Sederet Fakta Gempa Megathrust yang Akan Melanda Indonesia

Ilustrasi Gempa Megathrust. (Foto: Pinterest/ Dreamstime Stock Photos)
Ilustrasi Gempa Megathrust. (Foto: Pinterest/ Dreamstime Stock Photos)

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Merteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono belum lama ini menyebut, gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,1 yang terjadi di Pulau Kyushu, Jepang, Kamis (8/8) dapat memicu tsunami yang harus diwaspadai oleh negara Indonesia.

Gempa di Pulau Kyushu itu disebut bersumber dari Megathrust Nankai yang merupakan zona sangat aktif. Megathrust merupakan gempa bumi berkekuatan besar yang terjadi pada zona subduksi di sepanjang batas lempeng konvergen destruktif, di mana satu lempeng tektonik tertekan di bawah lempeng yang lain.

Sementara Megathrust Nankai merupakan gempa bumi berdorongan besar yang bersumber dari Palung Nankai yang ada di Jepang. Palung Nankai memiliki beberapa segmen megathrust yang jika seluruh tepian patahan tersebut tergelincir sekaligus, dapat memicu gempa berkekuatan hingga 9,1 magnitudo.

Bahaya Terjadinya Megathrust Untuk Indonesia

“Jika gempa dahsyat di Megathrust Nankai tersebut benar-benar terjadi dan menimbulkan tsunami maka hal ini perlu kita waspadai, karena tsunami besar di Jepang dapat menjalar hingga wilayah Indonesia,” kata Daryono, seperti dikutip oleh Antara, Selasa (13/8).

| BACA JUGA : Heroik, WNI Ini Lindungi Nenek di Tengah Gempa Taiwan

Memang, kata Daryono, sistem Megathrust Nankai terbilang sangat aktif. Dalam catatan sejarah, zona yang menjadi sumber gempa ini dapat memicu gemba bumi besar bermagnitudo M 8,0 bahkan lebih. Hal tersebut dapat terjadi di setiap satu atau dua abad.

“Di zona megathrust itu ada palung bawah laut yang memiliki panjang 800 kilometer, membentang dari Shizouka di sebelah barat Tokyo sampai dengan ujung selatan Pulau Kyushu,” ujarnya.

“Sehingga, gempa 7,1 magnitudo kemarin dikhawatirkan dapat memicu atau menjadi pembuka gempa dahsyat yang terjadi berikutnya di Sistem Tunjaman Nankai,” imbuhnya.

Kendati demikian, Daryono menerangkan, gempa besar di Megathrust Nankai tak akan berdampak terhadap sistem lempeng tektonik di wilayah Indonesia. Itu karena jaraknya yang sangat jauh.

| BACA JUGA : Gempa M6,2 Guncang Garut, Turut Dirasakan Artis di Jakarta

Selain itu, dinamika tektonik yang terjadi umumnya hanya berskala lokal sampai dengan regional pada sistem Tunjaman Nankai.

Daerah yang Berpotensi Mengalami Gempa Megathrust

Wilayah yang paling dikhawatirkan akan mengalami gempa bumi megathrust adalah wilayah Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Keduanya memiliki zona megathrust yang memiliki potensi gempa bumi berkekuatan mencapai lebih dari 8 magnitudo.

Gempa tersebut belum pernah terjadi lagi selama lebih dari dua abad sehingga keduanya menjadi daerah seismic gap. Seismic gap merupakan daerah bagian dari sesar yang telah menghasilkan gempa bumi di masa lalu tetapi kini sunyi karena tidak menghasilkan gempa bumi.

“Kita ‘seismic gap’ Selat Sunda sudah usia 267 tahun dan Mentawai-Siberut sudah usia 227 tahun,” kata Daryono dalam keterangannya, Rabu (14/8).

| BACA JUGA : Potret Gedung-gedung Ambruk Akibat Gempa Dahsyat di Taiwan

Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri akan terjadinya pelepasan gempa yang besar di kedua wilayah tersebut. Sebab, segmen-segmen lain yang menyimpan gempa sebesar kedua selat tersebut sudah realease alias telah mengeluarkan aktivitas gempanya.

“Segmen-segmen lain sudah release, tugas saya mengingatkan kewaspadaan,” ujar Daryono.

“Megathrust Nankai terakhir gempa M 8,4 tahun 1946 (78 tahun), ilmuwan, pejabat dan publik Jepang sudah khawatir dan begitu siaga,” sebutnya.

Belum Pasti Terjadi Dalam Waktu Dekat

Meski dapat dihitung perkiraan magnitudo maksimum yang dihasilkan oleh gempa megathrust, teknologi yang ada saat ini belum dapat membantu para ahli untuk mengetahui secara pasti waktu terjadinya gempa bumi.

| BACA JUGA : Hendak Selamatkan Diri, 7 Korban Terluka Imbas Kebakaran Manggarai

Oleh karena itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG belakangan mengatakan, bahwa gempa bumi megathrust di Indonesia belum pasti terjadi dalam waktu dekat.

“Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian,” tutur Daryono dalam unggahan terbarunya di X, Kamis (15/8).

“’Tinggal menunggu waktu’ bukan berarti segera akan terjadi dalam waktu dekat, karena kejadian gempa memang belum dapat diprediksi, sehingga kami pun tidak tau kapan akan terjadi. Kami katakan ‘menunggu waktu’ hal itu karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah release (tinggal segmen tersebut yang belum lepas),” jelasnya melalui cuitan di X. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here