Calon Presiden AS Donald Trump mengalami insiden percobaan pembunuhan saat berkampanye di Pennsylvania pada 13 Juli lalu. Meski pelaku sudah ditembak mati, hingga saat ini (29/8), para penyelidik masih belum menemukan motifnya.
Federal Bureau of Investigation (FBI) mengungkapkan rincian baru dari hasil investigasi percobaan pembunuhan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump pada Rabu (28/8).
Dilansir dari USA Today, lebih dari enam minggu setelah insiden tersebut, FBI telah melakukan analisis mendalam terhadap riwayat dan aktivitas pencarian daring Thomas Matthew Crooks, pelaku percobaan pembunuhan Trump.
Menurut Kevin Rojek, agen khusus yang bertanggung jawab atas kantor lapangan FBI di Pittsburgh, penyelidik menemukan pencarian akun Crooks pada akhir September 2023 tentang jadwal kampanye Trump di Pennsylvania.
| Baca Juga: Lindungi Istri-Anak, Pria Ini Tewas saat Penembakan Donald Trump
Ternyata, Trump bukan satu-satunya target potensial. Antara April dan Juli 2024, Crooks menelusuri acara kampanye Trump dan Presiden Joe Biden, termasuk acara yang dijadwalkan berlangsung di Pennsylvania bagian barat.
“Dalam 30 hari sebelum penyerangan, Crooks melakukan lebih dari 60 pencarian terkait dengan Biden atau Trump,” kata Rojek.
Rojek mengatakan sejak September 2019, dan berlanjut hingga musim panas 2024, Crooks telah melakukan beberapa penelusuran tentang alat peledak, termasuk cara membuat bom dari pupuk dan cara kerja detonator jarak jauh.
Crooks juga pernah mencari amonium nitrat, nitromethane, dan bahan-bahan lain yang sesuai dengan pembuatan alat peledak.
Terbukti, penegak hukum menemukan dua alat peledak di mobil Crooks.
| Baca Juga: Donald Trump Lolos Percobaan Pembunuhan, Telinganya Berdarah Kena Tembakan
Misteri Motif Pembunuhan
FBI telah berupaya mencari tahu siapakah Thomas Matthew Crooks, pria berusia 20 tahun yang mencoba membunuh calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump saat kampanye di Butler, Pennsylvania pada tanggal 13 Juli.
Beruntung, tembakan meleset dan hanya mengenai telinga Trump. Namun dari insiden itu, Crooks menewaskan peserta kampanye dan ayah dua anak, Corey Comperatore, serta melukai dua orang lainnya hingga kritis.
Robert Wells, Asisten Direktur Eksekutif Cabang Keamanan Nasional FBI, mengatakan pihaknya tidak hanya belum mengidentifikasi motif, tetapi juga belum mengungkap adanya rekan konspirator atau kaki tangan Crooks yang memiliki pengetahuan sebelumnya tentang serangan itu.
“Dan saya ingin memperjelas, kami belum melihat adanya indikasi yang menunjukkan Crooks diarahkan oleh entitas asing untuk melakukan serangan tersebut,” terang Wells.
Para penyelidik bahkan tidak yakin apakah Crooks memiliki pandangan politik partisan. “Kami tidak melihat ideologi pasti terkait pelaku, baik itu condong ke kiri maupun ke kanan. Itu benar-benar campuran dan sesuatu yang masih kami coba analisis dan tarik kesimpulan.”
| Baca Juga: Pelaku Penembakan Donald Trump Tertarik dengan Kate Middleton
Persiapan Sebelum Serangan
Hanya sembilan hari sebelum serangan, Crooks mencari informasi tentang acara kampanye Trump di Butler, Pennsylvania.
Rojek menyampaikan Crooks menyelidiki rincian spesifik tentang persiapan kampanye. Mulai ‘dari mana Trump akan berpidato di Butler Farm Show’ hingga ‘podium dan foto-foto lokasi Butler Farm Show’.
“Crooks juga mencari ‘kalkulator balistik’ pada 9 Juli dan mencari tahu cuaca di Butler pada 10 Juli,” kata Rojek.
Menurut laporan CNN, saat kejadian, lokasi Crooks terungkap berjarak 150 meter dari panggung kampanye Trump. Pelaku menembak dengan senapan dari atas gedung.
“Mantan Presiden Donald Trump berada sekitar 400 hingga 500 kaki (120 hingga 150 meter) dari terduga pelaku saat penembakan terjadi di kampanyenya di Butler, Pennsylvania,” tulis CNN.
Rojek pun tidak menyangka pelaku bisa menembak dari jarak jauh. Setelah melepaskan beberapa tembakan, Crooks tewas ditembak Secret Service. (*)