Begini Isi Diary Dokter PPDS Undip Sebelum Bunuh Diri

Dokter PPDS Undip yang meninggal bunuh diri sempat tulis curhatan di buku harian. Foto: Dok. Istimewa
Dokter PPDS Undip yang meninggal bunuh diri sempat tulis curhatan di buku harian. Foto: Dok. Istimewa

Aulia Risma Lestari tak bisa lagi meraih mimpinya untuk menjadi dokter spesialis anestesi. Dokter Muda berusia 30 tahun itu memilih untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri yang diduga karena tak kuat menjadi korban bullying.

Diketahui Aulia adalah mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip). Dia ditemukan meninggal dunia di kamar kos Kelurahan Lempongsari, Semarang, pada Senin (12/8) pukul 23.00 WIB.

Menyusul kabar tersebut, dalam siaran pers nomor 647/UN7.A/TU/VIII/2024 yang dirilis pada Kamis (15/8), Undip dengan tegas membantah adanya bullying yang terjadi di kalangan dokter residen.

“Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut TIDAK BENAR,” begitu keterangan dari pihak kampus.

| Baca Juga : Calon Dokter Spesialis Tewas, Diduga Bunuh Diri Karena Dibully

Kontras dari pernyataan Undip, diary milik korban justru menunjukkan hal yang sebaliknya. Dokter yang praktik di RSUD Kardinah Kota Tegal itu mengungkapkan rasa frustasi ingin berhenti dari pendidikannya.

Melansir dari laman radarmagelang.id, begini isi diary atau buku harian korban tertanggal 5 Juli, satu bulan sebelum ia berpulang.

“Satu semester aku berjuang di sini. Terlalu berat untukku. Sakit sekali. Beban fisiknya begitu besar. Aku ingin berhenti.”

“Sakit sekali, sungguh sakit. Rasanya masih sama. Aku ingin berhenti. Aku tidak sanggup setiap hari bekerja seperti ini. Ada yang bisa menolong saya? Apa tuhan tahu saya tersiksa? Apa tuhan tahu aku kesakitan?”

| Baca Juga : Motif Armor Toreador Lakukan KDRT ke Cut Intan Nabila

“Kenapa setiap aku berharap, tidak pernah ada jawabannya. Apa tuhan membenciku? Aku selalu menjerit mohon pertolongan. Tapi kenapa aku dibiarkan?”

“Apa aku dilahirkan hanya untuk mengakhiri? Seni kehidupan mana yang kulihat dahulu sehingga aku setuju untuk memilih dilahirkan? Aku tidak serta merta menyerah tanpa berusaha.”

“Aku sudah menanggung banyak. Aku manusia biasa. Punggungku terasa amat sangat sakit setiap pulang. Pulang dini hari, bukan duduk-duduk saja.”

“Aku merasakan sakit yang luar biasa malam ini. Aku tidak sanggup lagi meneruskan siklus ini. Aku mohon, maafkan aku. Maafkan aku yang menyerah. Aku sudah berjuang, sudah sangat berusaha.”

“Aku mohon. Aku tidak sanggup lagi bila harus menanggung lebih lama lagi. Aku sendirian, aku berjuang sendiri. Tidak ada yang menolongku. Aku tidak ingin sesakit ini lebih lama lagi.”

| Baca Juga : Jerhemy Owen Daki Gunungan Sampah Bantar Gebang Bekasi, Peringati Hari Kemerdekaan Ke-79 RI

“Semoga tuhan mengampuniku. Tuhan, aku sakit. Aku mohon tempat aku pulang,” begitulah isi tulisan diary Aulia.

Kapolsek Gajah Mungkur, Kompol Agus Hartono juga membenarkan timnya menemukan diary berisikan curhatan korban tentang senior yang sering melakukan perundungan.

“Bercerita di buku hariannya kalau senior-senior suka memerintah ini itu yang dianggap berlebihan,” kata Agus.

Sementara itu, Prodi Anestesi Fakultas Kedokteran Undip di RSUP Dr. Kariadi Semarang saat ini dihentikan sementara sesuai dengan keputusan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Proses penyelidikan juga diteruskan untuk membuktikan kebenaran terkait perundungan yang terjadi antara senior kepada junior di kalangan dokter residen.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here