“Selamat pagi, Kak,” sapaan ramah tak henti-hentinya menyambut Nyata dari setiap orang yang kami temui di SMA Selamat Pagi Indonesia, Kota Batu, Jawa Timur, Rabu (26/4) lalu. Sekolah yang lebih dikenal dengan SMA SPI itu adalah sekolah gratis untuk anak kurang mampu. Berdiri sejak tahun 2007, SMA SPI telah menjadi jembatan bagi sekitar 600 anak untuk mewujudkan cita-cita mereka.

SMA SPI membuktikan bahwa keterbatasan biaya, kehilangan orangtua, dan segala ketidakberuntungan lain yang menghambat seorang anak untuk bisa menempuh pendidikan bukan lagi masalah. Julianto Eka Putra adalah sosok di balik SMA SPI. Siapa sangka, jika ide membangun sekolah gratis yang dibangun oleh bapak tiga anak tersebut berawal dari salah bicara.

“Tahun 2010 nanti kami akan membangun sekolah gratis untuk anak tidak mampu,” ucap Jul, panggilan akrabnya, di depan dua ribu orang saat memberikan motivasi bisnis di Surabaya tahun 2000 lalu.

Setelah mengakhiri sesi motivasinya, beberapa rekan kerja Jul melayangkan protes keras. Mereka merasa tidak diajak untuk berdiskusi mengenai visi mendirikan sekolah gratis tersebut. Sesampainya di rumah, Jul malah semakin terpojokkan dengan sikap istrinya, Yenny Tantono yang marah besar dengan ucapan asal Jul.

Istri Steve Jobs Dinobatkan Jadi Perempuan Terkaya di Dunia Teknologi Dinobatkan sebagai orang terkaya no.40 di dunia oleh Forbes, Istri Steve Jobs … [Read More]

”Berkali-kali aku bilang ke mereka, termasuk istri, lho aku gak ngerti tiba-tiba pas ngomong keluar aja. Padahal gak ada di naskah,” tuturnya dengan bahasa dan logat khas Surabaya yang kental. Cukup lama Jul dan istrinya, Yenny, saling mendiamkan semenjak pertengkaran itu. Namun, Yenny akhirnya sadar bahwa sebagai istri seharusnya ia mendukung apapun yang dilakukan suaminya.

Berbekal kepercayaan terhadap Tuhan dan dukungan istrinya, Jul mulai mewujudkan janjinya. Ia mulai dengan membeli lahan untuk sekolah gratisnya, uang untuk membeli tanah tersebut didapat dari atasannya.

”Itu pinjaman dari atasan, Puji Tuhan mau dibalikin kapan pun gak masalah, sekarang udah lunas,” tegas Jul.

Pembangunan SMA SPI memakan waktu cukup panjang. Pada tahun 2007, SMA Selamat Pagi Indonesia baru resmi dibuka dan menerima 30 siswa di angkatan pertama. Jul kembali dihadapkan pada tantangan baru, mencuat isu bahwa sekolah gratis yang ia dirikan adalah sarana kristenisasi anak kurang mampu yang ingin bersekolah.

Perempuan Muda Inspiratif Indonesia di Bawah 35 Tahun Memiliki usia muda bukan berarti tidak mampu mencetak prestasi, empat perempuan muda … [Read More]

Menepis hal itu, Jul sudah mempersiapkan konsep ’Indonesia mini’ dalam sekolahnya. Konsep tersebut diterapkan dengan komitmen keberagaman agama dan suku bangsa siswa-siswinya. Setiap tahunnya, SMA SPI menerapkan kuota sebesar empat puluh persen untuk siswa beragama islam, masing-masing dua puluh persen untuk siswa beragama kristen dan katolik, serta masing-masing sepuluh persen untuk siswa beragama hindu dan budha.

Selain itu, siswa dari Sabang sampai Merauke memiliki kesempatan yang sama untuk dapat menjadi siswa SMA SPI. Latar belakang siswa yang beraneka ragam menjadikan SMA SPI sebagai versi mini dari Indonesia.

Keberagaman tersebut sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi Jul. Sebagian siswanya mengalami shock culture (kecenderungan terkejut dengan budaya yang berbeda). Tak kurang akal, dibuat kebijakan untuk mengatur teman sekamar. Dalam satu kamar yang ditempati sekitar enam sampai delapan siswa harus terdiri dari tempat asal yang berbeda serta agama yang berbeda pula.

Model Indonesia Tembus Pasar Barat Dengan Tiga Perempuan Ini Siapa sangka bahwa model Indonesia tembus pasar barat dengan tiga perempuan hebat … [Read More]

Dengan adanya kebijakan itu, diharapkan siswa dapat saling mengenal satu sama lain dan tercipta rasa toleransi yang tinggi antar sesama. Guru berperan penting dalam proses tersebut. Selain dana pribadi Jul, operasional SMA SPI juga didukung oleh dana yayasan dan sumbangan para donatur. Tak kurang akal, Jul juga membangun Transformer Center.

Transformer Center adalah sarana wisata edukasi yang dibangun di area SMA SPI yang memiliki luas enam belas hektar. Selain membantu operasional sekolah, Transformer Center juga menjadi wadah pembelajaran bagi siswa. “Kekurangan yang mereka miliki, jika dikasihani orang malah bikin drop, kalau orang datang kesini dengan senyum mereka juga ikut bahagia toh?,” ujar Julianto. *dew/adi/fel

Baca liputan tentang Sekolah Gratis di Kota Batu “Selamat Pagi Indonesia” di Tabloid Nyata edisi 2391 terbit tanggal 29 April 2017

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here