Sidang skripsi menjadi momen menegangkan bagi setiap mahasiswa. Sebab di tahap itulah, yang menentukan mahasiswa layak diwisuda atau tidak. Hal itu ternyata dirasakan juga oleh Dian Sastrowardoyo. Meski dirinya dikenal cerdas, namun siapa sangka ketika sidang skripsi, Dian juga mengalami kesulitan.
Pengalaman beberapa tahun yang lalu itu, ia ceritakan kembali saat menjadi bintang tamu, di kanal YouTube BEGINU belum lama ini. Pemain film Ada Apa Dengan Cinta itu menceritakan bagaimana perjuangannya, bisa lulus dari Jurusan Filsafat di Universitas Indonesia tahun 2007 lalu.
| Baca Juga: 7 Potret Dian Sastrowardoyo Pakai Kebaya di Serial Gadis Kretek
Kala itu, Dian Sastrowardoyo mengangkat persoalan Beauty Industry Complex untuk skripsinya. Dalam skripsi itu, ia mengkritik profesi seorang aktris peran di dunia entertainment. Bidang pekerjaan yang juga digelutinya hingga kini.
“Pas filsafat itu, skripsi gue beauty industry complex, jadi gue sambil bergulat dengan masalah eksistensialisme gue, kenapa gue terjebak dengan popularitas ini, bicara soal post-modernism,” ungkap Dian Sastrowardoyo. “Tapi dengan gue membuat skripsi yang mengkritik profesi gue sendiri, jadi kayak senjata makan tuan,” lanjutnya.
Selain skripsinya seperti senjata makan tuan, saat itu Dian juga harus berhadapan dengan dosen penguji, Rocky Gerung. Sosok yang namanya begitu dikenal sebagai pengamat politik, filsuf dan akademikus.
| Baca Juga: Dian Sastrowardoyo Ternyata Hobi Koleksi Barang Antik untuk Dekorasi Rumah
Selain itu, Rocky Gerung juga terkenal berani memberikan komentar pedas terhadap kinerja pemerintahan saat ini. Tak heran jika sidang skripsi Dian waktu itu sangat menegangkan. Skripsinya itu dicecar oleh Rocky Gerung. Bahkan hal itu membuat pemeran Dasiyah di serial Gadis Kretek itu merasa terpojok bahkan ingin menyerah.
“Itu di sidang, gue dihabisin sama dosen. Rocky Gerung tuh killer,” kenangnya.
Meski begitu, Dian tak ingin pasrah dan berani mempertahankan skripsinya dengan beradu argumen.
“Terus gue meliberasi diri gue,’justru pak, karena saya ada di lingkungan ini dan saya punya pisau analisa yang tajam mengenai ini. Saya jadi bisa membebaskan diri saya sebagai objek dan meliberasi sebagai subjek” ujarnya. (*)