Siapa hayo yang sering buka puasa dengan minuman terlalu dingin, terlalu panas, gorengan atau makanan pedas? Memang nikmat ya setelah seharian berpuasa, ketika membatalkan puasa langsung mengonsumsi makanan dan minuman di atas.
Namun hati-hati karena itu bisa memicu gangguan tenggorokan. ”Minuman dingin, panas dan gorengan bisa merangsang pertumbuhan bakteri dan virus. Sehingga membuat kondisi tenggorokan yang sudah radang, makin parah. Apalagi jika gorengan dikonsumsi secara berlebihan, makin memperparah kondisi,” kata dr Gia Pratama Putra di acara temu media yang dihelat Mundipharma Healthcare Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.
”Biasanya makanan yang digoreng itu kan dikonsumsi saat masih panas, agar rasanya renyah dan enak. Suhu ekstrem dari gorengan panas itulah yang akhirnya mengiritasi tenggorokan,” kata dokter di RS Prikasih, Cilandak, Jakarta Selatan itu.
|Baca Juga: 10 Negara dengan Waktu Puasa Terlama di Dunia. Ada yang Sampai 23 Jam
Yang juga perlu diperhatikan adalah gorengan itu sebaiknya dibuat sendiri, dengan minyak yang masih baru. ”Karena kalau makan gorengan yang dijual, biasanya digoreng dalam minyak yang sudah dipakai berulang kali. Sehingga meningkatkan lemak jenuh dan berisiko radang makin parah,” paparnya.
Seperti halnya gorengan, minuman terlalu panas atau dingin juga akan mengiritasi tenggorokan. ”Itulah mengapa seseorang disarankan mengonsumsi makanan dan minuman hangat,” imbuh Gia.
Mengonsumsi makanan dan minuman terlalu panas dan dingin menyebabkan kemacetan mukosa saluran pernapasan, lapisan pelindung yang melapisi jaringan pernapasan. Fungsi bagian ini adalah mekanisme pertahanan terhadap infeksi.
|Baca Juga: 5 Menu Buka Puasa Paling Favorit dari Berbagai Negara
Saat mukosa tersumbat (menyusut) lapisan pernapasan akan terpapar sehingga memudahkan virus dan bakteri menyerang dan menyebabkan infeksi yang memicu sakit tenggorokan. Karenanya untuk menghindari munculnya gangguan tenggorokan, konsumsi makanan dan minuman bersuhu hangat. Selain itu juga tidak kalah penting adalah cukupi asupan cairan.
”Dengan asupan cairan yang cukup, jumlah air liur di mulut juga cukup. Sehingga kontaminasi bakteri dan virus jahat terminimalkan,” tutur alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Yarsis, Jakarta itu.
”Jadi pastikan saat sahur dan buka, konsumsi air yang cukup. Berapa kecukupan kebutuhan cairan manusia? Tiap orang berbeda-beda. Cara hitungnya gampang, tinggal 40 cc dikali berat badan. Kalau cairan tercukupi, gangguan tenggorokan terminimalisir, demikian gangguan-gangguan yang lain,” imbuhnya. (*)