“It works,” teriak Jack setelah sapi yang biasa ia panggil Milky White–karena memiliki warna seputih susu–memakan benda-benda yang dibutuhkan penyihir. Seperti tudung merah semerah darah milik Little Red Riding Hood alias si gadis berjubah merah, rambut warna sekuning jagung milik Rapunzel, dan sepatu indah semurni emas milik Cinderella.
Dari bahan itu, Milky White mengeluarkan ramuan yang kemudian diminum penyihir. Ajaib, ramuan itu berhasil membuat penyihir menjadi cantik.
Ramuan itu juga yang mematahkan kutukan sehingga istri Mr. Baker alias Si Pembuat Roti bisa hamil dan memiliki anak. Rapunzel dan pangerannya, serta Cinderella dengan pangerannya menikah dan hidup bahagia.
Begitu juga Jack dan ibunya hidup berkecukupan setelah membunuh raksasa. Sedangkan si gadis berjubah merah bisa kembali hidup bersama neneknya setelah diselamatkan Si Pembuat Roti.
Spontan, tepuk tangan para penonton yang melihat para tokoh itu berbahagia, meramaikan suasana Usmar Ismail Hall, Jakarta, Minggu (25/8). Para penonton yang kebanyakan membawa anak-anak, seperti hanyut ke dalam negeri dongeng dengan karakter dan kisah yang sudah terkenal.
Ada kisah Cinderella, Jack & The Beanstalk, Little Red Ridinghood, hingga Rapunzel dan Witch. Kisah-kisah yang sudah terkenal ini dikombinasikan menjadi sebuah cerita menarik, tentang bagaimana sebuah harapan dan impian dalam benak setiap karakter dan bagaimana cara mewujudkannya.
Musik orkestra pimpinan Stephen Sondhem yang terus mengiringi pertunjukan sekitar dua jam itu, semakin memanjakan para penonton untuk menikmati pertunjukan. Belum lagi paduan kostum para pemainnya, berbagai properti unik dan menarik, serta tata lampu yang berhasil menyinergikan cerita dan musik.
Ditambah lagi pertunjukan yang menyuguhkan konsep teater musik ala broadway, sehingga terasa benar-benar sedang di Amerika Serikat. Selain akting 18 pemainnya, beberapa lagu terkenal yang dibawakan puluhan anak asuhan Relasi Nada Dunia, juga berhasil menghidupkan suasana drama musikal tersebut.
“Saya pernah menonton ini di Amerika Serikat. Dan hari ini, penampilan kalian sungguh luar biasa! Serasa menonton di sana. Saya bangga!” seru Lucky Tampilang, pendiri Relasi Nada Dunia.
Drama musikal broadway Into The Woods Jr tersebut memang menjadi sebuah persembahan anak-anak berbakat dalam harmonisasi vokal dan seni pertunjukan. Sebanyak 18 anak berusia 18 tahun ke bawah yang selama ini memang telah terlatih vokalnya oleh Relasi Nada Dunia, kembali digembleng agar juga memiliki kemampuan akting dan koreografi.
“Karena untuk bermain teater musik broadway, bisa menyanyi saja tidak cukup. Minimal harus juga bisa akting dan menari. Makanya selama beberapa bulan ini mereka yang belum memiliki basic akting kita gembleng secara serius,” kata sang sutradara, Venantius Vladimir Ivan.
Melalui Into The Woods Jr, Relasi Nada Dunia ikut memperkenalkan pemeran berbakat yang mereka miliki. Ada Li’li Latisha yang pernah bermain film Ku Lari Ke Pantai (2018), di sini mendapat peran Cinderella. Ada juga Ryan Chandra, penyanyi cilik pemenang World Championship Of Performing Arts 2016 di Amerika Serikat, dengan perannya sebagai Si Pembuat Roti.
“Atas Nama Relasi Nada Dunia, saya merasa terhormat menyambut para penonton drama broadway musikal pertama kami. Pilih tempat duduk anda, dan bersiaplah menyambut cerita di panggung yang penuh kejutan dan keajaiban,” kata Eveline Listijosuputro, selaku Executive Producer sebelum pertunjukan.
“Sampai jumpa di pertunjukan kami berikutnya,” timpal Producer dan Vocal Instructor, Pricillya Carlla. (*)