Aktris Lola Amaria memberikan apresiasi terhadap film berkonsep dokumenter yang terbilang berbeda dari kebanyakan yang ada. Lewat film bertajuk “Pesantren”, ia mengaku ikut terpanggil untuk memberikan gambaran pada publik tentang kehidupan sehari-hari para santri selama menuntut ilmu.
Meski tak terlibat dalam proses penggarapannya, perempuan 45 tahun itu merasa terpanggil untuk ikut menyebarluaskan segala informasi tentang film tersebut. Salah satu yang menurutnya menarik adalah gambaran cerita yang diangkat sesuai dengan realita yang terjadi.
“Saya sebenarnya melihat utuh film ini 2018 dan saya saat itu bilang kalau film ini harus naik (layar bioskop) sebagai perspektif bahwa pesantren dan islam itu berkembang dengan sangat baik,” ujar Lola Amaria di kawasan Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (1/8).
Melihat film ini, Lola Amaria teringat masa kecilnya. Ternyata oleh orang tuanya, saat kecil ia pernah masuk salah satu pesantren di Jakarta. Meski hanya setahun, namun memori ketika berada disana masih teringat hingga kini.
“Selain menimba ilmu agama, yang membekas itu bagaimana kita dididik untuk disiplin. Kebersamaan dengan santri lain itu yang engga pernah lupa,” kenangnya.
|Baca Juga: Nggak Nyangka! 7 Artis Ini Ternyata Lulusan Pesantren Loh
Seperti yang diungkapkan Lola Amaria, film “Pesantren” sebenarnya sudah rampung diproduksi sejak tahun 2018 lalu. Sebelum akhirnya akan ditayangkan serentak di bioskop mulai 4 Agustus 2022 ini, film “Pesantren” sudah lebih dulu ditayangkan di Belanda pada tahun 2019. Jadwal penayangannya di bioskop sendiri sudah molor sekitar 2 tahun akibat pandemi Covid-19 pada 2020 mendatang.
“2020 seharusnya dirilis tapi pandemi, jadi ketahan dan baru naik ke bioskop 4 Agustus mendatang dengan layar terbatas,” ucapnya
Film Pesantren sendiri diproduksi oleh Negeri Films dan distribusinya di bioskop dilakukan oleh Lola Amaria Productions. Film ini mengambil latar kehidupan para santri di Pondok Kebon Jambu Al Islamy yang ada di daerah Cirebon, Jawa Barat yang dipimpin oleh seorang perempuan.
|Baca Juga: Galang Dana Bangun Pesantren di Amerika, Indah Dewi Pertiwi Tampil Kenakan Hijab
Sesuai judulnya, film karya sutradara Shalahuddin Siregar itu berusaha untuk menggambarkan tentang bagaimana kehidupan para santri di pesantren melalui kisah dua santri dan guru muda yang ada di pondok pesantren tersebut. Lewat filmnya itu, Shalahuddin Siregar berusaha untuk mematahkan stigma negatif tentang pesantren tradisional yang terkesan tertutup dan kental dengan isu radikalisme.
“Saya pernah membuat film pada tahun 2012 ketika anak perempuan saya dimasukkan pesantren, lalu muncul stigma yang salah kalau pesantren adalah sumber radikalisme, padahal tidak sama sekali,” ujar Salahuddin Siregar. (*)