Sejumlah guru di Sumedang berpatungan untuk membantu biaya para murid yang kurang mampu. Hal tersebut dilakukan oleh para guru di SMAN 2 Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Para guru tersebut diketahui melakukan patungan, untuk membiayai murid yang tak punya ongkos untuk melakukan perjalanan pulang-pergi ke sekolah.
Kondisi tersebut terjadi lantaran Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Cimalaka yang jauh dari rumah sebagian siswa. Selain itu, juga karena kondisi orang tua yang tak mampu memberi ongkos anaknya untuk berangkat sekolah.
Apalagi, SMAN 2 Cimalaka menampung siswa dari berbagai kecamatan. Sebab kecamatan lain yang berada di sekitar daerah tersebut, memang tidak memiliki sekolah SMA. Selain berasal dari Cimalaka, ada juga siswa yang berasal dari kecamatan Cisarua, Paseh, hingga Tanjungkerta dan Tanjungmedar.
| BACA JUGA : Ganggu Ujian Sekolah, Guru di Depok Hadang Bus Telolet yang Melintas
Karena itu, jarak yang harus ditempuh oleh siswa ke sekolah diketahui bisa mencapai 8 kilometer hingga puluhan kilometer. Sehingga, para murid pun membutuhkan ongkos untuk berangkat ke sekolah.
Sementara itu, budaya patungan yang dilakukan oleh para guru di SMAN 2 Cimalaka itu ternyata sudah dilakukan sejak lama. Menurut kepala sekolah, Titin Suryanti Sukmadewi, guru yang biasanya diutamakan untuk ikut berpatungan adalah guru yang telah terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Pada 2024 ini, Titin mengatakan bahwa terdapat setidaknya 10 pelajar yang ongkosnya dibiayai melalui patungan yang dilakukan para guru. Setiap pelajar dibantu dengan Rp250 ribu per bulan dari uang patungan para guru.
| BACA JUGA : Ingin Jadi Guru, Impian Maudy Ayunda Sejak Kecil
“Untuk tahun ini sedikitnya 10 pelajar yang ongkosnya dibiayai melalui patungan para guru. Setiap pelajar dibantu, rata-rata Rp250.000 per bulan dari hasil patungan para guru,” ucap Titin.
“Itu pun guru yang telah sertifikasi dan berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS),” tambahnya.
Untuk mengetahui siapa saja murid yang tidak mampu membayar ongkos untuk ke sekolah, para guru biasanya melakukan home visit ke rumah murid yang sering tidak masuk sekolah. Nah, dari home visit ini akan diketahui mana murid yang membolos dan mana yang memang tidak memiliki ongkor ke sekolah.
Oleh karena itu, Titin memastikan, bahwa para siswa yang dibantu sekolahnya itu memang merupakan siswa yang tidak memiliki ongko ke sekolah.
| BACA JUGA : Alan Walker Ajak Guru Musik Medan Tampil Bersama di Konsernya
“Orang tuanya sendiri yang memastikan anaknya memang tidak berangkat sekolah. Jadi dari sana, kami bantu siswa itu. Tapi kalau ada siswa yang memang terbukti bolos, itu lain lagi penanganannya,” sebutnya.
Selain itu, bantuan tersebut juga diberikan melalui oraang tua siswa, sehingga dapat tepat sasaran dalam penggunaannya.
Bantuan tersebut juga diberikan hanya untuk siswa yang belum masuk ke dalam kategori Data Terpadu Kesejahteraan (DTKS). Mereka adalah siswa-siswa yang memang belum tersentuh bantuan yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan.
Para guru di SMAN 2 Cimalaka setiap bulannya menyisihkan uang gaji mereka untuk bantuan tersebut. Tidak ada rapat khusus yang dilakukan para guru untuk bantuan teersebut. Mereka memberikan uang tersebut dengan sukarela setiap mendapat gaji maupun pencairan sertifikasi.
| BACA JUGA : Sosok Afrian, Guru SMK Jadi Pemeran Jihadis di Film Siksa Kubur
“Jadi setiap bulannya, kami menyisihkan dari gaji maupun tiap pencairan sertifikasi, untuk membantu siswa tidak mampu ini. Bantuannya sukarela, seikhlasnya,” Ujar salah satu guru di SMAN 2 Cimalaka.
Bantuan ini bukan hanya diberikan untuk ongkos berangkat murid saja, namun juga untuk membeli seragam siswa yang kurang mampu. Bahkan, pihak sekolah juga menggunakannya untuk membantu siswa yang berprestasi, agar bias melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. (*)