Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus Monkeypox (Mpox) atau cacar monyet di Indonesia telah menyentuh angka 88 penderita.
Kasus pertama dilaporkan terjadi pada 2022. Seorang pria berusia 27 tahun, dengan riwayat bepergian ke Belanda, Swiss, Belgia, dan Prancis, mengalami gejala cacar monyet pada 11 Agustus.
Untuk diketahui, Monkeypox disebabkan oleh virus dengan nama yang sama. Penyakit itu bersifat zoonosis, menyebar dari hewan ke manusia.
Mpox bukan penyakit baru. Sudah ada sejak 1958. Ditemukan pertama kali pada sekumpulan monyet yang dipelihara untuk tujuan penelitian di Denmark.
| Baca Juga : Kenali Ciri-ciri Monkeypox, Beda dengan Cacar Air
Kasus pertama Mpox pada manusia muncul di Kongo pada 1970. Menginfeksi seorang bocah berusia sembilan bulan.
Seiring berjalannya waktu, Mpox perlahan mulai menyebar ke beberapa negara lain di luar Afrika. Hingga akhirnya pada 2022, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan.
Peringatan itu sempat dicabut. Namun, WHO kembali menggaungkannya pada 15 Agustus lalu, menyusul laporan kematian lebih dari 380 orang di Kongo.
Di Indonesia, tercatat ada 88 orang positif menderita Mpox sejak 2022 hingga 17 Agustus lalu. 59 kasus di DKI Jakarta, 13 kasus di Jawa Barat, 9 kasus di Banten, 3 kasus di Jawa Timur, 3 kasus di D.I Yogyakarta, dan satu kasus di Kepulauan Riau.
| Baca Juga : Kenali Gejala Cacar Monyet yang Kini Jadi Ancaman Dunia
Beruntungnya hingga saat ini belum ada laporan kasus yang berujung meninggal dunia. Sebanyak 87 penderita telah dinyatakan sembuh.
Ada dua jenis Mpox. Pertama, Clade I yang berasal dari Afrika Tengah dengan tingkat kematian yang cukup tinggi mencapai 11 persen. Kedua, Clade II dari Afrika Barat yang punya tingkat kematian 3,6 persen.
Sejauh ini hanya dijumpai kasus disebabkan Clade II di Indonesia. Namun, bukan berarti masyarakat boleh lengah. Pasalnya, virus bisa menyebar dengan mudah jika ada kontak fisik erat dengan penderita.
Dr. dr. Prasetyadi Mawardi SpKK(K), dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) menghimbau masyarakat untuk tidak menyembunyikan gejala. Terlebih jika muncul ruam, jangan mencoba untuk memanipulasi seolah luka biasa.
| Baca Juga : Sederet Khasiat Air Rebusan Daun Pepaya Bagi kesehatan
“Pasien tidak boleh berbagi barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Apabila terdapat benjolan atau bintil dan mengalami luka atau erosif, sebaiknya segera diobati,” katanya, dikutip dari laman Kemenkes pada Sabtu (24/8).
Gejala cacar monyet meliputi ruam, pusing, demam, nyeri otot, hingga badan yang terasa lelah dan lemas. Selain itu, penderita juga bisa mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di bagian ketiak, leher, atau selangkangan.
Melalui Instagram, Kemenkes juga mengeluarkan himbauan agar berhati-hati dalam melakukan kontak fisik dengan orang lain termasuk aktivitas seksual.
Lembaga pemerintah itu meminta masyarakat untuk menghindari perilaku seksual yang beresiko seperti gonta ganti pasangan dan berhubungan dengan sesama jenis.
Untuk saat ini, pencegahan cacar monyet dilakukan dengan suntikan vaksin cacar (smallpox) yang telah dimodifikasi. Karena Mpox masih satu jenis dengan virus variola penyebab cacar, vaksin itu dianggap mampu membentuk kekebalan tubuh.(*)