Kesibukan dan gemerlap industri entertainment nyatanya berdampak pada kehidupan Adhisty Zara. Mantan anggota JKT48 yang tergabung dalam Tim T sejak 1 Desember 2016 itu blak-blakan pernah mengidap penyakit mental.
Mantan personel JKT48 itu sampai harus konsultasi ke psikolog untuk membantunya menyembuhkan gangguan kesehatan mentalnya.
“Aku tuh pernah ada fase di mana aku down se-down down-nya lagi di bawah banget, di bawahnya lagi,” kata Zara dikutip dari kanal YouTube Kemal Palevi pada Jumat (1/11/2024).
| Baca Juga : Terlibat Skandal dengan Lelaki Berbeda, Adhisty Zara Disentil Melody Eks JKT48
Akibat gangguan mental itu, pemain film ‘Dua Garis Biru’ itu bahkan sering menangis tanpa sebab.
“Jadi itu dulu aku ada fase di mana aku sempet stres. Bangun tidur aja aku bisa tiba-tiba nangis, tapi aku nya juga enggak tahu kenapa,” ujar Zara.
“Aku enggak lagi mikirin hal sedih, enggak lagi pengin nangis. Tapi saat bangun tidur, rasa di badan aku nih ‘Ih kok kasihan banget sih gue, ih sedih banget sih gue,” lanjut Zara.
| Baca Juga : Arbani Yasiz Tertantang Bikin Adhisty Zara Jatuh Cinta
Bahkan pada saat di lokasi syuting, Zara pernah menangis selama tiga jam dan tak kunjung berhenti.
“Aku pernah lagi syuting terus tiba-tiba nangis lama, tiga jam enggak berhenti. Padahal ngejar matahari udah jam 3,” ujarnya.
Perempuan kelahiran Bandung, Jawa Barat itu tidak bisa mengontrol dirinya karena saat itu sedang terpicu dengan sesuatu.
“Karena ada trigger jadi ke-trigger, terus akunya sampai enggak bisa kontrol itu gitu,” ungkap pemain film ‘Keluarga Cemara’ itu.
| Baca Juga : Arbani Yasiz Kena Imbas Skandal Adhisty Zara dan Niko Al Hakim
Zara pun menceritakan perjuangan untuk bisa sembuh dari gangguan kesehatan mental yang telah lama dideritanya.
“Sama mamaku dibawa ke psikolog. Ke psikolog pada saat itu terus sempet bars (terapi) juga pokoknya lumayan rutin, sampai akhirnya aku hipnoterapi gitu untuk menghilangkan rasa sedih yang berlebihan,” kata Zara.
Menurut psikolog yang merawat Zara, dirinya mengalami serangan panik akibat komentar buruk di media sosial, lingkungan yang kurang kondusif serta kelelahan.
“Berkomunikasi dengan baik dengan orang di sekitar juga bisa menjadi perawatan paling sederhana untuk menyembuhkan penyakit kesehatan mental yang aku alami,” tutupnya. (*)