H ilangnya empat bocah, Muhammad Rishda Uwais Alqarni (3,7), Muhammad Nawawi (5), Husni Mubarok (2,5) dan Abdullah Bagas (3,5) yang sedang bermain bola di sawah kering, Rabu (31/7) lalu membuat gempar.
Terutama untuk warga Kampung Pangkalan Desa Sanca Kecamatan Ciater, Subang, Jawa Barat.
Lebih geger lagi, sekitar satu jam kemudian, keempat bocah itu ditemukan mengambang di Sungai Cipabelah, pembuangan dari Ciater, Tangkuban Perahu.
Sungai itu sebenarnya jarang dilalui. Hanya sesekali oleh orang dewasa yang hendak memandikan domba atau kerbau.
Letaknya pun sedikit tersembunyi, karena jalan menuju sungai itu penuh semak belukar, pohon bambu, salak dan pepohonan kayu ukuran sedang. Jalanan di area itu juga cukup terjal dengan kemiringan sekitar 60 derajat.
Setelah turun empat anak tangga beton kembali jalan berbatu. Sepertinya anak-anak akan kesulitan jika berjalan di area itu.
|Baca Juga: Pukul Lalat di Wajah, Pria di China Kehilangan Satu Matanya
Turun ke bawah, ada saluran irigasi ke dua, dengan lebar sekitar 60 sentimeter dan kedalaman 50 sentimeter. Jalan itu ditutup pohon. Ada papan kecil sebagai penyambung jalan.
Namun diduga anak-anak itu tidak melintasi papan kecil. Hanya saja sebelum berada di area itu, ada jejak kaki anak-anak.
Lama Ditinggalkan
”Tapi nggak masuk akal anak-anak berani main ke sini. Bagaimana mereka bisa melewati tangga atas? Mau merangkak pun pasti mereka akan jatuh,” kata Gumilar, ayah Muhammad Rishda Uwais Alqarni kepada Nyata, Selasa (6/8) lalu.
”Kan di antara mereka ada anak umur dua setengah tahun. Kalau jatuh, pasti nangis dan kedengaran sama orang. Lha tapi ini nggak,” kata Gumilar lagi.
Yang membuat pria 27 tahun itu hingga kini masih penasaran adalah bagaimana putranya dan kawan-kawan bisa sampai ke sungai melalui jalan setapak dan penuh pohon berduri. ”Orang kampung saja sudah lama tidak mandi di sini,” ucapnya.
Kematian empat bocah itu pun membuat geger Kampung Pangkalan. Ada yang menghubungkan dengan peristiwa mistis.
|Baca Juga: Hamil 7 Bulan, Atlet Mesir Ini Tetap Bertanding di Olimpiade Paris 2024
Ada yang beranggapan mereka dibawa makhluk tak kasat mata ke sungai yang selama ini dikenal cukup horor.
Namun Gumilar dan istrinya, Putri, tak ingin terbawa rumor itu. Keduanya percaya kematian putra mereka yang biasa dipanggil Al itu sebagai musibah dan takdir yang harus diterima dengan ikhlas.
Pamit Bermain
Sebenarnya di hari Rabu (31/7) lalu, semua berlangsung seperti biasa. Sekitar pukul 10.00 WIB, Nawawi, Bagas dan Husni bermain ke rumah Al. Di antara mereka, Husni yang paling kecil dan dia bertetangga dengan Al.
Gumilar sudah berangkat kerja di sebuah perusahaan ekspedisi di Subang. Di sela bekerjanya, dia sempat video call istrinya, sembari memastikan keadaan Al pagi itu.
Gumilar cukup tenang, Al sedang bermain dengan teman-temannya di rumah.
Tidak lama bermain, Nawawi, Bagas dan Husni pulang ke rumah masing-masing.
Tapi sekitar 15 menit kemudian mereka kembali dan mengajak Al bermain bola di lapangan pinggir kampung.
|Baca Juga: Berusia 97 Tahun, Nenek di AS Masih Aktif Latihan Gym
Al yang baru selesai makan menemui ibundanya, sembari mengatakan ingin bermain bola bersama teman-teman. Al tiba-tiba pamit, ”Ma aku mau pergi ya sama teman-teman,” ucap putri menirukan Al yang pamit kepadanya.
Putri tak berprasangka buruk. Dia membiarkan Al dan kawan-kawan pamit bermain bola.
Tempat itu sebenarnya bukan lapangan bola, tetapi sawah kering yang oleh pemiliknya akan dibangun rumah.
Lupa Pakai Topi
Sementara itu Putri membereskan mainan Al yang berserakan di beranda rumah. Saat Putri sibuk beberes rumah, Lilis, kakak Putri sempat melihat Al bersama temannya menuju lapangan.
Dari kejauhan Lilis memastikan mereka bermain tak jauh dari rumah.
Bagi Putri sudah jadi kebiasaan jika Al keluar rumah selalu dipakaikan topi. Pagi itu Putri lupa, karenanya dia menyusul ke lapangan. Tetapi ternyata di sana Putri tak menemukan Al yang sedang bermain.
Putri berpikir mereka main ke mana. Saat bersamaan dia berpapasan dengan Mak Epon, tetangganya.
|Baca Juga: Dijanjikan Pelihara Bebek, Remaja 14 Tahun Ini Raih Medali Emas
Dari Mak Epon, Putri mendapat kabar bahwa anak-anak sudah disuruh pulang karena matahari sudah tinggi. Makin siang dan udara makin panas.
”Mak lihat anak-anak nggak? Mak Epon bilang, ’Ooo mereka sudah pulang’,” ingat Putri.
Putri agak lega, dia balik kanan. Di rumah Putri tak melihat Al dan kawannya. Dengan cemas, Putri mencari ke rumah Husni, Bagas dan Nawawi, tapi tak ada yang mengetahui.
Putri mulai gelisah, dia menyusul mencari ke rumah ayahnya. ”Keluarga ikut mencari,” kata Gumilar.
Putri mulai panik, kabar hilangnya empat bocah itu segera menyebar dari mulut ke mulut.
Kepala dusun dan warga kampung Pangkalan ramai-ramai mencari ke setiap sudut kampung. Rumah keluarga terdekat diperiksa, mereka tak terlihat.
Dia menduga kemungkinan anak-anak bermain jauh sehingga nyasar tidak tahu jalan pulang. ”Saya pikir dia kesasar. Nggak tahu jalan pulang,” kata Putri.
|Baca Juga: 3 Pria ini Bernasib Tragis Akibat Makan Daging Mentah
Samar-Samar
Hampir satu jam mencari belum ada petunjuk apapun. Putri penasaran, dia berinisiatif kembali mencari ke lapangan pinggir kampung. Saat itulah dia bertemu Mak Erna yang baru pulang dari sawah.
Melihat banyak warga yang berkumpul Erna pun bertanya, ada apa? Putri menjelaskan anaknya hilang belum ditemukan. ”Saya bilang, iya, lagi cari anak. Terus mak Erna bilang, ’Ooo yang barusan saya lihat, ada rombongan mau arah selokan (sungai),” ujar Putri.
Putri menanyakan, apakah rombongan itu anak-anak kecil, Erna tak dapat memastikan. Sebab menurutnya saat itu penglihatannya samar-sama sehingga dia melihat antara orang dewasa atau anak-anak.
Maka, Putri mempercepat langkah. Di pinggir sawah dia memanggil Al. ”Saya ke sana, nggak ada yang nyahut,” katanya.
Karena penasaran Putri terus turun mencari ke arah sungai. Dia memutar jalan melewati jembatan bambu yang membelah sungai.
Saat berada di jembatan dia melihat bola milik Al, di pinggir sungai. Bola itu tertahan ranting bambu.
Saat itu air sungai sedang kecil sehingga bola itu tak terbawa arus. Posisi bola maupun jenazah berdekatan. ”Saya teriak itu ada bolanya, tapi nggak dengar. Nggak ada orang di situ,” katanya.
|Baca Juga: Bryan Johnson Membalik Umur Biologis dengan Rp32 M Setahun
Mengambang
Spontan Putri berteriak histeris karena bola itu milik Al. Saat bersamaan, dia melihat ada tubuh mengambang di sungai. Putri 100 persen yaitu, itu adalah putranya karena mengenakan baju olahraga warna biru.
”Pertama saya lihat Al, karena dia pakai baju biru,” kata Putri. Putri turun ke sungai. Dia semakin histeris ketika melihat keempat anak tersebut sudah mengambang .Putri kembali berteriak histeris.
”Saya ambil tubuh Al, saya peluk dia, saya cium dia. Saya berteriak minta tolong-tolong,” katanya. ”Sakitnya rasanya kalau ingat semua itu,” ucapnya.
Putri juga tak habis pikir, posisi ke empat jasad itu mengambangkan sejajar, sesuai usia mereka, Nawawi, Al, Bagas dan Husni. ”Posisi mereka tengkurap, tapi tangan mereka saling pegangan. Ada anak tubuhnya tertutup daun-daun,” ingatnya.
Teriakan Putri didengar Agus Hendra, kakak iparnya yang sedang mencangkul di sawah. Dia menghampiri Putri yang sedang memeluk anaknya. ”Saya lari ke sana menghampirii ke sungai, ternyata adik ipar saya,” kata Agus Hendra.
Tak lama kemudian ayah Putri menyusul bersama warga. Sementara warga mengangkat korban yang lain, dibawa ke Puskesmas Palasari.
Namun nyawa ke empat anak itu tak bisa tertolong. Gumilar mengatakan, tak ada bekas luka atau memar akibat benturan benda keras di tubuh mereka. (*)
Selengkapnya Baca di Tabloid Nyata Print Edisi 2767, Minggu Ke II, Agustus 2024