Seniman Sidoarjo Sulap Kain Perca Jadi Lukisan Jutaan Rupiah

kain perca
Endang dan lukisannya (Foto. Rival)

Kain sisa jahitan atau kain perca ternyata bisa dimanfaatkan sebagai pengganti cat untuk lukisan. Seperti yang dilakukan FR, Endang Waliati, pelukis kain perca asal Porong Sidoarjo. Lewat tangan terampilnya, wanita berusia 63 tahun ini menyulap kain perca menjadi lukisan bernilai jutaan rupiah.

Endang mulai cinta pada kain sejak usianya masih SD. ”Saya mulai cinta pada kain itu sejak SD. Ketika ke gereja, mata saya suka nakal. Melihat motif atau warna baju yang dipakai orang, saya langsung punya imajinasi. Enaknya diapakan ya,” katanya.

Pikiran ’jail’ Endang makin terasah ketika punya tetangga seorang penjahit. ”Waktu masih tinggal di Wonokitri, Surabaya. Saya sering diminta nge sum (menjahit dengan tangan, red). Kadang hanya disuruh bantu merapikan kain-kain sisa,” katanya.

Melihat banyaknya kain perca, Endang pun memotong, kemudian ditempel hingga hingga menyerupai sebuah kolase. Sehingga yang muncul adalah gambar abstrak atau terkadang motif dekoratif.

Namun setelah bergabung dengan Bengkel Muda Surabaya dan belajar melukis dari beberapa seniman, Endang menemukan kegemarannya. Dia mulai menggunting dan menempel kain-kain sisa itu pada kanvas sehingga terciptalah sebuah lukisan.

Hingga kini sudah ratusan lukisan yang dihasilkan Endang. Pastinya karya seni itu merupakan hasil dari kesabaran, kreatifitas yang imajinasinya yang tinggi.

Untuk satu lukisan, Endang bisa menyelesaikan waktu dalam beberapa minggu atau juga bertahun-tahun. Bergantung pada mood-nya. ”Kalau mood-nya bagus, nggak sampai sebulan bisa selesai. Tapi kalau nggak mood ya nggak jadi-jadi,” katanya dengan logat Suroboyoan.

Di antara banyak lukisan pemandangan yang ia buat, lukisan air terjun adalah yang paling lama pengerjaannya. ”Saya menyelesaikannya selama hampir lima tahun,” katanya.

Apa yang membuatnya begitu lama? ”Membuat air terjun tidak mudah. Saya harus memilih warna kain yang tepat, seratnya juga harus bagus. Terus menempelnya juga harus sesuai seperti aliran air. Ide ini yang sulit,” katanya. 

Endang saat menggunting kain perca

Banyak yang penasaran bagaimana tempelan kain pada lukisan itu begitu halus. Endang pun membeberkan rahasianya. Ternyata dia tak asal menggunting. Namun ia menggunakan berbagai teknik. Mulai menyerabut benang pada kain, kemudian memotongnya kecil-kecil hingga menyerupai bubuk cat.

Kemudian berbagai bahan itu dia tempelkan pada canvas menggunakan lem kayu. Selain canvas,  Endang juga pernah memanfaatkan kain keras sebagai medianya. ”Kain keras jauh lebih murah. Dulu itu saya pakai karena tak punya biaya. Tapi sekarang saya selalu pakai canvas karena punya nilai jual yang lebih tinggi,” ujarnya.

Hingga kini telah banyak kolektor seni yang membeli lukisan Endang. ”Kebanyakan yang beli adalah para kolektor dari Italia, Amerika, Jepang sampai Australia. Kadang saya heran, kok mereka mau membeli karya saya,” kata wanita yang sedang suka melukis kupu-kupu dan topeng itu. *

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here