Artis cantik Atiqah Hasiholan tak hanya piawai dalam dunia akting. Ternyata ia juga mahir sebagai seorang dukun.
Saat ditemui di kawasan Epicentrum, Senin (1/4) kemarin, Atiqah terus terang melakukan berbagai ritual untuk bisa menjadi seorang dukun. Bukan dukun biasa, tetapi dukun manten alias pemaes, atau orang yang bertanggung jawab mengatur persiapan sebuah pernikahan adat Jawa.
Baca juga: 6 Gaya Anak Rio Dewanto yang Tak Kalah Stylish dengan Sang Bunda
Mulai dari puasa mutih, merias, sampai doa dan ritual agar penganten tampil sempurna. Total seminggu, waktu yang dibutuhkan Atiqah untuk ritual, dan belajar menjadi dukun manten.
“Ada ritualnya, aku lakukan semua. Aku belajar 5 kali workshop di daerah Manggarai (Jakarta Selatan). Aku diajarin budaya Jawa, dan filosofinya apa aja yang harus dilakukan,” katanya.
Baca juga: 2 Rahasia Tampil Cantik dan Sehat Ala Atiqah Hasiholan
Bagi Atiqah, inilah momen tepat untuk memulai kembali karirnya pasca melahirkan sang buah hati, Salma pada 2017 silam.
“Secara timing sudah tepat, anakku sudah setahun,” katanya.
Jangan mengira Atiqah meninggalkan dunia seni peran untuk menjadi seorang dukun. Karena dukun manten hanya untuk keperluan film terbarunya, Mantan Manten.
Di film tersebut, istri Rio Dewanto ini berperan sebagai Yasnina, wanita yang jatuh di saat karirnya sedang berada di puncak. Yasnina diceritakan telah bertunangan dengan Surya (Arifin Putra), putra pengusaha papan atas, Arifin Iskandar (Tyo Pakusadewo).
Baca juga: 9 Cuitan Kocak Terkait Hashtag #SaveRioDewanto yang Bikin Ceria
Di tengah perjuangan mengembalikan kejayaannya, Yasnina terpaksa menjadi pemaes, dan kemudian malah menikmati profesi baru itu. Film bergenre drama ini, sarat akan pesan.
Baca juga: Sederet Idol K-Pop ini Comeback Bulan April, Siapa yang Bakal Merajai?
Pentingnya keikhlasan dalam menerima semua keadaan, dan melepaskan rasa kecewa menjadi pesan utama dalam film yang rilis di bioskop mulai 4 April 2019 mendatang. Selain itu, Atiqah juga melihat pesan lain yang bisa dipetik dari film ini.
“Kita harus mengenal diri kita sendiri, berkenalan dengan budaya, dan filosofi-filosofi yang kita pegang. Apalagi terlepas dari dunia digital yang super cepat yang bisa merugian orang dan menghilangkan jati diri kita sendiri,” pungkasnya. (*)