Menjalani hidup berjauhan dengan pasangan, apalagi memiliki dan harus merawat dua anak sendirian, tentu tidaklah mudah. Seperti yang dialami Tasya Kamila yang harus menjalani hubungan jarak jauh (long distance relationship/LDR) dengan suaminya, Randi Bachtiar yang bekerja di Amerika Serikat.
Walaupun terpisah negara, Tasya tetap menjaga hubungan yang kuat dengan suami serta anak pertamanya, Arrasya Wardhana Bachtiar (4) yang terkadang saling rindu.
Salah satu cara Tasya siasati kondisi itu dengan berkata jujur dan terbuka kepada Arrasya bahwa sang ayah bekerja di luar negeri karena ada tugas pekerjaan yang harus diselesaikan. Selain itu, Tasya juga melakukan panggilan video call secara rutin untuk menjaga ikatan keluarganya, terutama ayah dan anaknya.
“Kalau anak aku sangat-sangat mengerti, Alhamdulillah. Awalnya sempat kepikiran, Kalau misalkan Arrasya kangen sama Papanya bagaimana? Oh aku mau video call sama papa. Kita akhirnya bikin rutinitas baru yaitu video call setiap hari. Anak aku kalau lagi main kipas ditemenin papanya tapi virtual. Jadi dia memang tahu banget kalau papanya memang jauh,” kata Tasya di Mall Sumarecon Bekasi pada Sabtu (5/8).
Ia menambahkan, “Kalau suami lagi sama aku, dia betul-betul bantu (urus anak).”
|Baca Juga: Tasya Kamila Curhat Tak Bisa Bertemu Bayinya yang Dirawat di NICU
Kerja tim, itulah prinsip yang dipegang pasangan muda itu dalam mengasuh anak. Baik ayah maupun ibu sama-sama punya tanggung jawab besar dan harus saling bahu membahu.
Tidak terkecuali saat ia harus memberikan ASI ekslusif pada anak-anaknya. Dikatakan Tasya, Suaminya juga termasuk Ayah ASI yang selalu mendukung istri agar produksi air susu ibu terus mengalir lancar.
“Ketika dada bengkak dan didatangi dokter laktasi, dia juga ikut biar tahu apa yang harus dilakukan, bagaimana mengatasinya,” ujar Ibu dari Arrasya Wardhana Bachtiar dan Shafanina Wardhana Bachtiar itu.
Walaupun demikian, Tasya mengakui bila dirinya pernah mengalami fase baby blues setelah melahirkan Arrasya. Ia mengaku sempat merasa sendirian mengurus anak, hingga iri dengan orang lain yang tampaknya memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri.
Tasya mengatakan saat itu tidak terlalu merasa terpuruk karena suami selalu perhatian meski berada di Amerika Serikat dan masih ada keluarga besar yang selalu menemaninya.
Dokter spesialis anak dan konselor laktasi dari Rumah Sakit Primaya, dr. Ayi Dilla Septarini, mengatakan bahwa baby blues adalah kondisi emosional yang umum terjadi pada 80 persen ibu setelah melahirkan.
“Baby blues itu ya 80 persen ibu melahirkan pasti mengalami baby blues, itu normal,” ujar Ayi.
|Baca Juga: Jadi Duta Kipas! Ini Alasan Anak Tasya Kamila Hobby Koleksi Kipas Angin
Dukungan dari orang sekitar untuk membantu ibu baru dalam beradaptasi dengan peran barunya bisa sangat membantu mengurangi gejala baby blues.
Tasya sendiri akhirnya menemukan cara untuk keluar dari fase baby blues, salah satunya dengan hadirnya seorang pengasuh anak yang meringankan bebannya merawat anak. Ia pun merasa lebih punya waktu untuk dirinya sendiri dan lebih rileks.
Dengan merasa lebih rileks dan memiliki waktu pribadi, Tasya merasa lebih fokus dan hadir secara emosional saat merawat anaknya.
“Jadi aku merasa punya jati diri lain selain menjadi seorang ibu dan menjadi susu perah doang. Aku masih punya waktu untuk diri ku sendiri. Ketika aku bisa mengurus diri aku sendiri, aku akhirnya bisa dengan maksimal mengurus anak,” ujar Tasya.
Selain itu, Ayi mengatakan bila dengan menyusui dapat membantu seorang Ibu dalam melawan stress. “Sebab menghasilkan hormon oksitosin yang sering disebut sebagai hormon cinta, karena berkaitan dengan perasaan kasih sayang dan keterikatan antar manusia,” ungkap Ayi. (*)