Era teknologi yang serba canggih ini memang memudahkan segala aktivitas, namun jika digunakan berlebihan ternyata bisa menyebabkan brain rot.
Brain rot atau yang dikenal sebagai pembusukan otak merupakan kondisi yang menunjukkan penurunan kemampuan berpikir, mengingat, dan menganalisis. Pembusukan otak juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.
Dilansir dari Alodokter, brain rot disebabkan kebiasaan buruk yang mengonsumsi konten digital dengan kualitas rendah atau receh secara berlebihan.
Dampak jangka panjang dari hal itu adalah dapat menyebabkan kecemasan dan depresi yang mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
| Baca juga: Pandji Pragiwaksono Pernah Alami Sleep Apnea, Begini Gejala dan Pengobatannya
Istilah pembusukan otak ini sudah menjadi perbincangan sejak tahun 2024. Namun, itu bukanlah penemuan baru, brain rot sudah dikenal sejak tahun 1800-an.
Menurut laporan CNN, fenomena pembusukan otak ini kembali dipopulerkan oleh Gen Z dan Gen Alpha. Terutama para remaja yang sering menyebut diri mereka terkena brain rot setelah terlalu lama bermain media sosial.
Brain rot bukanlah istilah medis secara resmi, namun dampak terhadap kesehatan mental dan kognitif sangat nyata. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan keadaan otak yang seolah-olah membusuk akibat terlalu banyak melihat konten digital yang tidak bermutu.
Lalu, seperti apa gejalanya? Tanda-tanda umum untuk mengetahui kondisi ini dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam hal kognitif, produktivitas, dan motivasi atau semangat yang menurun.
| Baca juga: 4 Zodiak yang Bakal Beruntung dalam Percintaan di 2025
Selain itu juga dapat dilihat dari gangguan tidur hingga mood swing atau suasana hati yang mudah berubah-ubah.
Agar tidak mengalami pembusukan otak, apa harus berhenti total bermain handphone khususnya media sosial?
Tidak, tapi bisa dilakukan dengan membatasi waktu untuk mengonsumsi media sosial. Namun, jika sudah ditahap kecanduan media sosial, seseorang harus melakukan detoks digital.
Untuk mengalihkan perhatian, carilah aktivitas lain seperti membaca buku, membuat jurnal, atau mencoba hobi baru. Usahakan melakukan kegiatan yang melibatkan fisik dan sosial agar dapat mengasah keterampilan otak. (*)