Bulan Agustus lalu, Negara Afrika telah mengumumkan cacar monyet atau monkeypox (Mpox) sebagai darurat kesehatan. Sebab, infeksi virus telah menyebar pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Sebanyak lebih dari 17.000 kasus Mpox dan lebih dari 500 penderita mengalami kematian tahun ini, terutama kalangan anak-anak di Kongo.
Parahnya, wabah infeksi virus Mpox di Republik Demokratik Kongo telah menyebar ke negara-negara tetangga. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyatakan penetapan status kegawatdaruratan global terhadap kasus cacar monyet.
Guna mempercepat penelitian, pendanaan, dan tindakan kesehatan masyarakat internasional, serta kerja sama untuk mengatasi Mpox.
| Baca Juga: WHO Sebut Percikan Air Liur Bisa Jadi Jalur Penyebaran Mpox
Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus Monkeypox (Mpox) atau cacar monyet di Indonesia telah menyentuh angka 88 penderita. Kasus pertamanya dilaporkan terjadi pada 2022.
Menurut dr. Hadianti Adlani, Sp. P.D, Subsp. P.T.I. (K), penularan cacar monyet antar manusia terjadi akibat kontak jarak dekat dengan sekresi saluran pernapasan, darah, cairan tubuh, dan lesi kulit atau mukosa yang mengandung virus Mpox.
Selain itu, penularan juga dapat terjadi melalui:
1. Kontak erat yang terjadi dalam waktu lama dengan orang yang terinfeksi Mpox, terlebih yang terpapar droplets maupun berhubungan seksual. Definisi lama pada kasus ini adalah lebih dari 4 jam.
2. Menggunakan atau menyentuh pakaian, sprei, selimut, maupun permukaan yang sebelumnya digunakan maupuntelah terkontaminasi cairan tubuh atau cairan pada lepuhanorang yang menderita Mpox.
3. Seorang wanita yang hamil dan sedang terinfeksi Mpox bisasaja menularkan penyakit ini ke janinnya, maupun ketikaproses persalinan melalui kontak kulit ibu dan bayi.
| Baca Juga: 88 Kasus Monkeypox di Indonesia, Kemenkes Minta Warga Waspada
Dilaporkan bahwa angka keparahan (case fatality rate/CFR) Mpox berkisar antara 1-10 persen dengan jumlah kematian terbanyak pada kelompok usia muda.
“Kasus yang parah lebih banyak terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan tingkat keparahan komplikasi. Kasus kematian sebagian besar terjadi pada kelompok usia yang lebih muda karena dianggap lebih rentan terhadap penyakit, mengingat status imun belum sempurna,” jelas Hadianti.
Dalam menanggulangi kondisi Mpox yang sedang terjadi saat ini, Kementerian Kesehatan melakukan 3 upaya penanggulangan, di antaranya adalah upaya surveilans, terapeutik, dan vaksinasi.
– Upaya surveilans dilakukan dengan penyelidikan epidemiologi dan penyiapan laboratorium pemeriksa.
– Upaya terapeutik dilakukan dengan memberikan terapi simtomatis, pemenuhan logistik antivirus khusus Mpox, serta pemantauan kondisi pasien.
– Kementerian Kesehatan juga melakukan vaksinasi Mpox terutama pada populasi yang paling berisiko, yaitu laki-laki yang dalam 2 minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan sesama jenis dengan atau tanpa status orang dengan human immunodeficiency virus (ODHIV).
| Baca Juga: Kenali Gejala Cacar Monyet yang Kini Jadi Ancaman Dunia
Hadianti mengakui bahwa hingga saat ini, belum ditemukan antivirus untuk penyakit Mpox, sama dengan penyakit lain yang setara dengan Mpox.
Namun Mpox dapat dicegah dengan vaksinasi cacar smallpox. Selain itu, penularan dapat dicegah dengan beberapa cara.
1. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air mengalir.
2. Menghindari kontak langsung dengan tikus, primata, atau hewan yang mati mendadak maupun sedang sakit.
3. Menghindari kontak fisik dengan penderita atau material yang terkontaminasi penderita Mpox.
4. Jika kontak dengan penderita Mpox tidak terhindarkan, gunakan alat pelindung diri seperti masker ketika berjumpa dengan orang yang terinfeksi monkeypox.
5. Masak makanan hingga matang, terutama untuk daging maupun jeroan hewan.
6. Bersihkan rumah, terutama permukaan benda yang seringdisentuh oleh banyak orang, secara rutin.
7. Pelaku perjalanan yang kembali dari wilayah terjangkit, segera memeriksakan diri jika mengalami demam tinggi mendadak, pembesaran kelenjar getah bening, dan ruam kulit dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan.
8. Pasien Mpox wajib diisolasi atau karantina mandiri, agar tidak menularkan virus ke orang lain.
Jadi, apabila Anda atau kerabat mengalami gejala Mpox janganragu untuk segera ke unit Emergency rumah sakit atau berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam subspesialis penyakit tropik dan infeksi. (*)