Dari Singapura, Garin Nugroho Boyong Film Bisu ‘Samsara’ ke Bali

Garin Nugroho Boyong Film Bisu 'Samsara' ke Bali. (Foto: Dok. Pri)
Garin Nugroho Boyong Film Bisu 'Samsara' ke Bali. (Foto: Dok. Pri)

Sukses digelar di Singapura 10 Mei 2024, karya terbaru dari sutradara Garin Nugroho, film bisu ‘Samsara’, akhirnya tampil untuk pertama kalinya di Indonesia. Tepatnya di program Indonesia Bertutur 2024, Peninsula Island, Nusa Dua, Bali.

Pertunjukan cine-concert itu menyuguhkan pengalaman sinematik yang unik, memadukan seni visual, musik, dan tradisi Indonesia dari masa lalu hingga kini dalam sebuah tayangan yang berani dan memukau.

AA Gde Odeck Ariawan, Pembina Yayasan Puri Kauhan, Ubud, turut hadir dalam acara tersebut dan mengungkapkan kekagumannya.

“Saya sangat mengapresiasi pertunjukan seperti ini di Bali. Cerita yang disajikan sangat menyentuh dan relevan dengan pemikiran saya sebagai orang Bali. Semua elemen – dari tata artistik, penceritaan, pengambilan gambar, hingga tata gerak – sangat memukau. Komposisi musik dan sinkronisasi antara gambar dan musik, serta kolaborasi musisi, sungguh luar biasa. Kualitasnya benar-benar kelas dunia,” puji AA Gde Odeck Ariawan.

| Baca Juga: Tantangan Garin Nugroho Garap Film Bisu Hitam Putih Samsara

Samsara adalah sebuah film bisu hitam putih yang dibintangi oleh Ario Bayu dan penari keturunan Indonesia-Australia, Juliet Widyasari Burnett.

Film Bisu 'Samsara' tampil di program Indonesia Bertutur 2024, Peninsula Island, Nusa Dua, Bali. (Foto: Dok. Pri)
Film Bisu ‘Samsara’ tampil di program Indonesia Bertutur 2024, Peninsula Island, Nusa Dua, Bali. (Foto: Dok. Pri)

Film itu diiringi oleh musik gamelan Bali yang dipadukan dengan musik elektronik. Samsara mengisahkan seorang pria miskin yang ditolak lamarannya oleh orang tua perempuan. Dalam upaya memperoleh kekayaan, ia melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet dan menjalani ritual gelap yang justru mengutuk istri dan anaknya.

Film itu menampilkan elemen pertunjukan tradisional Bali, seperti orkestra gamelan, tari tradisional, topeng, dan wayang, yang dipadukan dengan musik elektronik digital serta tari dan topeng kontemporer.

Musik gamelan Bali dalam pertunjukan itu dibawakan oleh Wayan Sudirana, seorang komposer musik dan etnomusikologi lulusan University of British Columbia, Kanada.

| Baca Juga: Film Bisu ‘Samsara’ Karya Garin Nugroho Tuai Pujian di Singapura

Sedangkan musik elektronik digital dipersembahkan oleh grup Gabber Modus Operandi, Kasimyn dan Ican Harem, yang juga berkolaborasi dengan bintang musik internasional, Bjork, dalam albumnya Fossora (2022).

Samsara juga melibatkan seniman dan penari ternama, seperti Gus Bang Sada, Siko Setyanto, Maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, dan penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra, Bali.

Produksi film tersebut melibatkan para profesional berpengalaman seperti produser Gita Fara dan Aldo Swastia, penata busana Retno Ratih Damayanti, penata artistik Vida Sylvia, dan sinematografer Batara Goempar, I.C.S.

| Baca Juga: Garin Nugroho Kenang Kisah Berbangsa Melalui Musik

Menurut Garin, Samsara terinspirasi dari film klasik Jerman era 1920-an seperti Nosferatu (1922) dan Metropolis (1927), serta dorongan untuk menggali tradisi lokal.

Membuat Samsara bagi Garin seperti memimpin dan menjalankan upacara tradisi di berbagai wilayah Indonesia.

“Dalam proses kreatifnya, setiap anggota tim harus mampu mencerminkan situasi sosial budaya dalam pembuatan film ini,” jelas Garin. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here