Yang Kembar Cantik Berlaga di Olimpiade Tokyo


Selain Inggris, empat negara ini, yaitu Rusia, Prancis, Italia dan Belanda juga punya atlet kembar cantik yang berlaga di Olimpiade Tokyo. Empat pasang atlet cantik yang berjuang keras untuk negara mereka. Siapa saja ya mereka?

Arina dan Dina Averina (Rusia)

Bagi duo atlet kembar cantik, Arina dan Dina Averina, Olimpiade Tokyo adalah kali pertama mereka berlaga di pesta olahraga terbesar di dunia itu. Keduanya berlomba di nomor ritmik gimnastik. Namun meski wajah mereka serupa, keduanya punya kepribadian berbeda. “Dia Angel,” kata Dina. “Nah kalau dia Devil,” timpal Arina.

“Kepribadian ini memang bertolak belakang. Saya lebih lembut, sementara Dina, kasar. Suara, mata, bentuk tubuh dan pemikiran kami berbeda,” kata Arina. Dina mengakui, “Saya dulu itu kasar sekali, nggak pernah melihat sesuatu dari sisi positif, tapi sejak empat tahun terakhir ini saya banyak berubah. Jadi sekarang lebih lembut dan baik.”

Dina (kiri) dan Arina Averina di Kejuaraan Dunia (Foto: Oleg Naumov)

Baca Juga: Tahu Nggak, Ternyata Banyak Atlet Kembar di Olimpiade Tokyo

Keduanya mulai berlatih sejak umur empat tahun dan terinspirasi sang kakak, Polina. “Kalau kami nggak di gimnastik, kami akan berlatih skating,” kata Dina kepada European Gymnastic.

Sepanjang karirnya, Dina dan Arina sudah meraih medali emas di Pertandingan Dunia, Kejuaraan Dunia dan Kejuaraan Eropa. Satu yang belum, yaitu Olimpiade. Meski mungkin ini satu-satunya olimpiade yang mereka ikuti. Namun mereka beruntung mereka berdua yang mewakili Rusia. “Karena hanya dua atlet dari masing-masing negara yang diizinkan berkompetisi,” kata Dina.

Mereka juga tidak bersaing keras. “Kami memilih untuk saling dukung. Jika salah satu gagal, lainnya harus mengangkat bendera Rusia,” kata Arina.

Atlet Kembar Cantik: Laura dan Charlotte Tremble (Prancis)

Kembar cantik dari Prancis, Laura dan Charlotte ini adalah atlet renang indah. Kadang mereka menjadi rekan, namun sering kali keduanya harus bersaing. Termasuk ketika hendak berlaga di Olimpiade Tokyo ini. “Namun kami tidak merasa yang satu lebih hebat dari lainnya. Karena melalui renang, jiwa kami terkoneksi,” kata Charlotte.

Charlotte dan Laura mulai berlatih senam indah sejak umur enam tahun di kampung halaman mereka di Senlis, utara Paris. Itu berawal ketika mereka diajak teman nonton pertunjukan senam indah. Selain itu keduanya juga berlatih menari. Sebab renang indah adalah gabungan berenang, menari dan gimnastik.

Laura (kiri) dan Charlotte Tremble (Foto: SUSA)

Baca Juga: 7 Fakta Naomi Osaka, Penyulut Obor Olimpiade Tokyo

Terlahir kembar, punya sisi positif dan negatif. Tampil dalam olahraga yang mengutamakan kesamaan, sinkronisasi dan bentuk tubuh yang serupa, itu adalah sisi positifnya. Meski tidak selamanya mudah. “Keuntungan menjadi kembar, kami mengenal luar dalam. Kami bisa menghadapi bersama setiap kompetisi atau latihan. Kami bisa melengkapi dengan sangat baik,” kata Charlotte.

Sisi negatifnya, keduanya tidak mau kalah ketika mengungkapkan pendapat. “Sehingga seringkali kami jadi kasar satu sama lain,” kata Laura. “Makanya kami butuh ruang sendiri untuk sementara waktu dan melakukan hal-hal kita sendiri. Tapi ya, itu tidak pernah berlangsung lama dan untungnya tak satu pun dari kami yang marah. Aku tidak bisa hidup tanpa kakakku terlalu lama,” lanjutnya.

Sanne dan Lieke Wevers (Belanda)

Berbeda dari atlet kembar lainnya yang identik, Sanne dan Lieke Wevers (29) dari Belanda ini tidak terlalu mirip. Sehingga mudah dibedakan, apalagi postur Lieke lebih tinggi dari Sanne. Namun Sanne dan Lieke sama-sama berlaga di gimnastik.

Olimpiade Tokyo bukanlah kali pertama bagi mereka. Tahun 2016 di Olimpiade Rio, keduanya berpartisipasi. Bahkan Sanne meraih medali emas untuk balok keseimbangan. Dia mengalahkan duo pesenam AS yang sangat difavoritkan, Simone Biles dan Laurie Hernandez. Sanne menang karena dia menyajikan atraksi komposisi gerakan berputar dan menari yang sulit.

“Kadang dia lebih baik, tapi kadang saya lebih baik,” kata Sanne dalam satu episode The Hard Way to Success tahun 2015.
Sanne dan Lieke belajar gimnastik dari ayahnya, Vincent Wevers, yang memang atlet. Namun karir Sanne yang lebih tua enam menit juga mendahulu kembarannya.

Debut internasionalnya pada 2007, sementara Lieke dua tahun kemudian. Selain itu dia juga sering mengalami cedera, sehingga jam terbangnya jauh lebih sedikit ketimbang Sanne. “Yah sepanjang karir saya banyak cedera. Saya pernah cedera berat saat Kejuaraan Eropa tahun 2009 di Milan, Italia. Saya baru bisa cameback tahun 2011, saat bergabung di tim Belanda untuk Kejuaraan Dunia di Tokyo, Jepang dan Event Uji Coba Olimpiade London tahun 2012,” kata Lieke kepada Majalah International Gymnast.

Sanne (depan) dan Lieke Wevers (Foto: Net)

“Setelah itu saya kembali cedera dan pemulihannya lumayan lama. Sempat nggak yakin apakah bisa kembali, tapi tekad dan motivasi saya sangat kuat. Saya bekerja keras berlatih dan mengembalikan bentuk tubu. Syukurlah sekarang sudah  bisa mewakili Belanda,” imbuhnya.

Meski karirnya tidak sedrama kembarannya, namun Sanne juga mengalami pasang surut. “Jujur pada akhirnya saya jarang satu tim dengan Lieke. Ketika tim ini dibentuk, tiba-tiba Lieke cedera. Demikian pula sebaliknya, ketika dia siap, giliran saya yang cedera,” papar Sanne.

Ketika akhirnya bisa mewakili negara, berdua, rasanya fantastis. “Pasti menyenangkan sekali. Ketika kita butuh seseorang yang benar-benar kita inginkan dan butuhkan, dan orang itu ada, itu adalah momen paling membahagian. Hilang semua ketegangan,” kata Sanne, kali ini dalam video yang dia unggah ke YouTube.

Atlet Kembar Cantik: Asia dan Alice D’Amato (Italia)

Duo atlet kembar dari Italia, Asia dan Alice D’Amato juga bukan identik. Postur Asia lebih tinggi dengan bentuk wajah panjang, sedangkan Alice sekitar lima sentimeter lebih pendek dengan bentuk wajah hati.

Seperti pasangan kembar lainnya di sini, duo D’Amato juga dari cabang gimnastik. Olimpiade Tokyo juga jadi yang pertama bagi duo atlet kembar cantik ini. Si kembar yang lahir pada 7 Februari 2003 ini mulai berlatih gimnastik ketika berusia tujuh tahun di Andrea Doria Sports Club di Genoa, Italia. Kini Asia dan Alice digembleng di International Academy of Brixia di Brescia.

Asia (kiri) dan Alice D’Amato (Foto: Getty Image)

Pada Desember lalu, Alice dan Asia mendapat penghargaan Athlete of the Year di Italia. Baik Asia maupun Alice memulai karir internasionalnya pada 2015. Yaitu di kompetisi City of Jesolo Trophy sebagai anggota tim Young Dreams bersama satu pesenam lagi, Giorgia Villa.

Asia dan Alice memang nyaris menjalani karir gimnastiknya ini bersama-sama. Keduanya berpindah ke jalur senior pada 2019 dengan berlaga di Kejuaraan Eropa. Tahun ini keduanya menjadi anggota kontingen Italia berlaga di Olimpiade Tokyo.(*)




LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here