Meghan Markle dikecam oleh Partai Republik setelah berbicara tentang penggulingan Roe v Wade dalam wawancara majalah Vogue. Duchess of Sussex itu dianggap mencoba memasukkan drama ke dalam politik Amerika.
Dalam wawancara bersama aktivis Gloria Steinem, Meghan mengungkapkan bahwa dia bersedia pergi ke Washington DC untuk protes tentang aturan aborsi Roe v Wade. Pada Jumat, 24 Juni 2022, Mahkamah Agung Amerika mengambil keputusan menghapus hak perempuan untuk menggugurkan kandungannya.
Keputusan itu ditentang berbagai pihak dan Meghan juga mendesak para pria agar ‘lebih vokal’ dengan kemarahan mereka atas pencabutan Roe v Wade. Ia juga mengungkapkan bahwa tanggapan Pangeran Harry terhadap keputusan Mahkamah Agung itu adalah sampah.
“Suami saya dan saya banyak membicarakan hal itu selama beberapa hari terakhir. Dia juga seorang feminis dan dalam sebuah intervensi yang akan secara luas dianggap pro-Demokrat . Kita harus menyalurkan ketakutan itu ke dalam tindakan. Kita bisa mulai November ini di tengah semester. Kita harus memilih, setiap saat,” ungkap Meghan.
|Baca Juga: Pangeran Harry dan Meghan Markle Kunjungi Oprah Winfrey. Bakal Ada Drama Lagi?
|Baca Juga: Istana Kensington Menutupi Hasil Investigasi Atas Intimidasi Meghan Markle
Mendengar pernyataannya ini, Partai Republik mengecam Duchess of Sussex karena terlalu drama dan menganggap bahwa ia mencari suara untuk pencalonan diri sebagai Presiden Amerika.
“Ini hanya upaya lain dari mantan bangsawan untuk memasukkan drama Inggris mereka dalam politik Amerika. Saya tidak berpikir ada orang yang peduli dengan pendapat Meghan Markle soal aborsi. Namun, saya pikir pencalonannya sebagai Presiden akan menjadi episode yang bagus untuk The Crown,” ungkap perwakilan Partai Republik, Lisa McClain, dilansir dari DailyMail.
Keinginan Meghan Markle tentang ambisi politiknya telah lama terdengar sejak kepindahannya ke Inggris. Dia secara serius mempertimbangkan untuk ‘mencalonkan diri’ sebagai presiden jika suaminya melepaskan gelar kerajaannya.