Mimpi mengubah dunia sudah tertanam kuat di benak Elizabeth Holmes sejak usia belia. Kejeniusannya pun mengantarkannya menjadi salah satu sosok yang memberikan gebrakan besar di dunia medis, lewat startup yang didirikannya, Theranos.
Theranos (dari kata therapy dan diagnose) adalah wujud mimpi Elizabeth yang membawanya menjadi miliuner di usia muda. Tapi sayang, Theranos pulalah yang membawa kejatuhan sosok yang disebut sebagai Steve Jobs perempuan ini. Inilah fakta perjalanan hidup Elizabeth Holmes yang selalu jadi sorotan.
1. Memiliki ambisi besar sejar umur sembilan tahun
Perempuan kelahiran 3 Februari 1984 ini sudah memiliki ambisi besar sejak usia sembilan tahun. Ia menuliskan keinginannya itu kepada sang ayah lewat sebuah surat.
“Apa yang benar-benar kuinginkan dalam kehidupan adalah untuk menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang manusia pikir sebagai hal yang tidak mungkin dilakukan,” begitulah keinginan besar Elizabeth.
2. Sosok yang mandiri dan memiliki usaha sendiri di usia muda
Elizabeth begitu akrab dengan teknologi. Ketika duduk di bangku SMA, pemilik nama lengkap Elizabeth Anne Holmes ini sudah tertarik dengan bahasa pemrograman komputer.
Tak lama kemudian, ia memulai usahanya dengan menjual perangkat lunak yang berfungsi menerjemahkan kode komputer, ke sejumlah universitas Cina di Amerika.
3. Prestasi melejit di Universitas Stanford
Pada tahun 2001, Elizabeth terdaftar sebagai mahasiswa teknik kimia Universtas Stanford. Bukan mahasiswa biasa, ia merangkap sebagai seorang peneliti sekaligus asisten dosen di School of Engineering, Universitas Stanford.
Ia mendapat gelar ‘President Scholar’ di tahun pertamanya di Stanford, di mana ia memperoleh dana sebesar US$ 3,000 (setara Rp 42,6 juta) untuk penelitian.
Tak cukup sampai di situ, Elizabeth menghabiskan waktu liburan musim panasnya dengan magang di laboratorium Genome Institute, Singapura.
4. Cikal bakal Theranos di mulai di tahun kedua perkuliahan Elizabeth
Memasuki tahun kedua perkuliahan, Elizabeth menghadap kepada salah satu dosennya, Proffesor Channing Robertson. Ia meminta restu untuk mendirikan suatu perusahaan.
Dari sanalah, Real-Time Cures (yang kemudian dikenal dengan nama Theranos) didirikan di Palo Alto, California. Perusahaan ini memiliki inovasi berupa perangkat tes kesehatan hanya dari satu tetes darah. Elizabeth mengatakan penemuannya itu bisa mendeteksi berbagai macam penyakit termasuk kanker, tekanan darah dan kolesterol.
Tak lama kemudian, Elizabeth keluar dari Stanford dan memutuskan untuk meneruskan penelitiannya dengan sisa dana yang masih ia miliki.
5. Masa kejayaan Theranos
Perjuangan berat Elizabeth akhirnya terbayar. Inovasinya ini mencuri perhatian dunia. Sederet tokoh dan investor besar pun menyuntikkan dananya untuk Theranos. Di antaranya adalah Draper Fisher Jurvetson dan Larry Ellison.
Tak tanggung-tanggung, Theranos mampu menghimpun dana lebih dari US$ 700 juta (Rp 9,9 triliun). Perusahaan sekaligus laboratorium raksasa pun didirikan dan mempekerjakan 800 karyawan di Silicon Valley.
Kesuksesan ini membawa nama Elizabeth sebagai salah satu sosok penting. Bahkan, ia memperoleh gelar miliarder perempuan termuda dari majalah Forbes. Kekayaannya mencapai US$ 4,5 juta (Rp 63,9 miliar).
6. Kejatuhan Elizabeth Holmes dan Theranos
Seindah apapun sebuah mimpi, kita pada akhirnya akan membuka mata dan terbangun. Di tengah masa kejayaannya, keburukan yang disimpan Elizabeth terungkap.
Nyatanya, selama ini tes yang dihasilkan Theranos tidaklah akurat. Parahnya, Elizabeth menutup-nutupi hal ini dan terus membohongi dunia.
Bahkan, salah satu karyawan Theranos, Ian Gibbons memperingatkan sang CEO muda kalau tes belum siap untuk diuji publik. Namun Elizabeth tak menggubrisnya.
Hasil investigasi jurnalis Wall Street Journal, John Carreyrou membuktikan kalau hasil tes Theranos tidak akurat. Perusahaan startup yang ada dalam level decacorn itu pun, harus ditutup.
Kisah hidup Elizabeth Holmes dan Theranos rencananya akan difilmkan oleh Hollywood dengan judul Bad Blood. Jennifer Lawrence kabarnya akan memerankan sosok Elizabeth dalam film yang dibesut oleh Adam McKay ini. (*)