Mungkin tak banyak solois pria memilih jalur musik R&B. Seperti halnya Claudius Syiwabetara Widjanarko yang kerap disapa Syiwa di mini album atau EP (Extended Player) bertajuk ‘Save It’.
Ada enam lagu yang direkam di bawah
naungan label AFE Records, yaitu KZL, Red Led, One Love, FML, Every Body Need Somebody dan Save It. Semua cerita lagu tersebut berdasarkan pengalaman hidup Syiwa selama tinggal di Berlin.
Penyanyi berusia 22 tahun itu memang lebih banyak menghabiskan masa remaja di Berlin, Jerman.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Berlin British School dia lalu melanjutkan studi di SAE Institute Berlin, Syiwa memilih kembali ke Indonesia untuk memproduksi dan memperkenalkan mini albumnya.
| Baca Juga: Padi Reborn Jadi Opening Act Konser Michael Learns To Rock di Bali
“Mini album ini merupakan refleksi dari perjalanan hidup aku. Semua ada disini, mulai dari persahabatan, percintaan, hingga kehidupan masa sekolahnya waktu tinggal di Berlin. Saat jauh dari keluarga diusia yang masih sangat muda disitu lah kita merasa bahwa keluarga adalah segalanya,” jelas Syiwa saat ditemui di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Sabtu (10/8/2024).
Tak tanggung-tanggung, Syiwa juga mengajak kolaborasi musisi senior untuk menggarap ke enam lagu di album tersebut. Dia adalah Reynold Effendy dari Band OmOm sekaligus mantan gitaris Slank dan Muhammad Nur Rohman atau yang dikenal dengan Rowman, drummer Band Ungu.
Syiwa menjelaskan alasan mengapa semua lagunya berbahasa Inggris, meski rekaman dan rilisnya di Indonesia.
“Aku kalau di Indonesia suka dibilang terlalu Barat, di Jerman dibilang terlalu Asia. Ya udah, tengah-tengahnya, bahasa Inggris paling nyaman,” beber Syiwa.
“Dari kecil, aku, kakak, dan adik pakai bahasa Inggris kalau ngobrol. Internasional family lah. Jadi kebanyakan berbahasa Inggris dalam kesehariannya,” sambungnya.
| Baca Juga: Resmi! Adele Umumkan Pertunangan dengan Rich Paul saat Konser di Munich
Syiwa menjelaskan aliran musik R&B yang dipilihnya terinspirasi dari berbagai komunitas klub musik di Berlin. Dia juga terinspirasi dari David Bowie, musisi asal Inggris yang pernah rekaman dan membuat album di Berlin.
Tak hanya David Bowie, beberapa musisi Indonesia juga ikut menginspirasi penyanyi yang lahir di Jakarta pada 16 Maret 2002 itu, seperti Chrisye hingga Ari Lasso.
“Jadi selama di Berlin, banyak ketemu musisi. Disana tuh musiknya beragam ada rap, blues, folks, rock, underground dan sebagainya. Akhirnya aku putuskan oke aku di gendre R&B meskipun engga yang R&B banget. Ada juga unsur blues dan sentuhan pop juga,” jelasnya.
Reynold Effendy menambahkan, meski ini kerja sama pertamanya dengan Syiwa, tak ada kesulitan sama sekali selama proses pengerjaan mini album ‘Save It’.
“Dia menunjukkan punya bakat dan talenta yang bagus dalam menyanyi. Syiwa engga aneh-aneh nyanyinya, notasinya masuk aja gitu. Jadi proses pengerjaannya cepat. Malah kita banyak becanda,” ungkap Reynold.
| Baca Juga: Rizky Febian Bakal Gelar Tur Konser, Rayakan 10 Tahun Berkarya
Rowman, drummer Band Ungu, juga mengungkapkan hal yang senada.
“Jadi aku baru dengerin lagunya dan nyoba-nyoba buat ngisi suara drum di lagunya, dia langsung bilang udah itu aja. Makanya prosesnya jadi cepat,” ungkap Rowman.
Untuk melengkapi album tersebut, Syiwa juga telah membuat video musik pertamanya untuk lagu ‘Save It’. Syuting video musik itu dilakukan di dua negara yaitu di Berlin dan Sawangan, Bogor.
“Untuk musik videonya kita memang lebih banyak eksplor alam. Syuting dua hari di Berlin dengan lokasi di Kastil gitu saat summer sebelum aku balik ke Indonesia. Lalu sisanya aku syuting di Sawangan, Bogor dengan pemandangan alam,” terang Syiwa. (*)