanna mengungkap kalau suaminya itu telah dinyatakan negatif Covid-19. Namun kondisi laki-laki 36 tahun itu pun malah menurun. Ia pun harus dirawat di ICU. Lantas apa itu badai sitokin?
Dilansir dari Hello Sehat, sitokin adalah protein khusus pembawa pesan antara sel pada sistem kekebalan tubuh. Ketika SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin. Sitokin lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaksi peradangan.
Sitokin akan berikatan dengan sel darah putih atau bekerja sama dengan sitokin lain saat terjadi infeksi. Tujuannya tetap sama yakni mengatur sistem kekebalan tubuh untuk membasmi patogen. Pada kasus COVID-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya dari serangan SARS-CoV-2.
Intinya, sitokin membawa pesan bahwa tubuh membutuhkan sistem imun untuk melawan virus. Sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.
|Baca juga: Joanna dan Raditya: Anak-anak Doa Agar Adiknya Segera Pulang
Dalam kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirim sinyal sehingga sel imun terus bekerja tanpa kendali. Sehingga ketika pasien sudah tampak membaik, kondisinya bisa tiba-tiba menurun drastis, hingga kritis dan meninggal.
Ketika badai sitokin terjadi, paru-paru mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus. Peradangan pun bisa terus terjadi meski sebenarnya infeksi sudah selesai. Saat peradangan terjadi, sistem imun melepaskan molekul bersifat racun bagi virus mau pun jaringan paru-paru.
| Baca juga: 6 Momen Serunya Miracle Birthday Putri Bungsu Joanna Alexandra
Maka jaringan paru-paru mengalami kerusakan. Dalam penelitiannya, Dr. Pavan Bhatraju, dokter ICU di Harborview Medical Center Seattle, Amerika Serikat menyebut kalau pasien yang awalnya membutuhkan sedikit oksigen, bisa mengalami gagal napas hanya dalm waktu semalam.
Tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun hingga membuat pasien sulit bernapas. Di sisi lain, infeksi terus bertambah parah dan mengakibatkan kegagalan organ.
“Pada dasarnya, sebagian besar sel akan mati karena badai sitokin. Itu akan menggerogoti paru-paru dan tidak bisa pulih. Badai sitokin jadi dalang dalam banyak kasus kematian (Covid-19),” ujar Mukesh Kumar, PhD, ahli virologi dan imunologi Georgia State University, Atlanta, Amerika Serikat seperti dilansir dari WebMd. (*)