Teknologi kesehatan semakin berkembang. Kini, ada robot mini seukuran pil multi vitamin yang dapat ditelan, untuk memeriksa kondisi organ dalam tubuh (endoskopi).
Dikutip dari lama VentureBeat, robot mini endoskopi itu diperkenalkan dalam konferensi TED di Vancouver pada Juni lalu. Alat tersebut bisa dikendalikan jarak jauh dan dapat menggantikan prosedur medis invasif atau endoskopi tradisional.
Selama ini, pemeriksaan saluran pencernaan dilakukan melalui prosedur endoskopi yang invasif. Kamera dimasukkan melalui tenggorokan ke dalam lambung pasien yang tengah dibius.
Sekarang, pasien dapat melakukan endoskopi tanpa harus dibius dan menggunakan alat invasif tersebut. Sebab, ada perusahaan start-up yang berhasil mengembangkan robot mini berbentuk pil yang dapat ditelan untuk memeriksa kondisi organ dalam tubuh.
| Baca Juga : Gletser di Peru Cair, Ditemukan Mayat Pendaki yang Hilang 22 Tahun
Pil tersebut bernama PillBot. Statusnya saat ini sedang dalam tahap uji klinis.
“Kami sedang dalam uji klinis dengan teknologi pil bot kami. Kami akan memulai uji coba penting di salah satu institusi medis terkemuka di AS pada Q3/Q4,” kata Torrey Smith, CEO Endiatx.
Dikembangkan oleh Endiatx, PillBot adalah perangkat kamera robotik mini yang dapat meniadakan kebutuhan prosedur medis invasif. Alat ini bertujuan untuk meningkatkan pemeriksaan gastrointestinal dan pengumpulan data kesehatan internal.
Dengan pompa jetnya, bot ini, seukuran kacang pistachio, bergerak layaknya drone. Dilengkapi dengan kamera kecil, sensor, dan fitur komunikasi nirkabel. PillBot memungkinkan dokter memeriksa saluran pencernaan dengan presisi.
| Baca Juga : Ketika Tubuh Dilahap Bakteri Pemakan Daging
Dalam penggunaannya, PillBot yang memiliki ukuran 13 x 30 mm, dikendalikan dengan remote control. Alat itu menavigasi melalui saluran pencernaan dan menyediakan detil gambar dari dalam tubuh.
Alat ini pun juga dilaporkan mampu mentransmisikan video resolusi tinggi pada 2,3 megapiksel per detik ke perangkat yang digunakan oleh dokter secara real time.
Cara penggunaannya pun hanya diperlukan puasa satu hari. Setelahnya pasien menelan PillBot dengan air.
Saat berada di dalam tubuh, PillBot akan bertindak seperti kapal selam mini. Sementara untuk pengeluarannya, alat ini akan keluar dari tubuh secara alami dalam waktu enam hingga dua puluh empat jam.
| Baca Juga : Demi Selamatkan Peliharaan, Pria Ini Adu Tinju Dengan Kanguru
Banyak kasus kanker lambung di dunia didiagnosis terlambat untuk intervensi medis yang efektif. EGD tidak dilakukan karena staf dan fasilitas yang terlalu sibuk.
Menurut penciptanya, PillBot akan menyelamatkan nyawa sambil mengurangi tekanan pada fasilitas kesehatan. Lalu memungkinkan skrining kanker lambung telemedicine bagi mereka yang memiliki akses terbatas ke rumah sakit.
Ini juga memungkinkan dokter spesialis gastrointestinal menangani lebih banyak pasien. Endiatx mengklaim bahwa dengan PillBot, telemedicine akan berkembang pesat, dan semua orang akan memiliki akses yang setara ke teknologi penyelamatan nyawa.
Untuk saat ini, versi terbaru PillBot memerlukan dokter untuk mengelola gerakannya, tetapi Endiatx memperkirakan masa depan PillBot dapat dipandu menggunakan AI.
| Baca Juga : Jaga Kebugaran, Para Lansia Ini Lincah Ikut Kelas Breakdance
Bagi dr. Vivek Kumbhari, salah satu pendiri perusahaan dan profesor kedokteran serta ketua gastroenterologi dan hepatologi di Mayo Clinic, ini adalah langkah terbaru untuk menyederhanakan pengobatan yang sebelumnya kompleks.
Kumbhari berharap teknologi ini dapat diperluas ke usus, sistem pembuluh darah, jantung, hati, otak, dan bagian tubuh lainnya. “Ini akan memungkinkan penggunaannya bagi rumah sakit. Khususnya untuk perawatan medis yang lebih mendesak dan membutuhkan operasi,” katanya. (*)