Beberapa saat lalu, aktris Emma Watson menjalani serangkaian pemotretan haute couture untuk artikel majalah terkemuka Vanity Fair. Momennya tepat. Watson adalah duta Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk gerakan pemberdayaan kaum perempuan, dalam program HeForShe. Ia juga akan segera muncul di layar lebar seluruh dunia lewat film Beauty and the Beast, yang kali ini disertai nilai-nilai feminisme. Tak disangka oleh Watson, ada kalangan yang mempermasalahkan salah satu fotonya dalam majalah tersebut.

Majalah Vanity Fair yang berisi foto dan artikel tentang Emma Watson.

Ketika kita pertama menyaksikan Emma Watson memerankan Hermione Granger dalam film Harry Potter and the Philosopher’s Stone, kita melihatnya sebagai aktris belia yang cerdas. Seiring seri-seri berikutnya film tersebut, Watson tumbuh jadi gadis yang cantik, tanpa mengurangi kecerdasannya. Dan selanjutnya, setelah serial Harry Potter berakhir, si cantik nan cerdas ini juga punya nuansa sensual, sebagaimana lazimnya perempuan dewasa.

Emma Watson Vanity Fair
Terlihat betapa artistiknya sesi foto yang dijalani Emma Watson untuk majalah Vanity Fair.

Terima atau tidak, Emma Watson kini berusia 26 tahun. Sudah lewat masa ketika ia jadi bocah berambut merah yang menyapa teman-teman barunya dalam kereta menuju Sekolah Sihir Hogwarts. Ia juga cukup cerdas dan punya kesadaran penuh ketika memilih untuk memperjuangkan feminisme. Lalu tiba-tiba Julia Hartley-Brewer, seorang pembawa acara radio di Inggris, menulis twit yang sinis tentang Watson.

Dalam salah satu fotonya, Emma Watson mengenakan atasan merek Burberry yang sangat artistik. Desain baju tersebut cukup menampakkan tubuh. Hartley-Brewer menganggap kesediaan Watson difoto seperti itu bertentangan dengan prinsip feminisme yang digaungkannya. Menurutnya, Watson bilang kaum perempuan sering jadi obyek seksual, tapi ia sendiri menjadi dirinya obyek seksual lewat foto tersebut.
[showhide type=”pressrelease” more_text=”Foto Emma Watson dengan busana Burberry” less_text=”Emma Watson dengan Burberry” hidden=”yes”]Emma Watson Vanity Fair[/showhide]

Segera saja muncul pro dan kontra. Ada kalangan yang sependapat dengan Hartley-Brewer. Dan tentu saja, tak sedikit yang membela Emma Watson. Dalam wawancara dengan Reuters, Watson sendiri mengomentari, “Mereka (seakan) bilang saya tak bisa jadi feminis sekaligus punya dada.”

Sebagai aktivis, sepertinya kali ini Emma Watson sadar bahwa masih banyak orang yang tidak cukup memahami feminisme. Karena itu, ia perlu menjelaskan bahwa feminisme bukanlah pembatasan bagi kaum perempuan, melainkan justru tentang kebebasan, pembebasan, dan kesetaraan.

Gloria Steinem, aktivis paling senior dalam bidang pemberdayaan perempuan, tegas membela Emma Watson. Dikatakannya bahwa kaum feminis boleh mengenakan pakaian apapun yang mereka mau. Dan mereka berhak aman dalam pakaian apapun yang mereka pilih. (*)

Baca juga: 5 Buku Tentang Perempuan Rekomendasi Emma Watson

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here