Bahaya Mengemudi Sambil Mabuk: Antara Nikmat Sesaat dan Ancaman Maut

0
Ilustrasi bahaya mengemudi sambil mabuk. (Foto: Pixabay/ktphotography/stevepb)
Ilustrasi bahaya mengemudi sambil mabuk. (Foto: Pixabay/ktphotography/stevepb)

Kasus mengemudi sambil mabuk semakin meresahkan. Khususnya di Surabaya. Menurut data Satlantas Polrestabes Surabaya sepanjang 2024, ada 62 korban kecelakaan yang disebabkan pengemudi di bawah pengaruh alkohol. 52 orang luka-luka dan 10 lainnya meninggal dunia.

Misalnya, Prasetiya Ningsih dan Suparman meregang nyawa saat tengah mencari nafkah. Ningsih ditabrak Septian Uki Wijaya, pengemudi mercy pada Senin, 23 Desember 2024. Sementara Suparman ditabrak Abdul Aziz pada Kamis, 2 Januari lalu.

Mengemudi kendaraan dalam kondisi mabuk sangat berbahaya. Selain membahayakan diri sendiri, perilaku ini juga mengancam nyawa pengguna jalan. Bahkan termasuk tindakan melanggar hukum. Aturan itu tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ).

| Baca Juga: Anak Mantan Presiden Korsel Ditangkap Polisi Karena Mabuk saat Berkendara

Dalam dunia Kimia, alkohol terbagi dalam tiga jenis utama yakni Etanol, Metanol dan Propanol. Alkohol yang bisa dikonsumsi manusia adalah etanol. Sedangkan metanol dan propanol memiliki sifat racun bagi tubuh.

Foto: Padnya/Nyata
Foto: Padnya/Nyata

“Yang paling banyak menyebabkan hilangnya kesadaran adalah etanol. Namun miras itu berpotensi bahaya karena berbagai campuran yang seringkali ditambahkan,” kata Guru Besar Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof. Dr.rer.nat Fredy Kurniawan, M.Si, kepada Nyata, belum lama ini.

Pada dasarnya konsumsi alkohol dapat mengganggu fungsi neurologis. Efek samping itu akan dirasakan dalam beberapa menit setelah mengonsumsi alkohol. Seperti pusing, mabuk hingga kehilangan kesadaran.

”Alkohol itu menyerang langsung ke otak, mengganggu cara kerja neuron. Tingkat kesadaran yang hilang bisa bervariasi, dari setengah sadar hingga benar-benar tidak sadar dan ini bergantung pada banyak faktor, termasuk konsentrasi alkohol dalam darah. Sehingga dia tidak bisa membedakan baik dan buruk,” ungkap dosen Sains Analitik dan Instrumen Kimia itu.

| Baca Juga: Mabuk saat Berkendara, Suga BTS Didenda Rp 173 Juta

”Alkohol itu juga punya sifat adiksi (ketergantungan, red). Kalau dikonsumsi terus menerus bisa mengikis lemak bahkan kulit, dan disaring ginjal karena dianggap racun, lama-lama bikin gagal ginjal, gagal jantung,” lanjutnya.

Fredy melanjutkan, alkohol aman dikonsumsi dalam ambang batas 0,5 persen hingga satu persen.

”Tubuh manusia itu enggak sama. Kadang ada yang minum dengan kadar alkohol 1 persen langsung mabuk sedangkan yang lain enggak. Nah itu bisa tergantung berat badan dan banyak faktor. Tetapi jika konsumsi alkoholnya lebih dari ambang batas juga bisa menyebabkan kematian,” ucapnya.

Lantas bagaimana jika seseorang terpaksa bepergian setelah mengonsumsi alkohol?

“Sebenarnya kalau mabuk lebih baik di rumah, jangan di jalanan. Kalau di luar negeri orang mabuk di jalanan langsung ditangkap. Kalau di sini (Indonesia, red) malah dibiarin. Tapi lebih baik tunggu sampai efek alkoholnya benar-benar hilang, paling aman 24 jam setelah minum alkohol. Baru boleh beraktivitas lagi,” sarannya. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here