Jurus Jitu Agar Tumbuh Kembang si Kecil tak Terganggu Saat Pandemi Covid-19

bermain-bersama-anak-di-tengah-pandemi-covid-19-(2)
Foto: Net

Pandemi Covid-19 membuat orangtua harus benar-benar berperan dalam merawat dan mengasuh si kecil. Terutama bila mereka dalam masa periode emas, yaitu usia nol hingga 1000 hari. Betapa tidak, saat pandemi anak-anak tidak bisa bebas bermain dan bersosialisasi. 

Hal itu menjadi tantangan bagi orangtua. Apalagi mereka yang harus work form home (wfh). Karena itu orangtua harus bisa mengelola energi dan waktunya saat di rumah saja selama masa pandemi. ”Tantangan itu harus dikelola dengan benar agar tidak bikin stres,” ujar Pritta Tyas Mangestuti MPsi dalam bincang media yang digelar secara virtual belum lama ini.

Diungkapkan Pritta, selama pandemi banyak orangtua jadi multitasking. Sambil bekerja, mereka harus menemani anaknya belajar atau beraktivitas lainnya. Padahal hal itu sangat menghabiskan energi, bikin sangat lelah, bahkan bisa menurunkan IQ bila terlalu sering dilakukan.

Lantas bagaimana mengelolanya? Pritta menyarankan agar orangtua tidak multitasking saat mengerjakan sesuatu. ”Memang repot, tapi sebisa mungkin jangan lakukan itu. Sebaiknya jalankan blocking time,” ujarnya. 

Misalnya, blocking time pukul 07.00-07.30 benar-benar untuk si kecil. Tatap mata mereka. Sentuh mereka. Amati apa yang mereka sukai, sehingga terjalin koneksi. Singkirkan handphone untuk sementara waktu. Dengan begitu orangtua benar-benar bisa memberikan waktu untuk si kecil.

Stimulasi 

bermain bersama anak di tengah pandemi covid-19 (2)
Ajak anak bermain di dalam rumah saat pandemi. Foto: Parents

Saat bersama si kecil itulah orangtua bisa menstimulasi atau memberikan rangsangan sesuai dengan milestone-nya (keterampilan yang mudah dilihat, red).

Misalnya, si kecil dalam periode suka nyanyi atau ngoceh, berarti dia dalam periode sensitif bahasa. Untuk itu orangtua bisa memperdengarkan lagu-lagu sederhana atau hal lain yang bisa merangsang kemampuannya itu.

Bila si kecil selalu aktif dan tidak bisa diam, bisa jadi dia dalam masa periode sensitif gerak. ”Bila ini terjadi, ajak si kecil melakukan aktivitas yang mengasah motoriknya. Misalnya main petak umpet,” terang Pritta. 

Baca juga: Kulit Putih tak Selalu Sehat. Ini Parameter yang Penting! 

Sedang untuk menstimulasi perkembangan sosial si kecil, bisa dilakukan menggunakan handpuppet atau boneka tangan. Dengan boneka itu orangtua bisa mengajarkan berbagai hal. Seperti cara menggosok gigi, makan dengan benar, toilet traning dan masih banyak lagi. 

Dikatakan Pritta, ada tiga hal yang harus diperhatikan saat melakukan stimulasi perkembangan sosial si kecil:

  1. Tatap Mata si Kecil 

Posisi duduk harus sejajar dengan si kecil. Bila perlu lakukan sentuhan fisik.

  1. Beri Kesempatan 

Beri kesempatan si kecil untuk bercerita. Jangan hanya orangtua yang mendominasi.

  1. Selipkan Pembelajaran

Selipkan pembelajaran sesuai tumbuh kembang si kecil. Misalnya, membawa si kecil ke toilet untuk belajar menggosok gigi. Atau mengajari memakai pakaian. Dengan begitu proses pembelajaran jadi menyenangkan.

Ukur secara Berkala

Bukan hanya perkembangan, pertumbuhan si kecil juga harus dipantau. Menurut 

Dr dr Bernie Endyarni Medise SpA(K) MPH, pertumbuhan si kecil dapat dipantau dengan mengukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepalanya.

”Bandingkan hasil pengukuran dengan kurva yang ada di kartu atau buku menuju sehat. Bisa jadi ada kenaikan, tapi bila pertambahannya itu di bawah yang disarankan, tentu harus diwaspadai,” ujar Bernie.

Baca juga: 5 Tips Memilih Kaftan Sesuai Bentuk Tubuh

Bukan hanya memantau dan menstimulasi, Bernie juga mengingatkan agar orangtua memberikan nutrisi yang tepat. Dengan begitu tumbuh kembang si kecil akan optimal. *hen

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here