Spotlight Indonesia resmi dibuka pada Kamis (1/12) lalu. Mengusung tema Celebrating Diversity (merayakan kebhinekaan), perhelatan fashion untuk merayakan keragaman budaya Indonesia sebagai inspirasi karya-karya unggulan fashion Indonesia itu langsung dibuka dengan koleksi busana dari Wastra Nusantara. Mulai dari batik hingga tenun yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia.
Koleksi yang ditampilkan dalam perhelatan yang digelar di Great Hall Pos Bloc Jakarta dari tanggal 1-4 Desember 2022 ini, terdiri dari beragam ciri khas suku-suku bangsa Indonesia. Antara lain Batak, Jawa, Melayu, Betawi, Minangkabau, Bugis, Bali, Papua, Nusa Tenggara, dan Dayak. Meskipun bertema tentang suku-suku bangsa Indonesia, namun produk fesyennya dibuat dengan desain kontemporer atau kekinian yang diharapkan dapat diterima oleh pasar skala global.
Dengan mengekspos penggunaan wastra atau material lokal dan pengerjaan tangan (handmade) merupakan upaya konkret Spotlight untuk mendukung terwujudnya industri fesyen berlandaskan sustainability (berkelanjutan).
Kasuari Batik, misalnya, mengangkat Batik Tulis Papua dan Tenun Papua dengan warna dan corak yang beragam. Konsep desain koleksi ini memberikan kesan modern dan trendy pada setiap desainnya. Kesan modern dapat terlihat dari desain batik dalam cuttingan model long atau short coat, dress, cape coat dan berbagai desain modis kekinian lainnya. Desain tenun juga terlihat fashionable yang dipadupadankan dengan kain lurik. Aksen pleats dan lengan puff menambah kesan feminim dan kekinian bagi pemakainya. Secara keseluruhan, koleksi ini memberikan kesan trendy dan elegan.
Kahfiati Kahdar, mengusung tema Baju Bodo dari daerah Sulawesi Selatan, Suku Bugis. Dalam koleksi kali ini Baju Bodo di padupadankan dengan sarung sutera āLipa Sabbeā, sarung tenun gedokan dengan bahan sutera. Pola dasar Baju Bodo yang sederhana dipadukan dengan kain sutera organza dan tenun ATBM (alat tenun bukan mesin) menjadi sangat modern.
Sementara Retty Sellya mengangkat tenun songket. Mengambil tema Jegeg yang artinya Cantik dalam bahasa Bali, owner Abebemooi ini menampilkan desain ready to wear Deluxe dengan unsur Eklektik (dua budaya atau lebih dalam satu karya). Misalnya dalam satu karya look terdapat Seni Lukis Textil dengan motif khas Bali yang diambil dari ornament Bali, Bordir Semi Barong, dan motif bordir lainnya. Pada koleksi ini material bahan yang digunakan, dari mulai Tenun Songket, Velvet, Bahan Blink-Blink, Pachwork, Cotton, Lukis, Bordir, Tenun Rangrang Bali, Tenun Ikat Etnik Bali, dibuat menjadi busana yang Menarik, Elegan, dan Keren.
Desainer Ternama
Tidak hanya Kasuari Batik, Kahfiati Kahdar, dan Retty Sellya, beberapa desainer ternama juga memamerkan koleksi mereka pada hari pertama dan kedua Spotlight Indonesia. Mereka adalah Mardiana Ika, Yunita Kosasih, Yanwar Bestari, Wignyo, Ichwan Thoha, Billy Tjong, Hannie Hananto, Lia Mustafa, Inna Priyono, dan masih banyak lagi.
Spotlight Indonesia 2022 menghadirkan kegiatan meliputi fashion show, exhibition, instalasi ethnic textiles, workshop, dan seminar. Dalam 17 sesi fashion show, lebih dari 130 desainer, jenama, dan institusi pendidikan akan menunjukkan koleksi yang mencakup kategori formal wear, casual/street wear, menās wear, hingga modest wear dengan mengangkat wastra Nusantara.
Menurut Ali Charisma, National Chairman Indonesian Fashion Chamber, Spotlight menampilkan kekuatan inspirasi lokal dalam produk ready-to-wear yang menjadi ciri khas fashion Indonesia. āWastra Nusantara atau konten budaya lokal yang dikemas dalam wujud kontemporer dan kekinian menjadi highlight perhelatan ini yang diharapkan dapat diterima oleh pasar global, bahkan dapat menarik perhatian dunia. Kultur Indonesia juga berpotensi menjadi sumber inspirasi dan tren bagi dunia,ā papar Ali.
Spotlight Indonesia 2022 ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk menunjukkan ke masyarakat bila penggunaan kain wastra itu suatu kebanggaan. āApalagi saat memakai warna dan corak khas daerah masing-masing,ā tutur Ali.
Resort Wear
Koleksi yang cukup menarik ditampilkan Hijau Jarum by Ali Charisma, yang mengambil tema Resort Wear. Koleksi busana resort wear hadir dengan menonjolkan warna-warna alam. Seperti cokelat, hijau, dan juga hitam. Dengan desain yang santai namun elegan, menampilkan beberapa look mulai dari celana, atasan tanpa lengan, kemeja karet, rok, hingga outer. Dari material kain tenun Nusa Tenggara Barat yang dibuat dengan teknik pewarnaan menggunakan pewarna alam.
Lewat koleksi Resort Wear ini, Ali ingin menyampaikan pesan bahwa fesyen dengan konsep sustainability tidak harus susah dan mahal. Sustainability tersebut dituangkan, lewat teknik pembuatan berbagai koleksi yang mengedepankan prinsip tanpa limbah.
āJadi hampir semua kain tenun tidak saya potong, tapi saya lipat. Jadi konsepnya itu origami, hampir semua kainnya kotak. Top-topnya kainnya kotak, saya lipat-lipat. Dari kain kotak, sama sekali nggak ada yang kebuang. Jadi membuat baju itu tidak susah, dan saya sampaikan juga nggak harus mahal sekali,” kata Ali. *omi