Perjalanan musik grup band GIGI menginjak usia 24 tahun. Seperti apa kilas balik grup band yang digawangi Armand Maulana, Dewa Budjana, Thomas Ramdhan dan Gusti Hendy ini?
Malam perayaan ulangtahun GIGI memecahkan suasana di Beer Hall SCBD Sudirman, Jakarta Selatan, belum lama ini. GIGIKITA (sebutan fans GIGI) tampak tak sabaran, ingin melihat penampilan sang idolanya beraksi di panggung.
Semakin malam, jumlah GIGIKITA bertambah. Alhasil ruang yang tersedia dipenuhi ratusan penggemar. Sorak sorai pun mulai terdengar, ketika pembawa acara memanggil masing-masing personil GIGI.
Teriakan dan tepuk tangan GIGIKITA semakin memanaskan suasana. Mereka seakan bernostalgia, bernyanyi bersama menghabiskan malam. Di perayaan ulangtahun kali ini, GIGI membawakan 17 lagu andalan.
Hinakah, Sedikit Saja, Nakal, Terbang, Andai, My Facebook, Kembalilah Kasih, Perihal Cinta, Munafik, Ya Ya Ya, Tak Lagi Percaya, Djomblo, Ku Ingin, 11 Januari, Damainya Cinta, Janji dan Nirwana.
Penampilan mereka seakan menjawab anggapan penggemar, yang menyebut GIGI telah tiada.
“Kami di sini sekaligus menjawab GIGI masih tetap seperti yang dulu. Arti ulangtahun, GIGI masih ada selama 24 tahun. Artinya kita serius, nggak main-main di industri musik Indonesia,” jelas Thomas.
Baca juga : Rumah Cinta GIGI Kita, Langkah GIGI band di Era Digital
Meski masing-masing personil punya karir musik di luar GIGI, namun mereka tetap menomorsatukan grup yang membesarkan nama mereka.
“Inilah nilai plus GIGI, masing-masing kita punya karya sendiri diluar band. Menurut saya wajar saja, kita saling support satu sama lain,” jelas Armand.
Grup band asal Bandung ini terbentuk 22 Maret 1994 dengan format awal Aria Baron (gitar), Thomas Ramdhan (bass), Ronald Fristianto (drum), Dewa Budjana (gitar) dan Armand Maulana (vokal).
Perjalanan selama 24 tahun dilalui GIGI dengan penuh tantangan. Beberapa kali Armand dan Budjana harus mempertahankan band yang dibentuknya.
“Mungkin tak hanya GIGI saja yang mengalami. Band lain pasti merasakan juga. Sulit juga dari kita berlima jadi tinggal berdua,” kenang Armand.
Baca juga: Cerdasnya Ponsel Selfie Chelsea Islan, Bisa Bedakan Kamu Itu Pria atau Wanita
Armand lantas mengisahkan kali pertama mengalami keterpurukan, saat ditinggal tiga personilnya.
“Aku sama Budjana di album 2×2 tinggal berdua memang. Kami dibantu Budi dan Opet jadi additional player. Tapi di album Kilas Balik, keduanya jadi anggota tetap. Senang ya, karena ada lagi yang memperkuat GIGI,” kenangnya lagi.
Mendengar cerita kilas balik Armand, Thomas mengaku nyaman bergabung dengan GIGI.
“Masing-masing dari kita tertanam, saling ketergantungan. Saya punya band diluar GIGI, tapi saya merasa nyaman, nggak perlu mikirin posisi masing-masing. Sudah percaya dengan tanggungjawabnya” aku Thomas .
Baca juga: Unggah Foto Seksi, Netizen Khawatirkan Kondisi Cinta Laura
Habis membahas kilas balik, mereka pun menceritakan tentang kenangan yang tak terlupakan. Kali pertama mendapat proyek manggung di luar kota, Thomas dan Budjana terlalu bersemangat.
“Kita berdua gaya-gayaan pergi duluan ke Makasar. Itu job pertama kita di luar pulau Jawa. Namanya orang awam, kita tadinya mau latihan di pinggir pantai duluan. Ternyata panitia yang ngundang kita nggak sanggup bayar. Akhirnya kita ketahan di hotel,” kenang Thomas disusul gelak tawa teman-temannya.
Baca juga : Umumkan Angel Lelga Hamil, Vicky Prasetyo Malah Ditertawakan Netizen
Tak hanya itu saja, ada kejadian yang mendebarkan saat GIGI tampil di lapangan Mandala Krida di Yogyakarta. Saat itu acara mereka diprotes salah satu kelompok, yang keberatan tempatnya digunakan GIGI.
“Tahun 2008, konser 11 Januari di Mandala Krida. Sepuluh hari sebelumnya sudah di Yogyakarta, karena ada workshop juga di sana. Ternyata kedatangan kita diprotes, karena memakai lapangan itu. Kita diancam mau diculik, apalagi kita bawa anak istri. Sempat khawatir juga,” kenang Budjana yang masalahnya itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
Dari kilas balik selama 24 tahun inilah, mereka solid untuk berkarya di jalur musik Indonesia. Keempatnya sepakat menjadikan pertemuan atau saat latihan, jadi hal yang sakral.
“Kita manggung seminggu ada lima tempat. Kita meluangkan waktu untuk latihan. Kita menganggap pertemuan jadi hal sakral,” pungkas Thomas.