Agnez Mo tampil menawan di acara KTT Iklim Dunia COP28 di Dubai. Acara penting itu diperkirakan akan dihadiri oleh lebih dari 140 kepala negara dari seluruh dunia. Dalam acara yang dihadiri lebih dari 140 kepala negara tersebut, Agnez Mo hadir sebagai salah satu penyanyi yang diundang langsung oleh panitia acaranya. “Bukan pemerintah Indonesia yang menunjuk Agnez, melainkan dari panitia globalnya langsung,” ujar Era Soekamto, mengutip dari Wolipop.
Bersama beberapa penyanyi dari negara lain, Agnez Mo akan menyanyikan lagu Lasting Legacy, yang memang diciptakan untuk acara tersebut. Namun bukan lagu atau menyanyinya, tapi pakaian yang dikenakan perempuan 37 tahun itu yang menarik perhatian netizen. Ya, Agnez Mo tidak pernah lupa untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke luar.
Melihat unggahan di aku Instagram-nya, Agnez Mo mengenakan batik dengan model terusan. Pakaian yang dikenakannya mirip seperti kemben, dengan tambahan selendang. Dalam foto tersebut, pelantun Matahariku itu terlihat bangga dengan pakaiannya, saat berdiri disamping beberapa perempuan lain.
| Baca Juga: Makin Go International! Agnez Mo Tampil Cetar di Cover Majalah Vietnam
Adalah desainer Era Soekamto, yang merancang busana yang dikenakan Agnez dalam acara tersebut. Ia ingin busana yang dikenakan, dapat memperkenalkan Indonesia ke panggung global, tapi tak menghilangkan ciri khas Agnez Mo yang stylish atau edgy. Ia memanfaatkan kain batik tulis bermotif klasik ‘lataran nitik jlamprang’ sepanjang empat meter. “Kami memang pilih kemben karena ini tradisi kita sebelum ada kebaya, contohnya dodot,” ujar Era kepada Wollipop. Detil dress dengan slit tinggi memang dipilih untuk membuat variasi gaya pada bagian roknya, sehingga membuat kaki jenjang Agnez Mo terekspos sempurna.
| Baca Juga: 6 Potret Memukau Agnez Mo Jadi Cover Majalah Amerika Serikat
Selendang yang menyempurnakan penampilannya itu, adalah koleksi yang pernah Era Soekamto pamerkan di Apurva Kempinski Bali. Kait itu dihiasi motif berbentuk pohon hayat, yang juga menjadi simbol dari Ibu Kota Negara (IKN) yang baru. Dalam filosofi Jawa, pohon hayat disebut juga pohon kehidupan yang erat kaitannya dengan hubungan manusia, alam, dan Sang Pencipta. “Apapun yang ada didalam diri manusia pun ada di semesta raya. Pohon ini melambangkan paru-paru dunia sebagai keseimbangan alam yang perlu kita jaga sebagai preventive action for climate change. Dunia butuh lihat Nusantara wisdom itu adalah global wisdom sebenarnya,” jelas Era Soekamto. (mil/ika/rez)