Bubar atau bertahan dengan cara lain! Itulah pilihan yang harus dihadapi oleh idol grup JKT48. Betapa di masa pandemi COVID-19 sekarang ini, idol grup yang dibentuk pada tahun 2011 itu mengalami banyak kesulitan. Hal itu diumumkan oleh General Manager Theater JKT48 Melody Nurramdhani di akun YouTube resmi JKT48, Selasa (10/11) kemarin.
“Karena efek pandemi COVID-19 di Indonesia, kegiatan JKT48 jadi sulit dijalankan sejak akhir Maret. Pertunjukan theater sempat dihentikan, handshake event dibatalkan dan banyak lagi hal yang membuat kegiatan JKT48 jadi sangat terbatas,” ungkap Melody.
Selama pandemi, kegiatan JKT48 hanya mengandalkan live streaming pertunjukan JKT48 theater dan video call with JKT48. Namun faktanya, hingga saat ini mereka tetap kesusahan untuk bertumbuh.
“Sampai November ini, JKT48 telah melakukan semua hal yang bisa dilakukan agar tetap bertahan hidup. Walaupun semuanya telah berusaha dengan sekuat tenaga, faktanya secara bisnis, grup ini mengalami kerugian yang sangat menyakitkan. Sehingga kami ada di posisi yang sangat-sangat sulit untuk terus beroperasi,” beber mantan anggota JKT48 generasi pertama itu.
“Saat ini JKT48 memiliki sekitar 70 orang member, termasuk siswi akademi dan kurang lebih 50 orang staf yang terus bekerja dan berusaha setiap harinya agar kami bisa memberikan energi positif kepada semua orang di Indonesia,” lanjutnya.
Kesulitan selama pandemi itu membuat pihak manajemen berpikir keras. Kemungkinan untuk bubar atau terus berjuang memperbaiki keadaan, dibahas matang-matang.
“Beberapa bulan terakhir, tim manajemen dan para stakeholder terus menerus berdiskusi, apakah sudah benar-benar tidak ada cara lain bagi JKT48 selain untuk bubar? Apakah JKT48 yang telah bertahan selama 9 tahun harus berhenti sampai di sini? Apakah grup yang telah didukung oleh banyak orang harus selesai di sini?” ujar Melody.
Namun pihak JKT48 mengambil kesimpulan untuk tetap terus ada menghibur warga Indonesia yang membutuhkan semangat dan energi. Hingga di akhir video, pihak JKT48 menegaskan tak akan membubarkan JKT48 melainkan bertahan dengan cara lain, yakni mengurangi jumlah member dan staf.
“Setelah berdiskusi secara terus-menerus, hanya ada satu cara agar JKT48 bisa bertahan. Cara itu adalah pengurangan jumlah member dan staf JKT48 agar grup ini tidak bubar. Kami memutuskan untuk melakukan perubahan skala besar atau restrukturisasi dalam grup ini,” kata wanita 28 tahun itu.
“Ini adalah keputusan yang sangat berat, tapi kami sudah tidak punya pilihan lagi selain membangun semuanya dari awal. Mengenai member dan rencana selanjutnya, akan kami umumkan lebih lanjut,” tutupnya. (*)