Menjelang Imlek, Tok Swie Giok sibuk membuat kue keranjang pesanan para pembeli. Ruang tengah rumahnya di Jalan Raden Patah, Kecamatan Sidoarjo, dipenuhi kue berwarna cokelat yang siap dikemas.
Wanita keturunan etnis Tionghoa berusia 85 tahun itu adalah salah satu penjual kue keranjang legendaris di Sidoarjo. Sudah berjualan sejak tahun 80-an.
“Saya salah satu yang paling lama berjualan kue keranjang di Sidoarjo. Sudah sejak tahun 1980-an. Sekarang sudah 40 tahunan lebih. Awal saya jual itu harganya masih Rp600 sampai sekarang sudah naik jadi Rp20.000,” katanya saat ditemui Nyata, Jumat (17/1).
Tok Swie Giok memulai usaha kue khas Imlek itu saat mengalami kesulitan ekonomi. Dulu mendiang suaminya adalah tukang emas. Namun, karena harga emas yang semakin meroket membuat pekerjaannya sulit untuk diteruskan.
| Baca Juga : Dirikan Let’s Help Bali, Bule Australia Rutin Bagikan Makanan Gratis
Wanita yang pernah bekerja di perusahaan asing sebagai pembuat manisan itu lantas mencoba berjualan kue keranjang. Menggunakan resep yang biasa digunakan oleh mendiang ayahnya.
“Papa saya dulu sering bikin ini. Tapi buat makan sendiri atau dibagikan ke teman-temannya. Akhirnya saya pikir-pikir, lebih baik saya teruskan buat saya jual. Hitung-hitung untuk tambahan penghasilan sama suami,” tuturnya.
Awalnya dia menjual kue keranjang dengan dititipkan di beberapa toko daerah Porong, Sidoarjo. Ternyata kue buatannya laris manis. Melihat ada peluang bisnis yang menguntungkan, ia lantas meneruskan jualannya itu.
Tok Swie Giok bersyukur usahanya bisa bertahan selama puluhan tahun. Hal itu juga tidak terlepas dari konsistensinya untuk menjaga kualitas bahan-bahan yang digunakan.
Meski hanya menggunakan tepung ketan dan gula sebagai bahan utama, wanita keturunan Tionghoa itu membuatnya dari nol. Dia memilih sendiri beras ketan yang akan digunakan, lalu digiling hingga menjadi tepung.
| Baca Juga : Rahasia JoCleta Wilson Tetap Sehat dan Aktif Bekerja di Usia 100
“Saya bikin bahannya dari nol semua. Saya beli beras ketan digiling sendiri jadi tepung. Sekali bikin itu biasanya 25 kilogram. Saya pastikan bersih, dicuci dua kali sebelum digiling,” jelasnya.
Kue keranjang buatan Tok Swie Giok tahan tujuh hari di suhu ruang. Namun apabila disimpan di kulkas bisa tahan satu tahun. Dia sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet.
“Kue saya enggak pakai bahan pengawet. Setelah dimasak, saya dinginkan dulu sampai airnya menguap semua baru dibungkus. Jadi enggak cepat basi,” lanjutnya.
Sementara proses pembuatannya bisa memakan waktu seharian. Satu buah kue keranjang perlu dikukus selama 4 jam. Belum ditambahkan dengan proses penggilingan beras ketan dan pendinginannya.
| Baca Juga : Kenangan Terakhir Aktor ’Mak Lampir’, Pergi dalam Pelukan
Tok Swie Giok kemudian menjelaskan asal usul kue keranjang. Kue berbentuk bulat berwarna cokelat dengan rasa manis itu nama aslinya adalah Nian Gao atau kue tahunan.
Namun, karena proses pembuatannya yang dulu menggunakan cetakan yang terbuat dari anyaman, jadilah namanya kue keranjang.
“Kue ini disajikan untuk sembahyang leluhur dan para dewa-dewa. Ini disebut juga kue suci. Makanya yang bikin itu juga harus dalam keadaan suci,” ucapnya.
Menurut pengalamannya, jika yang membuat sedang dalam keadaan menstruasi, kuenya tidak bisa matang dengan sempurna. Matang pada bagian atas, sedangkan bagian bawahnya masih cair.
Sayangnya, selama dua tahun belakangan, penjualan kue keranjang Tok Swie Giok mengalami penurunan. Dulu, dia bisa membuat lebih dari 600 buah dalam sehari. Tetapi sekarang rata-rata 100 buah saja.
| Baca Juga : Kisah Inspiratif Alfian Andika Yudistira, Wisudawan S2 Tunanetra Pertama di UNAIR
“Dua tahun belakangan ini pesanannya tidak terlalu banyak kalau dibandingkan sama yang dulu-dulu. Dulu, tiga bulan sebelum Imlek, kami sudah terima pesanan. Kalau sekarang cuma sebulan atau dua minggu sebelumnya,” ujarnya.
Para pembelinya, ada beberapa yang dari luar kota termasuk Surabaya. Tetapi, Tok Swie Giok biasanya menerima pesanan dari distributor yang akan menjualnya kembali ke berbagai kota dan luar pulau.
Karena usianya yang sudah menginjak 85 tahun, Tok Swie Giok tidak bisa lagi aktif membantu membuat kue keranjang. Usahanya itu kini diteruskan oleh menantunya yang bernama Yunia. (*)