Cerita Rakyat ‘Lutung Kasarung’ Hadir Dalam Pertunjukan Musikal

Drama musikal 'Lutung Kasarung', dengan konsep percampuran antara tradisi dan modern. (Foto: Naomi/Nyata)
Drama musikal 'Lutung Kasarung', dengan konsep percampuran antara tradisi dan modern. (Foto: Naomi/Nyata)

Eki Dance Company bersama Galeri Indonesia Kaya kembali menghadirkan sebuah drama musikal ‘Lutung Kasarung’, dengan konsep percampuran antara tradisi dan modern.

Lutung Kasarung adalah sebuah legenda dari Tanah Sunda yang bercerita tentang Sanghyang Guruminda yang turun ke bumi dengan sosok lutung yang buruk rupa, yang kemudian turut membantu seorang putri bernama Purbasari.

Purbasari dikutuk oleh saudaranya yang jahat, Purbararang, sehingga ia memiliki sakit kulit dimana kulitnya melepuh, bernanah, dan menyebarkan bau tidak enak.

Drama musikal 'Lutung Kasarung', dengan konsep percampuran antara tradisi dan modern. (Foto: Naomi/Nyata)
Drama musikal ‘Lutung Kasarung’, dengan konsep percampuran antara tradisi dan modern. (Foto: Naomi/Nyata)

Ia akhirnya diasingkan ke tengah hutan dan bertemu dengan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung membantu Purbasari untuk kembali ke istana dan mengambil haknya yang telah dirampas oleh Purbararang.

| Baca Juga: Teater Musikal ‘What If’, Angkat Kisah Problematika Gen Z

Nala Amrytha, selaku produser dan juga pemeran Purbasari dalam Musikal Lutung Kasarung, mengungkapkan, cerita rakyat tersebut memiliki banyak nilai moral dan budaya. Seperti saling memaafkan, tidak merendahkan orang lain, dan menghindari bersikap kasar, sombong, kejam, iri hati pada siapa pun.

Pertunjukan musikal yang disutradarai Ara Ajisiwi itu dikemas dengan balutan komedi dan aksi teater, tari dan lagu yang atraktif dipadu multimedia yang juga menyatu dalam menggambarkan suasana.

“Kita angkat cerita Lutung Kasarung kali ini karena sebelumnya, saat pandemi tahun 2020, kita juga pernah bekerja sama dengan Galeri Indonesia Kaya secara online via youtube sebagai bagian dari program #MusikalDiRumahAja. Sekarang kita buat cerita versi offlinenya yang sudah pernah kita pentasin di YouTube,” ujar Ara di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta.

Untuk dialognya, lanjut dia, dibuat lebih santai dan kekinian, agar interaktif dan lebih relatable dengan penonton.

“Aku merasa cerita Luting Kasarung itu lucu banget. Agak it is a bit konyol, it is out of the box. Memilih penerus kerajaan dengan adu kecantikan. Di dalam kekonyolan, ridiculous itu sebenarnya pesannya adalah kalau kita terpaku sama permukaan terus, kakau kita cuma terobsesi sama kecantikan fisik belaka, maka kita nggak akan menemui cinta yang sebenarnya.”

| Baca Juga: Cerita Keluarga Cemara Dikemas Jadi Teater Musikal

Pertunjukan musikal itu semakin meriah dengan tampilnya dua bintang tamu Gerry Gerardo dan juga Uli Herdi.

“Kalau pemain Purbasari, Purbararang dan Indrajaya itu sama dengan versi online. Untuk versi offlinenya ini, kita mau yang main jadi Guruminda dan Lutung Kasarungnya itu satu orang saja. Kita rasa Gerry adalah orang yang tepat untuk mainin dua-duanya,” jelasnya.

Drama musikal 'Lutung Kasarung', dengan konsep percampuran antara tradisi dan modern. (Foto: Naomi/Nyata)
Drama musikal ‘Lutung Kasarung’, dengan konsep percampuran antara tradisi dan modern. (Foto: Naomi/Nyata)

“Dan akan lebih bisa kerjasama untuk olahtubuh sebagai monyetnya dan lain-lain. Plus, ada satu karakter tambahan yang nggak ada di versi online yaitu ayahnya. Dan ayahnya sudah paling tepat dimainkan Uli Herdi,” tambahnya.

Selain sebagai sutradara, Ara juga bertindak sebagai penulis naskah. “Untuk naskahnya, jujur, aku senang banget sama naskah-naskah seperti ini, yang lebih santai, bercanda-canda. Jadi aku bikin naskahnya cukup cepat, hanya satu hari. Tapi di tengah-tengah pasti banyak adjusment, ‘oh disini kurang interaktif, di sini kurang make sense. Itu along the way. Jadi kurang lebih kira-kira total prosesnya kurang lebih 1,5 bulan untuk show ini,” katanya.

Menurut Ara, untuk pertunjukan musikal Luting Kasarung, mereka menjalani latihan selama 1,5 bulan, yang dimulai pada bulan Agustus.

| Baca Juga: Isyana Sarasvati Jadi Bintang Tamu di Konser Musikal Memeluk Mimpi Mimpi

“Selama proses latihan banyak kejadian yang tak terduga. Misalnya, saat akan syuting, tiba-tiba yang jadi Lutung Kasarungnya sakit pinggang, trus dia harus menjadi monyet waktu syuting. Trus yang jadi Purbasari patah tangan, hingga kita harus adjust semua tariannya Purbasari jadi tarian patah tangan. Jujur banget the all process is very fun. Tiap kali latihan juga nyantai, karena kita berharap penonton juga merasa show ini santai aja, bukan show yang tegang dan serius,” papar pemeran Ken Dedes dalam Musikal Ken Dedes itu.

Dalam pertunjukan Lutung Kasarung kali ini, Ara diberi cukup banyak tanggung jawab. Selain sebagai sutradara dan penulis, dirinya juga memerankan salah satu karakter, Purbararang.

“Bukan bermaksud serakah ya. Enaknya jadi penulis sekaligus sutradara itu, aku sudah tahu maksud dari scriptnya. Jadi enggak ada kesulitan kalau di bagian itu. Cuma kalau jadi sutradara dan pemain itu susah, karena aku nggak bisa melihat. Jadi aku butuh banyak bantuan, seperti ada Alim Sudio, Bayu Montiagus, Kresna Peceng, Angel Meloa. Ada banyak banget yang bantuin aku untuk melihat dan makesure kalau semuanya sudah berjalan lancar. Karena waktu show aku nggak bisa nonton, nggak bisa tahu itu,” ungkapnya.

Diakui Ara, saat berada di atas panggung, seringkali para pemain, terutama dirinya, banyak melakukan improvisasi. “Yang paling banyak improvisasi itu scene Purbararang sama Ayahnya. Karena ambisiku adalah selalu menbuat Ayah bingung. Jadi kalau aku bisa lihat Ayahku mukanya bingung sampai kumisnya mau jatuh, ‘wah target aku di show ini sudah tercapa’,” tandasnya. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here