Guru Besar Farmasi Unair: Eucalyptus tak Bisa Membunuh Semua Virus!

kunyit-dan-virus-corona
Foto: Dok. Nyata

Kementerian Pertanian (Kementan) mengumumkan, pihaknya bakal memproduksi kalung anti-virus corona secara massal. Kalung yang dibuat dari tanaman eucalyptus itu dipercaya ampuh mematikan virus corona.

Namun, Guru Besar Farmasi Universitas Airlangga Prof Dr Mangestuti Agil MS Apt mengatakan, hingga saat ini belum ditemukan obat yang bisa membunuh virus Covid-19. Sehingga para tenaga medis hanya bisa berfokus pada manajemen gejala penyakit ini.

Meski begitu, Prof Mangestuti tidak menampik kalau minyak eucalyptus bisa menanggulangi gejala awal Covid-19. Tetapi jika sudah terjadi infeksi atau komplikasi, maka minyak tersebut tak mampu memberikan efek besar.

Tak hanya itu, pengasuh rubrik Back to Nature di Tabloid Nyata itu juga mengatakan kalau eucalyptus memang memiliki zat anti-bakteri dan anti-virus. Sehingga ketika wabah SARS menyerang pada awal 2000 lalu, masyarakat banyak yang memilih minyak eucalyptus untuk menangkal virus tersebut.

“Sudah banyak penelitian yang mengklaim bahwa memanfaatkan minyak eucalyptus membantu udara di mana kita tinggal. Jadi bisa sebagai anti-bakteri dan anti-virus. Saya ingat eucalyptus itu sold out pada waktu wabah SARS-Cov tahun 2002,” beber Prof. Mangestuti saat menjadi pembicara di siaran langsung bersama Rakyat Merdeka, Selasa (7/7) pagi.

“Di Singapura itu sampai sold out, karena mereka mengunakan sebagai difuser di ruangan dimana mereka tinggal dalam dosis tertentu. Jadi ruangannya ditutup dulu, diuapkan kemudian setelah selesai, ruangannya dibuka kembali. Karena itu sangat berbahaya kalau uapnya berputar di situ terus,” lanjutnya. 

eucalyptus
Guru Besar Farmasi Universitas Airlangga Prof. Dr Mangestuti Agil, mS, Apt. Foto: Dok. Instagram Rakyat Merdeka

Baca juga: Cuci Tangan dengan Sabun Lebih Baik daripada Pakai Hand Sanitizer!

Eucalyptus memang bisa membunuh virus, namun setiap virus memiliki spesifikasi dan karakter yang berbeda. Sehingga, bahan tersebut tidak bisa membunuh semua jenis virus.

“Adanya aktifitas anti-virus itu tidak berarti semua jenis virus itu bisa dihancurkan, dikalahkan atau dimusnahkan, tidak. Karena tiap virus memiliki spesifikasi sendiri, proteinnya sendiri, sehingga jika sequencing proteinnya beda maka pengobatannya beda pula,” ujar Prof. Mangestuti.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Mangestuti juga mengatakan kalau tanaman eucalyptus memiliki beragam jenis. Tanaman ini juga mengandung senyawa sineol yang memiliki kemapuan anti-inflamasi dan antioksidan dan terbukti dapat berperan sebagai co-medication pada penyakit inflamasi saluran pernafasan seperti asma dan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).

“Ada obat dari Jerman yang sudah masuk farmasi, untuk mengobati bronkitis dan mengandung sineol. Kalau sineolnya mungkin bisa digunakan. Tapi kalau dalam minyak atsiri (eucalyptus), perjalannnya masih jauh,” kata Prof. Mangestuti.

Baca juga: Apakah Masker Kain Efektif Cegah Penyebaran Penyakit?

Perempuan berkacamata itu juga mengomentari soal penggunaan topikal minyak eucalyptus. Ia kembali menekankan kalau bahan ini hanya bisa dipakai untuk mengatasi gejala awal Covid-19.

“Kalau virus yang sudah masuk ke dalam tubuh, saluran napas ke paru-paru itu kan sulit banget dijangkau. Jadi peneliti itu berharap digosokkan dengan kuat, itu ada dosisnya malah lima kali sehari,” katanya.

“Digosokkan dengan kuat itu tujuannya, komponen minyak atisiri itu kan kecil, bisa menembus masuk memlalui pori-pori kulit, ke peredaran darah, dan menuju ke area dimana virus berbiak. Itu sampai sekarang data ilmiahnya memang belum kuat,” lanjut Prof. Mangestuti. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here