Untuk kali ke delapan pelatihan Basic Life Support (BLS), kerjasama Nyata dan Perhimpunan Masyarakat Pengusaha Tionghoa Indonesia (Permit) Jatim digelar.
Pelatihan yang juga kerja sama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Surabaya, Departemen Anestesiologi dan Reanimasi RSUD Dr Soetomo/FK Unair Surabaya, Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) Cabang Jatim, serta Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiologi Indonesia (Perki) Cabang Surabaya itu, dihelat di Grand City Mall, Minggu (10/3) lalu.
Baca juga: Sadari Bahaya Jantung Koroner, GKI Pregolan Surabaya Akhirnya Gelar BLS
Sebanyak 250 peserta, baik perorangan, pelajar, mahasiswa maupun instansi serta komunitas, hadir.
”Pelatihan ini diadakan agar masyarakat awam mengerti apa itu BLS, dan bisa memberikan pertolongan pertama jika menemukan kejadian gawat darurat di tempat umum,” kata ketua panitia Dr. dr. Philia Setiawan, Sp.An, KIC, KAKV.
Dalam pelatihan itu, peserta tidak hanya dilatih memberikan pertolongan pertama pada korban yang mengalami cardiac arrest atau henti jantung di tempat umum. Tapi juga saat tenggelam, tersedak yang menyebabkan napas terhenti, dan lainnya.
Dikatakan Prof. Dr. dr. Eddy Rahardjo SpAn, KIC, KAO, dalam BLS, time saving is live saving. Keterlambatan dalam menolong dapat mengurangi kesempatan korban untuk hidup.
”Jantung yang berhenti harus cepat dipijat. Jika ada AED (Automatic Electrical Defebrilator), bisa digunakan agar jantung bisa berdenyut lagi. Jika korban cepat ditolong, maka ada peluang 5- 15 persen nyawanya tertolong,” jelas Prof. Eddy.
Pertama, penolong harus memeriksa kesadaran korban, merasakan ada tidaknya udara yang keluar lewat hidung, dan memeriksa denyut nadi. Setelah benar-benar tidak ada napas yang keluar, dan tak ditemukan denyut nadi, BLS bisa dilakukan.
Baca juga: Sukses Latih Pertolongan Pertama pada Henti Jantung, BLS VI Luluskan 2000 Orang Lebih
Sebaiknya BLS dilakukan oleh beberapa orang. Agar ketika lelah, penolong bisa digantikan oleh orang lain. BLS bisa dihentikan ketika petugas medis telah datang.
”Setelah membaringkan korban di tempat yang datar, bebaskan jalan nafas
dan lakukan pijat jantung dengan hitungan 100-120 kali per menit,” tambahnya.
Para peserta juga mendapat materi penyakit jantung koroner, dan serangan jantung akut oleh dr. Jeffrey Daniel Adipranoto Sp. Jp (K) FIHA. Agar para peserta tidak salah menangani korban dalam keadaan gawat darurat, sebelum dibawa ke rumah sakit.
Tak hanya materi, peserta juga wajib praktik BLS secara langsung, dan juga ujian untuk dipilih sepuluh peserta terbaik.
”Dengan diselenggarakan pelatihan BLS ini, harapannya akan semakin
banyak korban berhasil diselamatkan, jika terdapat kejadian gawat darurat di tempat umum,” ujar Joshie Halim, Ketua Permit Jawa Timur. (gan/ade)