7 Do’s and Don’ts untuk Merawat Batik Tulis Halus Agar Awet 100 Tahun

perawatan-batik-tulis-halus 2
(Kiri) Widianti bersama dengan Co-founder Jayanata, Mina Karina. Foto: Adie Wiratmo/Nyata

Batik tidak hanya menjadi sebuah identitas yang dimiliki oleh Indonesia. Tetapi, juga berlaku sebagai simbol dari rangkaian keindahan, yang dipadukan dengan kesabaran serta ketelitian.

Terlebih untuk jenis batik tulis halus. Titik demi titik terangkai secara perlahan, menjadi sebuah motif yang elok di atas selembar kain. Burung bangau, bunga, kupu-kupu, hingga naga, beradu menjadi sebuah karya estetis yang patut untuk diapresiasi.

Untuk itu, harga selembar kain batik tulis halus, berada jauh di atas batik biasa/cap. Dari jutaan, hingga puluhan juta rupiah.

Baca juga: 17 Seleb Ini Tampil PD dan Cantik Dengan Baju Warna Kuning

Biasanya jenis batik ini jarang sekali dikenakan untuk busana sehari-hari. Umumnya, batik tulis halus dimiliki, sebagai koleksi ataupun kain yang digunakan, untuk menghadiri acara-acara tertentu, seperti pesta.

Menjadi sebuah investasi berharga, tentunya ada cara-cara khusus untuk merawat jenis kain ini agar tetap mempesona.

Belum lama ini, Nyata berkesempatan untuk bertemu dengan generasi ketiga produsen batik tulis Oey Soe Tjoen, Widianti Widjaja (Oey Kiem Lian), dan seorang kolektor batik tulis, Yohannes Somawiharja.

perawatan-batik-tulis halus 1
(Dari kiri) Yohannes Somawiharja dan Widianti Widjaja dalam konferensi pers Pameran Batik Oey Soe Tjoen, di Jayanata Beauty Plaza. (Foto: Adie Wiratmo/Nyata).

Keduanya membagikan tata cara perawatan batik tulis halus. Widianti dan Yohannes menekankan, 7 hal yang harus dilakukan dan dihindari (Do’s and Don’ts), agar kain tersebut tetap indah dari waktu ke waktu.

Pencucian

Sebagai kain yang spesial, tentunya memiliki cara perawatan yang tidak biasa pula. Menurut Yohannes, batik tulis halus harus dicuci dengan sabun yang ramah warna. Rektor Universitas Ciputra itu menyarankan, untuk menggunakan sabun lerak yang memang terkenal ramah terhadap warna kain.

Senada dengan Yohannes, Widianti pun menyarankan hal serupa. Ia juga menambahkan, kalau batik ini bisa dicuci dengan menggunakan sabun mandi, shampo, ataupun air merang.

Baca juga: Transformasi Penampilan J-Lo di MTV VMA dalam 2 Dekade

Tak hanya itu, keduanya tidak menyarankan untuk menggunakan deterjen biasa. Hal tersebut dikarenakan, kandungan zat dalam deterjen yang terlalu kuat bisa merusak warna batik.

“Tidak boleh dicuci dengan sabun deterjen gitu. Apalagi yang kuat, karena warnanya mudah luntur,” ucap Yohannes ketika ditemui usai konferensi pers Pameran Batik di Jayanata Beauty Plaza, Rabu (29/8) kemarin.

Bukan hanya deterjen, pewangi dan pelembut pun harus dihindari dalam proses ini.

Penjemuran

perawatan-batik-tulis-halus
Contoh metode mengangin-anginkan batik tulis halus. Foto: Adie Wiratmo/Nyata

Batik tulis halus tidak disarankan, untuk dijemur langsung di bawah sinar matahari. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemudaran warna.

“Pada waktu dijemur jangan kena matahari secara langsung. Diangin-anginkan aja,” ujar Widianti.

Penyimpanan

Penyimpanan batik ini pun tidak bisa sembarangan. Para kolektor memilih dua cara untuk menyimpannya, yaitu dengan digulung atau dilipat.

Yohannes menekankan, kalau digulung lebih baik daripada dilipat. Terlebih untuk menghindari lipatan, yang nantinya dikhawatirkan akan merusak batik.

“Memang sebetulnya, lebih baik itu dalam bentuk digulung daripada dilipat. Karena kalau ada lipatannya itu, ada tegangan. Ada stress pada benang. Jadi nanti overtime, dia akan lebih mudah rapuh,” kata laki-laki yang sudah mengoleksi batik sejak 15 tahun lalu ini.

Kapur barus dan wewangian kimiawi, juga tidak diperbolehkan dalam tahapan ini. Hal tersebut dikarenakan, zat yang dikandung oleh kapur barus bisa merusak batik.

Media penyimpanan

“Saya lebih prefer pake lemari yang terbuat dari kayu daripada logam,” cerita Yohannes. Hal ini disebabkan karena lemari berbahan logam, bisa memberikan efek buruk bagi batik.

Widianti memiliki cara yang berbeda. Ia memilih kontainer plastik untuk menyimpan berbagai koleksinya.

“Saya simpel, saya masukin ke kontainer plastik per bagian. Motif ini satu kontainer, motif ini satu kontainer atau (saya bedakan) per generasi,” ceritanya.

2 hal penting yang harus diperhatikan

Batik sangat sensitif terhadap dua hal, yaitu kelembaban dan ancaman ngengat. Untuk itu, kain ini haruslah dikeluarkan dari penyimpanan, minimal 3-4 bulan sekali, untuk diangin-anginkan. Ini merupakan upaya untuk menghilangkan kelembaban, yang mengancam batik itu sendiri.

Baca juga: Menilik Harga 7 High Heels Syahrini yang Mencapai Puluhan Juta

Sedangkan untuk menghindari serangga yang merusak, bisa dengan meletakkan beberapa bahan alami seperti akar wangi, merica, ratus, ataupun cengkeh.

“Untuk menghindari ngengat pada waktu kita menyimpan di lemari. Kita bisa naruh ada beberapa macam. Pertama akar wangi. Itu ngengat tidak suka. Merica yang masih dalam bentuk bulat-bulat gitu. Ada 15 biji, nanti dimasukkan ke kain kasa, lalu ditaruh di sekitarnya. Atau kadang-kadang juga pake ratus, dibungkus kain atau dalam plastik yang dilubangi. Terus diletakkan di pojok-pojok,” kata Yohannes.

Hindarkan dari paparan cahaya lampu yang terlalu kuat

Tak hanya sinar matahari yang bisa merusak batik, cahaya lampu yang terlalu kuat pun, bisa memberikan dampak buruk bagi kain tersebut. Untuk itu, beberapa kolektor memilih untuk melapisi batiknya dengan kain hitam, sebelum diletakkan di tempat penyimpanan.

Penyetrikaan

Ada beberapa kolektor, yang memilih untuk tidak menyetrika batik mereka. Namun, berbeda dengan Widianti.

“Saya berani nyetrika. Kalau saya menyetrika biasanya boleh pake setrika panas, tapi setrikanya gak boleh berhenti. Jadi terus gerak. Kalau berhenti pun, nantinya harus digosok-gosokkan dulu ke kain yang lain, baru bisa dilanjut ke batiknya,” terangnya.

Suhu

Suhu tempat penyimpanan pun harus dipikirkan. Yohannes menyebut, ruangan yang ideal untuk menyimpan batik, adalah yang dilengkapi dengan ac dan kering, dengan suhu kira-kira 26-30 derajat celcius.

Batik tulis halus Oey Soe Tjoen generasi pertama, yang masih terjaga keindahannya. Foto: Adie Wiratmo/Nyata

Baca juga: 17 Seleb Ini Tampil PD dan Cantik Dengan Baju Warna Kuning

Dengan beberapa langkah tersebut, dijamin batik tulis halus yang dimiliki, akan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Bahkan, Yohannes mengaku bahwa dirinya masih memiliki koleksi batik yang berusia 100 tahun.

Begitu juga dengan batik tulis Oey Soe Tjoen generasi pertama milik Widianti, yang masih dalam kondisi bagus. Batik-batik tersebut diproduksi pada tahun 1925, yang artinya sudah berusia 93 tahun. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here