Kisah Heroik di Lokasi Bom Kampung Melayu Bagian 1
Karangan bunga duka cita dari beberapa petinggi Polri dan TNI memenuhi halaman rumah duka Bripda Imam Gilang Adinata (25) di Desa Srago Gede, Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jateng. Bripda Gilang, panggilan akrabnya, adalah salah satu dari tiga anggota kepolisian yang gugur akibat bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu pada Rabu (24/5) malam. Karena gugur dalam tugas, Polri menaikkan pangkat Gilang satu tingkat menjadi Briptu Anumerta. Srisarjono merasa bangga kepada putra sulungnya itu karena gugur saat menjalankan tugas.
Almarhum sendiri dimakamkan di tempat kelahiran ayahnya, Desa Srago Gede pada Kamis (25/5) sore. ”Kami makamkan di desa karena semua keluarga ada di sini,” tutur Srisarjono yang hijrah ke Jakarta sejak 1990. Masih teringat jelas dalam ingatan Srisarjono, terakhir kali bertatap muka dengan putranya pada Rabu (24/5) pagi. ”Sekitar jam delapan pagi, sebelum berangkat jualan, saya bangunin dia. Saya tanya, Le (panggilan anak-laki-laki dalam bahasa Jawa, red) kamu berangkat jam berapa? Dia jawab, masuk sore pak. Setelah itu dia pindah ke kamar atas,” ingat pemilik kantin yang berdekatan dengan gedung KPK ini.
Srisarjono tak menyangka obrolan itu adalah pertemuan terakhir dengan Gilang. Karena saat Gilang berangkat bertugas untuk mengamankan jalannya pawai obor di kawasan Kampung Malayu, Jakarta Timur. Sekitar pukul 21.00 WIB, Wiyarti menonton berita di televisi ada ledakan bom di Terminal Kampung Melayu. Mengetahui hal tersebut, ia langsung menelepon putranya. Namun, tidak diangkat Gilang.
Baca Juga | |
Ariana Grande Bakal Gelar Konser Lagi di Manchester Setelah konsernya dinodai serangan bom, seolah ingin membalas, Ariana Grande siap gelar … [Read More] |
Sekitar pukul 02.30 dinihari, pihak kepolisian dari Polda Metro Jaya mendatangi rumah Srisarjono. Petugas itu membawa kabar duka. Gilang gugur dalam ledakan bom di Terminal Kampung Melayu. Mendengar kabar tersebut, Wiyarti langsung tak sadarkan diri. Srisarjono sempat tidak percaya akan kabar buruk tersebut.
Srisarjono semakin sedih bila ingat ada permintaan almarhum yang belum diwujudkan. ”Beberapa minggu lalu, dia menyuruh kami untuk bersilaturahmi ke rumah pacarnya. Saya berjanji kepadanya akan saya lakukan setelah Lebaran nanti. Tapi dia sudah keburu pergi. Keinginannya belum kami wujudkan,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. *bas/dro/fel
Ikuti kisah heroik Bripda Taufan Tsunami di tabloidnyata.com esok hari. Baca kisah tiga anggota kepolisian yang gugur di Kampung Melayu di Tabloid Nyata edisi 2395 terbit tanggal 27 Mei 2017.