M ungkinkah Trump capres Amerika Serikat ini terinspirasi presiden dan wapres Indonesia terpilih, Prabowo-Gibran, yang usia dan generasinya terpaut jauh? Entahlah! Yang jelas calon presiden tertua Amerika Serikat itu juga memilih pasangan, calon wapres yang masih sangat muda.
Namanya James David Vance, populer dengan panggilan JD (baca: je-di) yang 2 Agustus nanti, usianya baru genap 40 tahun. Hanya 4 tahun lebih tua dari Gibran.
Trump jeli. Vance atau JD bukan anak muda kaleng-kaleng walau belum populer di mata publik. Nama JD lebih cepat lagi mencuatnya.
Dia dan juga istrinya, Usha Chilukuri langsung populer saat mantan presiden Trump menghadirkannya di panggung Konvensi Nasional Partai Republik pada bulan Juni lalu.
Bahkan para pendukung Trump dan Partai Republik serentak menyuarakan, ”JD.. JD.. JD,” bak anak kecil melihat es krim, saat nama bapak tiga anak itu diumumkan sebagai cawapres.
|Baca Juga: Kamala Harris Ungguli Donald Trump dalam Survei Terbaru
Keluarga Miskin dan Pecandu
Beda dengan Trump, Kamala Harris atau pun Biden, JD benar-benar lahir dan tumbuh dari bawah yang berantakan.
JD dan kakaknya, Lindsay lahir dari keluarga miskin di Midletown, Ohio, Amerika Serikat. Perbedaan umur JD dan Lidsay cukup jauh. Orangtua mereka, Beverly Vance dan David Bowman cerai saat JD masih balita.
Sejak perceraian itu, ibu JD jadi peminum dan pecandu narkoba. Dia juga sering menyiksa JD. Sehingga bocah ini harus kabur ke tetangga atau ke rumah kakek neneknya, demi berlindung dari siksaan ibunya.
Bukan hanya itu. Beverly yang lulusan sekolah perawat medis juga suka kawin cerai. Sejak pisah dari ayah JD, Beverly kawin cerai sebanyak empat kali. Dari keempat pria itu, hanya suami pertama dan ke tiga yang tergolong lelaki baik-baik.
Suami ke tiga Beverly itu bahkan mengadopsi JD secara resmi. Dan mengganti nama bocah itu jadi James Davis Hammel, sesuai namanya. Sayang pernikahannya dengan ibu JD tak berumur panjang.
|Baca Juga: Wali Kota Paris Berenang di Sungai Seine, Buktikan Aman untuk Olimpiade
Tak Pernah Benci
Betapa pun buruknya kondisi dan prilaku ibunya, JD tak pernah membenci wanita cantik itu. Dia bahkan menyalahkan dirinya, saat si ibu ditangkap polisi karena menyiksa JD.
Bocah ini juga berkali-kali terpaksa merelakan air seninya, agar si ibu bisa lolos screening kepegawaian di rumah sakit.
Saking cintanya kepada sang ibu, JD rela berkendara berjam-jam demi mengantar si ibu ke pusat rehabilitasi narkoba.
Padahal itu malam hari, dan keesokan harinya dia harus wawancara untuk mendapatkan beasiswa.
Dia juga tidak pernah lelah menguras tabungannya demi bisa membayar biaya rehabilitasi si ibu. Atau membeli makanan kesukaan ibunya.
Jasa Nenek
Tumbuh dalam keluarga miskin yang berantakan dan pecandu, ternyata tak selalu identik dengan kegagalan hidup. JD telah membuktikan.
Memang dia beruntung karena punya nenek yang sangat perhatian dan peduli pada masa depannya. Nenek yang akrab dipanggilnya mamaw itulah yang selalu mendorongnya untuk belajar dan mendapatkan nilai terbaik.
Demi pendidikan JD, Bonnie Vance, nama si nenek, rela membelanjakan uangnya yang terbatas untuk membeli kalkulator yang berkualitas.
|Baca Juga: Balon Sampah Kiriman Korut Mendarat di Kantor Presiden Korsel
Dia juga tak malu meminta jatah makanan dan buah dari relawan sosial yang suka membagikan makanan bagi keluarga miskin, agar kebutuhan gizi JD tak terlalu buruk.
Tapi JD juga anak yang baik. Demi menghargai upaya mamaw, dia memaksa dirinya untuk benar-benar belajar.
Padahal sepulang sekolah, dia juga bekerja sebagai karyawan lepas di supermarket yang tak jauh dari rumah si nenek. Dan hasilnya tak sia-sia.
Bocah miskin itu berhasil mendapatkan nilai terbaik di smua mata pelajaran. Termasuk Aljabar yang sangat tidak dia sukai karena dianggap yang paling sulit.
Karena jerih payah mamaw dan kasih sayang kakaknya, JD akhirnya berhasil menyelesaikan SMA-nya dengan nilai baik. (*)
Kisah Selengkapnya Baca Tabloid Nyata Cetak Edisi 2765, Minggu ke-IV, Juli 2024