Waspadai Kesehatan Mental Remaja di Kalangan Pelajar

0
217
Waspadai Kesehatan Mental Remaja di Kalangan Pelajar. (Foto: Dok. Net)
Waspadai Kesehatan Mental Remaja di Kalangan Pelajar. (Foto: Dok. Net)

Keseimbangan kesehatan fisik dan mental sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Namun, kesehatan mental di kalangan pelajar masih sering diabaikan.

Disadari atau tidak, anak di usia remaja termasuk dalam kelompok yang sangat rentan mengalami gangguan mental. Kondisi itu terjadi tak hanya disebabkan oleh perubahan hormon dan perkembangan fisik yang meningkat di usia tersebut, namun juga beberapa faktor lain.

Mudah marah dengan kondisi emosi yang tidak stabil, bisa saja disebabkan oleh berbagai tekanan yang mereka alami, seperti masalah akademis di sekolah, pergaulan dengan teman sebaya, hingga penggunaan media sosial yang berlebihan.

Namun kebanyakan gangguan emosional yang terjadi pada para remaja ini jarang terdeteksi, karena gejalanya yang tidak terlihat seperti halnya penyakit fisik, serta jarangnya remaja yang berkeinginan untuk menceritakan masalah yang mereka alami kepada orangtua, keluarga, atau orang lain.

| Baca Juga: Waspadai Gejala Alergi Susu Sapi Pada Anak

Akibat tidak lepasnya beban atau masalah yang ada di pikirannya tersebut menyebabkan para remaja melampiaskannya dalam bentuk amarah, emosi yang tiba-tiba meledak, murung, sedih, serta perilaku berisiko tinggi, seperti berkelahi, bolos, mengonsumsi minuman beralkohol, hingga mencuri dan melakukan tindakan kriminal lainnya.

Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, remaja tersebut akan berisiko mengalami depresi, berperilaku antisosial, hingga keinginan untuk bunuh diri.

Tiga lembaga melakukan studi terhadap kondisi kesehatan mental remaja di Jakarta. Ketiganya yakni Health Collaborative Center (HCC), Fokus Kesehatan Indonesia (FKI), dan Yayasan BUMN melalui inisiatif Mendengar Jiwa Institute dengan melibatkan para pelajar SMA di Jakarta.

Hasilnya, 34 persen pelajar SMA di Jakarta memiliki indikasi gangguan mental emosional. Dengan kata lain, 3 dari 10 pelajar sering menunjukkan perilaku marah dan agresif, mengarah pada potensi konflik fisik.

| Baca Juga: Berkaca dari Talitha Curtis, Ini Cara Mengatasi Stress Eating

Menurut Peneliti Utama HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, angka itu menjadi indikasi serius gangguan kesehatan. Utamanya, mental remaja di kota metropolitan seperti Jakarta.

“Hasil ini menjadi gambaran awal yang harus dianalisis lebih mendalam. Angka tersebut bahkan melampaui data dari penelitian sebelumnya,” ujarnya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dr Ray menjelaskan 34 persen pelajar yang terindikasi mengalami risiko masalah kesehatan mental tersebut, terbagi ke dalam empat komponen subskala. Pertama, 26 persen pelajar yang cenderung menyendiri, tidak memiliki satu teman baik, dan sering diganggu oleh anak lain.

Ke dua, 23 persen pelajar yang cenderung mudah takut, khawatir, tidak percaya diri, dan ada keluhan sakit pada badan yang sebenarnya tidak sakit (psikosomatis).

Ke tiga, 29 persen pelajar yang terindikasi mengalami gangguan hiperaktivitas selama di sekolah. Terakhir, 18 persen pelajar menunjukkan perilaku agresivitas, seperti sering marah, berkelahi, berbohong, dan bersifat curang.

| Baca Juga: Kenali Manfaat Daun Jambu Biji, Obati Batuk hingga Diare

Temuan lain dari penelitian tersebut juga menunjukkan 8 dari 10 atau pelajar SMA di Jakarta memiliki kemampuan berinteraksi positif dengan orang lain/ prososial yang baik.

Ini artinya, terdapat pelajar SMA yang bisa dilibatkan sebagai penggerak dan menjadi modal yang potensial dalam meningkatkan kesehatan mental pelajar di sekolah. Mereka diharapkan dapat menjadi konselor sebaya bagi teman-teman di sekolahnya.

Dari temuan tersebut bisa disimpulkan bahwa pelajar SMA membutuhkan ruang privasi agar mereka bisa curhat dengan nyaman. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here