Wisata sejarah jalan peneleh

Mengenal kota Surabaya dapat dilakukan dengan banyak cara. Misalnya dengan membaca literatur sejarah atau berselancar di dunia maya. Kalau mau mengeluarkan lebih banyak tenaga, bisa mencoba cara kami, yaitu berjalan kaki menyusuri tiap sudut kota.

Sejak Juli 2016, kami SUBWalker melakukan kegiatan berupa mengajak publik Surabaya berkeliling rute-rute yang kami siapkan. Cara ini kami rasa efektif untuk merasakan sensasi perlambatan waktu, serta menikmati detail-detail cantik, yang sering kita lewatkan ketika menaiki kendaraan. Berbagai hal menarik bisa kita temukan, jika kita mau keluar-masuk jalan dan perkampungan di Surabaya.

Kampung Otentik Penuh Sejarah

Salah satu kampung tertua dan otentik yang dimiliki Surabaya adalah Kampung Peneleh. Beberapa dari kita mungkin mengenal Peneleh dari makam Belanda yang terdapat di sana. Tapi, bukan hanya itu lho pesona yang dimiliki kampung tua penyimpan banyak cerita ini. Kami akan mengajak anda dalam tur singkat ke tempat-tempat menarik di Kampung Peneleh.

Nama Peneleh dipercaya berasal dari kata dalam bahasa Jawa “pinilih”, yang bermakna “terpilih” atau “kaum pilihan”. Kampung ini merupakan gudangnya orang pilihan yang di kemudian hari kita kenal sebagai pahlawan nasional.

Rumah H.O.S. Tjokroaminoto

Di kampung ini kita akan menemukan beberapa rumah peninggalan tokoh-tokoh sejarah Indonesia. Salah satunya adalah rumah H.O.S Tjokroaminoto, yang kita kenal sebagai guru bangsa. Seorang saudagar muslim dari Solo yang pindah ke Surabaya, karena mendapat tugas mengurus dokumen-dokumen peresmian Sarekat Islam. Di rumahnya yang terletak di Jalan Peneleh Gang VII No. 29-31 itu, beliau membuka indekos dan rumah belajar bermacam ilmu bagi para intelektual muda. Di antaranya adalah Sukarno, Semaun, Alimin, Musso, dan Kartosuwiryo.

Belakangan pada masa kemerdekaan, mereka lebih kita kenal sebagai  figur-figur penting. Mereka memimpin kelompok-kelompok pergerakan, dengan ideologi dan faham yang berseberangan.

Juga Ada Rumah Kelahiran Presiden Pertama Kita

Masih di kawasan Kelurahan Peneleh, hanya terpaut beberapa gang dari Rumah H.O.S Tjokroaminoto, terdapat rumah kelahiran Bung Karno di sebelah utara dan rumah kelahiran Cak Ruslan Abdul Gani di sebelah selatan. Rumah kelahiran Bung Karno beralamat di Jl. Pandean Gang IV No. 40. Rumah ini menegaskan simpang-siur kebenaran tempat lahir Sang Proklamator Indonesia ini.

Masih segar di ingatan, dahulu kita diajarkan bahwa beliau lahir di Blitar. Namun beberapa tahun lalu, sejarah tersebut diluruskan. Bukti-bukti sejarah, terutama yang berasal dari masa Bung Karno masih hidup, menyebutkan Putra Sang Fajar ini lahir ketika orang tuanya ditugaskan di Surabaya dan menempati rumah di Gang Pandean.

Sayangnya, sampai saat ini pemkot Surabaya belum berhasil membeli properti ini dari pemiliknya. Jadinya, statusnya masih merupakan rumah tinggal pribadi dan tidak terbuka untuk umum. Kita harus puas hanya bisa melihat bentuk rumah dan plakat tanda bangunan cagar budaya dari depan. Semoga saja ke depannya pemkot dan pemilik bisa mencapai kesepakatan, sehingga rumah bersejarah ini bisa terjaga dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Spot Foto Keren di Rumah Ruslan Abdulgani

Sementara itu, di Jl. Plampitan Gang VIII, No 34-36 terdapat Warung Omah Sejarah, yang juga merupakan rumah kelahiran Ruslan Abdulgani. Tokoh yang biasa disebut Cak Roes ini merupakan sekretaris jenderal KAA di Bandung, sekaligus menteri luar negeri, duta besar RI di PBB, dan juga rektor pertama IKIP. Beliau cendekiawan dan diplomat ulung asli Surabaya yang disegani di tanah air.

Rumah tersebut disulap menjadi warung unik, yang menampilkan memorabilia puluhan koleksi foto antik milik keluarga Cak Ruslan. Warung ini dibuka untuk umum, demi membantu ahli waris dalam menutupi biaya perawatan rumah. Bangunan ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya yang harus terjaga bentuknya.

Sisihkan sedikit uang untuk membeli minuman atau sajian yang dijual di sana. Berkunjung ke tempat ini tidak hanya memperkaya pengetahuan sejarah kita, tapi juga membantu keberlangsungan bangunan cagar budaya ini agar bisa dinikmati generasi berikutnya.

Jangan Lupa ke Masjid Tertua di Surabaya

Berlanjut ke Peneleh Gang V. Di sana terdapat Masjid Jami’ Peneleh, yang disebut-sebut sebagai masjid tertua di Surabaya. Alkisah pada abad XV, Sunan Ampel melakukan perjalanan dari ibukota Majapahit menyusuri Kalimas menuju tanah perdikan di Ampeldenta. Ia memutuskan mampir di Peneleh, karena mendengar di situ telah bermukim komunitas muslim. Namun, mereka belum memiliki tempat ibadah yang layak. Dalam kunjungannya, Sunan Ampel memimpin rombongannya beserta warga setempat dalam pembangunan Masjid Jami Peneleh.

Sejak saat itu, masjid itu jadi pusat aktivitas di lingkungan kampung. Bahkan pada masa pertahanan kemerdekaan, masjid ini dijadikan tempat berembug strategi perlawanan para Laskar Hizbullah melawan penjajah. Mereka juga menyembunyian senjata, dalam wadah yang ditempatkan di lubang sumur. Bentuk masjid saat ini merupakan hasil renovasi di abad XVIII atau XIX. Interior masjid yang berbentuk seperti kapal terbalik ini sungguh cantik. Bakal menarik bagi siapa saja yang melihatnya.

Sensasi Ngeri namun Indah di Makam Belanda

Tentu saja, membicarakan Peneleh tidak lengkap kalau belum membahas makam Belanda. Kompleks pemakaman bernama resmi De Begraafplaats Peneleh Soerabaja ini merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi golongan atas kaum Eropa yang bermukim di Surabaya.

Menempati areal seluas 5,4 hektar, pemakaman ini merupakan pemakaman modern tertua kedua di dunia. Sistem blok yang rapi, administrasi yang jelas, serta–demi alasan kebersihan dan kesehatan–lokasinya berada jauh dari permukiman kaum Eropa, membuktikan kemajuan pengelolaan makam yang dibuka pada 1814 ini.

Di sini, kita bisa temukan ribuan nisan, prasasti, patung, dan mausoleum bergaya dorik dan gothik. Sayangnya, kebanyakan sudah rusak parah. Beberapa makam masih terjaga kecantikannya, antara lain deretan makam suster-suster Ordo Ursulin, serta Pastor Martinus van den Elsen dari Ordo Jesuit. Di bagian lain, kita dapat temukan pusara berlapis prasasti baja dan berpagar besi tinggi milik Peter Merkus, satu-satunya gubernur jenderal Hindia Belanda yang dimakamkan di Surabaya.

Untuk berkunjung ke sini diperlukan surat izin, yang bisa didapat dari Dinas Pertamanan Kota Surabaya. Atau silakan coba berkunjung langsung dan bertemu penjaganya, siapa tahu diizinkan.

Kami sadar, akan sangat membosankan bila perjalanan ini melulu diisi dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Maka kami sarankan, ketika berjalan cobalah sapa penduduk setempat. Perhatikan pula segala hal yang menarik perhatian dan memanjakan kelima indera kita. Kami sendiri sangat tertarik dengan cantiknya arsitektur rumah-rumah lawas berwarna pastel yang terjaga dengan baik. Bangunan-bangunan tersebut sangat menarik untuk didokumentasikan.

Wisata Sejarah Jalan Peneleh Dekat dengan Leluhur

Pesona Kampung Peneleh tidak hanya sebatas arsitektur rumah dan beberapa titik bersejarah. Apabila memasang mata baik-baik, kita akan menemukan beberapa makam leluhur yang berada di tengah perkampungan. Warga pendahulu menguburkan jenazah para kerabat mereka tidak jauh dari rumah. Tujuannya, selalu dekat dengan yang sudah tiada, serta mudah untuk berziarah. Salah satunya, kami menemukan situs makam Nyai Rokaya Cempo, yang masih kerabat dengan Sunan Ampel.

Aktivitas lain yang juga bisa dilakukan adalah wisata kuliner. Banyak sekali jajanan dan masakan lezat yang bisa dicoba di sekitar sini.

Penggemar Kuliner Tak Boleh Lewatkan Ini

Beberapa yang sangat terkenal antara lain Ote-Ote Porong, di sebuah warung kecil di ujung gang sebelum makam. Ada pula Bakcang Peneleh, yang dijual di sebuah rumah bergaya peranakan di Jalan Peneleh, yang memiliki interior klasik yang masih terjaga. Seluruh proses pembuatan bakcang juga bisa kita saksikan di serambi belakang.

Jika haus setelah lama berkeliling, silakan mampir ke Loji Besar, sebuah rumah klasik yang berhasil direstorasi dengan baik di seberang Makam Peneleh. Tempat yang juga menjual suvenir khas Surabaya ini menyajikan kopi, jamu, dan minuman pelepas dahaga lainnya.

Tertarik mencoba menjelajahi Kampung Peneleh? Cukup berbekal sepatu dan pakaian yang nyaman. Jangan lupa memakai krim tabir surya, topi, dan kacamata penghalau sinar matahari yang terik. Dengan itu, kita sudah bisa mulai blusukan. Selalu jaga kesopanan dan tetap ramah pada penduduk setempat. Ingat, posisi kita sebagai tamu di lingkungan tersebut. Selamat berjalan kaki!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here