Mata Ade Andriyani masih sembab. Meski kini terlihat tegar, namun kesedihan tidak bisa ditutupinya. Ade tidak menyangka secepat itu harus kehilangan suaminya, Sandy Permana yang merupakan aktor ‘Mak Lampir’. Dengan cara tragis pula. Dibunuh tetangga yang merasa tersindir.
Suami Ade ditusuk area leher di bawah telinga dengan obeng oleh tetangganya, Nanang alias Gimbal alias Limbat, Minggu (12/1) pagi.
Saat itu, aktor yang pernah berperan sebagai Arya Soma di sinetron Mak Lampir itu hendak memberi makan ayam yang dibuatkan kandang di pinggir sawah. Berjarak 300 meter dari rumahnya di Perumahan TNI-Polri dan Umum, Cibarusah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Namun ia dihadang Gimbal yang tiba-tiba menyerangnya.
Hanya karena masalah sepele, Gimbal tersinggung ketika Sandy mengangkat isu agar di lingkungan itu tidak ada warga yang mengonsumsi minuman keras (miras) saat di forum pertemuan warga. ”Saya pikir sudah selesai. Karena itu hanya salah paham. Ternyata berujung seperti sekarang ini,” kata Ade kepada Nyata, Senin (13/1) lalu.
| Baca Juga: Pelaku Pembunuhan Sandy Permana Ditangkap saat Makan Siang
Insiden berdarah itu berawal ketika warga di perumahan itu menggelar pertemuan pada Oktober lalu. Pertemuan itu untuk membahas keamanan lingkungan. Suasana agak memanas ketika Sandy mengangkat isu agar tidak ada warga yang konsumsi miras. Ternyata Gimbal protes.
Dendam Membara
Namun Sandy menegaskan jika Gimbal bukan warga perumahan setempat, lantaran tidak memiliki KTP. Konflik makin memanas sehingga Sandy mengancam akan mensomasi Gimbal. Namun ancaman itu tidak terbukti.
Setelah itu tak ada lagi masalah antara Sandy dan Gimbal. ”Hanya salah paham biasa. Cekcok dan nggak ada yang sampai berantem. Namanya di forum, adu argumen, biasa ya,” kata Ade.
Namun sejak saat itu ternyata hubungan Sandy dan Gimbal tidak membaik. Mereka tidak bertegur sapa. Sementara hubungan Ade dengan Yanti, istri Gimbal, tidak ada masalah. Terutama jika ada kegiatan sosial di lingkungannya. ”Dengan istrinya, saya tetap berteman baik. Berkomunikasi, melakukan kegiatan sosial bersama-sama,” lanjut Ade.
| Baca Juga: Fakta Di Balik Penusukan Aktor ‘Mak Lampir’ Sandy Permana
Namun Ade merasa, sejak dua minggu lalu, sikap Gimbal makin aneh. Saat melewati rumah Gimbal, Ade menyapa, namun justru dibalas dengan mata yang melotot. ”Saya takut, apalagi saya bawa anak. Takut kalau tiba-tiba dia menyerang,” ungkap Ade.
Ade sempat membicarakan hal itu kepada suaminya. Namun keduanya memilih untuk tidak bereaksi. Baik Ade maupun Sandy melupakan peristiwa itu dan mereka fokus membuat gerobak bakso.
Penuh Darah
Karena cukup lama tidak syuting, Sandy berdagang bakso. Ia dibantu sahabatnya, Jaung yang juga kru film, membuat gerobak. Saat ini sudah punya empat gerobak. Bakso dipesan dari Bandung, sementara Sandy membuat bumbu kuahnya.
Hingga suatu hari, insiden berdarah itu terjadi. Ade yang masih tertidur setelah beberapa hari tugas luar kota, dibangunkan ibunya. Dia diberitahu jika Sandy dibawa ke rumah sakit. Sandy pun diminta segera menyusul ke rumah sakit Harapan Mulia yang berjarak dua kilometer dari rumahnya.
| Baca Juga: Motif Pembunuhan Sandy Permana, Diduga karena Dendam
Ade pun ganti baju dan ketika melihat motor listrik yang setiap hari dipakai suaminya, penuh darah, ia kaget. ”Saya tanya, kok motor ini penuh darah. Ada obeng. Kenapa ini,” kata Ade bertanya-tanya.
Setibanya di rumah sakit, Ade melihat suaminya berlumuran darah. Sandy sempat meronta menahan sakit sambil berteriak, ‘Jangan, jangan, jangan’. Ade sempat bertanya, namun Sandy sudah tidak sanggup bicara. Ia hanya mengatakan, Gimbal lah pelakunya.
Sambil terus mendapat perawatan, Sandy dipeluk istrinya. Dari RS Harapan Mulia, Sandy dirujuk ke RSUD Bekasi. Dalam perjalanan, Sandy sempat meronta. Ade berusaha menenangkan dengan menyandarkan kepala suami ke tubuhnya. Terasa sekali jika tubuh Sandy makin lemah.
”Tiba-tiba dia ngorok tiga kali, setelah itu mas Sandy diam. Sudah nggak ada, dia mengembuskan napas terakhir di pelukan saya,” ungkap Ade berurai air mata. (*)
Kisah selengkapnya baca di Tabloid Nyata Cetak Edisi 2790, Minggu ke II, Januari 2025.